News

Rahasia Skill Hebat Atlet Panahan Korea Ternyata Berawal dari Sistem Pendidikan Sekolah

atlet panahan korea

Para atlet panahan Korea selalu menjadi lawan yang tangguh di berbagai kompetisi internasional. Banyak nama dari Negeri Ginseng tersebut yang menjadi legenda dalam perlombaan busur dan anak panah, terutama di arena Olimpiade.

Itu pula alasan Ketua Umum PB Perpani Arsjad Rasjid terus menggembleng para atlet pelatnas Indonesia. Dengan target medali emas di Olimpiade Paris 2024 mendatang, banyak hal yang harus dibenahi agar impian tersebut bisa terwujud.

“Kalau saat itu hanya perak, di Paris semoga bisa emas,” ujar Arsjad di sela-sela pelantikan pengurus PB Perpani periode bulan Februari 2022 lalu.

Demi mewujudkannya, Arsjad Rasjid bersama PB Perpani siap menggodok para atlet dengan latihan dan keikutsertaan di berbagai kompetisi internasional. Hasilnya, sudah ada beberapa nama, baik atlet putra dan putri yang siap mewujudkan target medali emas Olimpiade Paris 2024, meski salah satu lawannya adalah para atlet panahan Korea yang tergolong tangguh.

Mengapa prestasi panahan Korea tak pernah habis?

Bicara tentang kemampuan, atlet panahan Korea selalu bisa dijadikan panutan untuk Indonesia. Dikutip dari antaranews.com, Korea selalu memiliki banyak pemanah terampil. Hampir di setiap gelaran Olimpiade, panahan menjadi lumbung medali negara tersebut.

Seperti dikutip dari AFP, Wakil Ketua KAA Jang Young-sool mengakui bahwa Korea memiliki stok pemanah hebat yang berlimpah. Bahkan pemenang medali emas Olimpiade pun kadang harus takluk oleh nama-nama baru dalam seleksi untuk event-event panahan lainnya.

“Bukan berarti Korea kekurangan bakat. Itu hanya karena Korea memiliki banyak pemanah terampil,” tukas Wakil Ketua KAA Jang Young-sool seperti dikutip AFP.

40 tahun dan terus berlanjut. Itulah hitungan masa dari kehebatan olahraga panahan Korea di ajang Olimpiade. Tak hanya jumlah boyband atau girlband saja yang banyak. Raihan medali mereka pun juga menggunung. Tercatat sudah 45 medali emas yang mereka raih sejak melakukan debut di Olimpiade Los Angeles 1984 silam.

Di pertandingan beregu, sejak Olimpiade 1988 para pemanah wanita Korea selalu menjadi momok bagi lawan-lawannya. Bayangkan, sembilan kemenangan secara konsisten terus direbut!

Nama-nama baru terus bermunculan, menunjukkan proses regenerasi yang nyaris sempurna. Belum habis kehebatan seorang pemanah, sudah muncul atlet muda dengan potensi menjanjikan. Ini terjadi lagi dan lagi, seperti rantai baja yang kuat dan tak bisa diputus. Bahkan ada kelakar yang menyebut bahwa menjadi tim Korea itu ternyata lebih sulit ketimbang memenangkan medali emas Olimpiade.

Sistem pelatihan dari usia yang sangat muda

Banyak anggapan yang mengatakan bahwa di usia berapapun, kita bisa mendalami panahan dan mendulang prestasi. Meski begitu, kita tidak boleh abai dengan sistem pelatihan atlet panahan Korea yang sudah dimulai sejak usia dini.

Salah satunya adalah Kim Je Deok. Ia berlatih sejak kecil kemudian membuat kejutan dengan memenangkan dua medali emas di Olimpiade Tokyo pada usia 17 tahun. Konon katanya, selama delapan tahun ia berlatih panahan sepulang sekolah.

“Saya mulai memanah sejak kelas tiga sekolah dasar. Setelah mengikuti kelas sekolah reguler pada pagi hari, kelas memanah dimulai pada sore hari. Jika ada kompetisi mendatang, saya juga berlatih di akhir pekan,” terang Je Deok, seperti dikutip dari worldarchery.sport.

“Sebagai anak Sekolah Dasar, saya menembakkan sekitar 300 hingga 500 anak panah per hari,” imbuhnya.

Asosiasi Panahan Korea (KAA) mengakui bahwa sebagian besar pemanah elit mereka mulai berlatih sejak usia sembilan atau 10 tahun, biasanya dilakukan setelah menyelesaikan sekolah mereka. Latihannya dari hari Senin hingga Jumat dengan waktu antara tiga hingga empat jam per hari.

Bisa dibilang bahwa panahan adalah mainan bagi mereka. Saat anak-anak di Indonesia sepulang sekolah bermain bersama teman-temannya atau tidur siang, mereka justru menghabiskan tiga hingga empat jam per hari di lapangan sambil memainkan busur dan anak panah.

Ambillah contoh Je Deok yang menembakkan rata-rata 375 anak panah sehari selama lima setengah hari per minggu. Bisa dibilang, latihan selama sembilan tahun, sebelum memenangkan dua medali emas Olimpiade, total ia sudah sejuta kali menembakkan anak panah.

Dukungan yang kuat

Dengan prestasi yang gemilang, kita tidak bisa percaya bila mereka berusaha sendiri. Ini bukan tentang bakat atau intensitas latihan yang tinggi sejak usia muda. Ada faktor lain yang jelas sangat berarti dalam perkembangan kemampuan mereka yaitu dukungan dari orang-orang sekitar.

Park Sung-hyun, wanita yang dianggap sebagai salah satu atlet panahan Korea terhebat menjelaskan bahwa selain latihan di usia dini ada pihak lain yang mendukung perkembangan bakatnya, yaitu sekolah.

“Pelatih sekolah merekomendasikan agar saya mencoba aktivitas klub dan semuanya dimulai dari sana,” cerita Sung-hyun.

Fasilitas memanah di Korea kebanyakan didanai secara mandiri oleh sekolah. Baik pendanaan untuk klub memanah, peralatannya, hingga menjadi sponsor untuk turnamen-turnamen yang diadakan untuk mereka, baik di level sekolah, universitas, hingga klub.

Lee Jiho, seorang pelatih panahan sekolah dasar di Seoul menjelaskan bahwa ia bertugas untuk membangun postur dasar yang baik. Tujuannya supaya para pemanah muda bimbingannya mampu berlanjut ke level berikutnya.

Jadi bukan hanya tentang olahraga saja, tetapi harus diakui bahwa ada kepedulian di sana.

“Dalam pelatihan, kami juga fokus dalam membesarkan siswa dan membantu mereka tumbuh sebagai pribadi,” imbuh Du Gayeong, seorang pelatih untuk Sekolah Menengah.

Seleksi atlet yang berkesinambungan

Jumlah klub panahan di setiap level terus menyusut. Dari 900 klub yang melatih anak-anak Sekolah Dasar, kemudian hanya 60% klub panahan Sekolah Menengah dan separuhnya lagi untuk klub Sekolah Menengah Atas. Sementara di level universitas jumlah klubnya hanya sekitar 150 saja.

Di level universitas, klub panahan bersaing dengan klub profesional. Biasanya dimiliki oleh sebuah perusahaan atau Pemerintah Kota yang peduli dengan melakukan investasi infrastruktur olahraga bagi para pemudanya. Tapi bila digabungkan, kira-kira ada 60 tim dewasa di Korea.

Yang menarik, ada fakta yang menyebutkan bahwa jumlah atlet panahan Korea yang mewakili negara di tingkat internasional kebanyakan tidak berlatih di usia dini. Hanya mereka yang benar-benar berbakat sejak lahir yang mampu melakukannya

Dalam sistem pembinaan, Korea memiliki aturan yang bisa ditiru. Pada tahun tertentu, delapan recurve pria dan delapan recurve wanita masuk dalam skuad Korea. Tetapi hanya separuhnya saja yang bakal terpilih untuk berkompetisi di ajang-ajang internasional.

Seleksi tersebut dilakukan dengan tidak mudah, menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menjalani uji coba yang ketat. Ini layaknya saringan yang akan menyisakan para atlet terbaik sehingga hasil yang diharapkan di setiap kompetisi selalu mendekati target yang dicanangkan.

Kesuksesan atlet panahan Korea, kerja keras semua

Tidak ada keajaiban dalam membentuk atlet panahan hebat Korea. Semuanya didapatkan dengan sistem berjenjang, seleksi yang ketat, dan durasi latihan yang melelahkan. Lebih dari itu, dukungan dari berbagai pihak, termasuk sekolah, Pemerintah, hingga perusahaan juga patut diapresiasi dengan menjamurnya klub-klub penghasil atlet terbaik.

Begitu juga dengan dedikasi yang besar dari individu yang peduli terhadap perkembangan para juniornya.

“Setelah pensiun, saya mempunyai minat untuk melatih lebih dari apa pun,” tutur Ki Bo Bae yang juga Juara Olimpiade London 2012.

“Tujuan terbesar saya adalah membantu mengembangkan pemanah muda yang sama seperti saya,” imbuhnya.

BACA JUGA: Berkenalan dengan Kim Soo-Nyung yang Disebut Sebagai Atlet Pemanah Terbaik di Dunia

Jadi tidak heran bila selalu ada atlet panahan Korea yang merebut medali emas Olimpiade. Anda bisa lihat bahwa semua elemen bergerak ke satu arah yang sama. Sebuah teladan kesuksesan yang patut dicontoh bagi pengembangan prestasi olahraga panahan Indonesia.

You may also like

More in News