Anak perempuan pertama sering dianggap sebagai sosok yang mandiri dan tangguh. Namun, di balik sikap mereka yang dewasa, ada banyak keinginan dan perasaan yang tak selalu diungkapkan.

Mengemban peran untuk menjadi panutan bagi adik-adiknya, terkadang juga membuat mereka seringkali mengalah. Di balik kedewasaannya, ada pengorbanan yang tak selalu terlihat.

Namun, untuk para anak perempuan pertama ini, Arsjad Rasjid punya pesan penting agar tidak lupa bahwa mereka juga layak mendapatkan perhatian, apresiasi, terlindungi dan juga bahagia. Mari simak perspektif dan apresiasi Arsjad pada para perempuan sulung di bawah ini.

1. Anak perempuan pertama, si mandiri dan tangguh

Sebagai kakak sulung, anak perempuan pertama biasanya tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bertanggung jawab dibanding teman sebayanya. Mereka terbiasa mandiri, baik dalam mengurus diri sendiri maupun mengayomi adik-adik.

Anak perempuan pertama yang terbiasa mandiri, sulit menunjukkan kelemahan mereka atau meminta pertolongan. Oleh karenanya, seringkali mereka memilih untuk menanggung beban sendiri.

Meskipun demikian, perempuan sulung tetaplah anak dan manusia yang punya rasa ingin didukung dan dilindungi. Meski jarang menunjukkannya, bukan berarti para kakak perempuan tidak butuh bantuan.

Penting bagi para anak perempuan pertama ini mendapatkan support system yang dapat memahaminya. Dengan memberikan perhatian kecil atau dukungan tanpa syarat, dapat menjadi validasi yang berarti bagi mereka.

2. Tuntutan untuk menjadi contoh yang baik

Sebagai anak pertama, mereka seringkali menanggung ekspektasi yang tinggi dari orang tua. Didikan yang mereka terima cenderung lebih tegas, menuntut mereka menjadi sosok panutan yang baik bagi adik-adik.

Tak jarang, belajar untuk patuh dan bertanggung jawab, serta menampilkan sisi terbaik mereka, dapat menjadi beban tersendiri dan membuat mereka kesulitan mengekspresikan diri sepenuhnya.

Di satu sisi, hal ini membuat mereka terasah untuk menjadi pribadi yang matang. Namun, penting untuk dipahami bahwa ada kalanya para anak perempuan pertama juga membutuhkan ruang dan kesempatan untuk bebas dari beban tersebut.

Memberikan ruang aman agar mereka dapat menyalurkan keluh kesah, serta memberikan jeda dari tanggung jawab, dapat memberikan keseimbangan sebagai seorang manusia. Di mana mereka dapat memiliki kesempatan memprioritaskan diri sendiri, bahwa kebahagiaan mereka juga penting, serta memberi energi baru untuk melanjutkan kehidupan dan meraih cita-citanya.

3. Pengorbanan yang tak selalu terlihat

Anak perempuan pertama sering perlu mengalah demi adik atau keluarganya. Tanpa disadari, banyak pengorbanan tak terlihat yang mereka lakukan, sehingga mengorbankan impian atau kenyamanan pribadinya.

Meskipun hal tersebut dilakukan dengan ketulusan, jangan abaikan bahwa mereka juga manusia yang sesekali ingin diutamakan. Tidak mudah berbesar hati mengalah atau menjadi sosok yang selalu memahami situasi demi meringankan beban orang tua.

Mereka perlu mendapatkan apresiasi, baik secara verbal maupun non verbal, bahwa apa yang dilakukan telah berdampak positif dan sangat membanggakan keluarga. Adanya apresiasi yang tulus dalam bentuk ungkapan terima kasih, serta pengakuan atas usaha mereka, dapat menjadi validasi tanpa syarat yang meringankan beban di pundaknya.

Selain itu, dukungan dalam bentuk nyata seperti memenuhi fasilitas yang mereka perlukan untuk mengejar impiannya, dapat menjadi feedback yang sangat berarti. Ini juga membantu anak sulung perempuan untuk menyadari bahwa meskipun seringkali harus mandiri, mereka tetap layak mendapatkan bantuan dari orang lain.

BACA JUGA: Sisi Lain Menjadi Tulang Punggung Keluarga yang Bisa Membentuk Karaktermu Makin Tangguh

Bagi para anak perempuan pertama yang telah menjadi andalan keluarga, ingatlah bahwa pengorbananmu tak pernah sia-sia. Sama seperti ketulusanmu dalam mendampingi adik-adik dan keluarga, jangan lupa berbahagia dan terus mengejar impianmu—itu adalah cara terbaik menghargai kebesaran hatimu selama ini.

You may also like

More in News