Maju sebagai calon Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia periode 2021-2026, Arsjad Rasjid mengusung semangat inklusif dan kolaboratif. Menurutnya, sebagai organisasi besar, sudah seharusnya Kadin bisa menjadi rumah bersama yang menaungi para pengusaha Indonesia.
Melalui rumah inilah, Kadin merangkul semua pengusaha, baik yang berskala besar, menengah, kecil hingga mikro.
Dari semangat ini pula, para pengusaha anggota Kadin bisa saling menguatkan kolaborasi, bekerjasama dan bergotong royong memperkuat peran swasta sebagai tulang punggung untuk memulihkan kesehatan dan membangkitkan perekonomian nasional.
Selain itu, menurut Arsjad, di masa pandemi yang masih membayangi negeri, Kadin harus bisa bersinergi dengan pemerintah untuk memajukan bangsa.
Melalui kolaborasi yang kuat, kendala-kendala yang dihadapi pelaku usaha bisa dicari solusinya. Termasuk mewujudkan pengembangan potensi-potensi daerah yang juga menjadi salah satu fokus Kadin.
Apa saja gagasan serta program Arsjad Rasjid untuk memajukan Kadin ke depan? Berikut wawancara Bisnis Indonesia, yang dipublikasikan Senin, 21 Juni 2021.
Apa alasan Anda mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Kadin?
Pada akhir tahun lalu, sekitar Oktober, seorang senior di Kadin menelepon saya tiba-tiba bilang, “Sjad, coba pikirin buat jadi Ketua Umum Kadin.” Itu hal yang sama sekali tidak pernah saya pikirkan.
Saat ini saya sebagai Wakil Ketua Umum Kadin di Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional. Sebelumnya, waktu zaman Pak Hidayat [M. S. Hidayat] saya pernah menjadi Ketua Sarana dan Prasana. Jadi Ketua Umum Kadin is the new thing for me.
Apakah menjadi Direktur Utama PT Indika Energy Tbk. masih belum cukup?
Apa yang saya lakukan di Indika adalah menjadi pengusaha dan menjadi profesional, sedangkan Kadin ini lebih ke melayani. Nah, di sisi inilah saya pikir ini amal ibadah. Melayani dengan apa yang saya miliki.
Kadin ini organisasi yang memang saya mengerti. Kenapa? Sebab Kadin ini adalah rumahnya para pengusaha. Jadi, di sinilah saya bisa berkontribusi.
Kalau bicara pengusaha berarti kita bukan bicara pengusaha besar saja, tetapi juga pengusaha mikro, kecil, dan menengah.
Mengapa mencalonkan menjadi Ketua Umum Kadin di tengah situasi pandemi yang serba sulit?
Karena saya pikir di sinilah saya bisa berkontribusi. Sebab, saya melihat teman-teman pengusaha semuanya menghadapi roda perekonomian yang hampir setop. Jadi, ini akan menjadi satu tantangan.
Bagaimana kita bisa keluar dari situasi ini? Saya rasa Kadin ini jawabannya.
Jika terpilih, strategi apa yang akan Anda jalankan?
Jadi, seperti saya bilang Kadin ini rumah pengusaha. Namun, ini juga merupakan rumah bagi semua industri. Semua industri harus diwakili oleh Kadin tanpa pandang bulu. Dari situ mulailah saya berpikir ini harus bicara inklusivitas.
Selain itu juga daerah. Sebab, semua daerah sama pentingnya. Setiap daerah mempunyai tantangan yang berbeda, setiap industri mempunyai tantangan yang berbeda, setiap pengusaha mempunyai tantangan yang berbeda. Makanya, saya katakan Kadin harus inklusif dan kolaboratif.
Berbicara soal kolaborasi, konkretnya seperti apa?
Katakanlah Kadin itu sebagai sebuah perusahaan. Maka ada pemegang sahamnya dong. Pemegang sahamnya adalah Kadin daerah dan para asosiasi. Tugas Kadin Indonesia adalah melayani dan memberikan dividen kepada Kadin daerah dan para asosiasi. Kalau Kadin Indonesia tidak bisa memberikan nilai kepada pemegang saham berarti kita tidak bekerja.
Mengenai kolaborasi yang konkret, misalnya salah satu program kewirausahaan dan kompetensi. Saya mesti salut oleh apa yang sudah dilakukan dan disiapkan pemerintah.
Adanya Undang-Undang Cipta Kerja semangatnya easy of doing business supaya memotong birokrasi yang ada. Ujungnya adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Untuk menciptakan lapangan pekerjaan harus menciptakan pengusahanya.
Ada satu program, namanya Innovation Hub atau Warung Inovasi sebagai upaya menciptakan dan mengembangkan banyak pengusaha. Khusus untuk UMKM, ini adalah tempat mentoring dalam pengembangan usaha agar naik kelas.
Pada masa pandemi ini, mana yang harus didahulukan, ekonomi atau kesehatan?
Ini harus berjalan beriringan. Dalam visi dan misi saya katakan pulihkan kesehatan, bangkitkan ekonomi. Sebab, kalau kesehatan tidak diselesaikan kita akan merasa ketakutan. Apalagi sekarang melihat jumlah
Covid-19 yang naik lagi. Ini masalah kedisiplinan dan vaksinasi. Pak Rosan [Ketua Umum Kadin 2015—2020] dibantu dengan teman-teman pengusaha lain sedang menjalankan program Vaksinasi Gotong Royong. Itu kontribusi pengusaha kepada bangsa ini dengan mengurangi biaya yang harus ditanggung pemerintah supaya dana tersebut bisa digunakan oleh pemerintah untuk hal yang lain.
Tidak hanya masalah vaksinasi. Namun, lebih dalam lagi harus dipersiapkan. Contoh, laboratorium untuk antisipasi jika ada virus baru lagi ke depan.
Kita harus punya fasilitas untuk hal itu dan sudah dimulai oleh Kementerian Kesehatan dan swasta. Selain itu industrinya kita kembangkan. Kalau buat pengusaha saya katakan ini sebagai peluang.
Apa yang Anda tangkap dari pembicaraan dengan pelaku usaha saat ini?
Optimisme harus dibangun. Kita perlu lebih banyak orang seperti Pak Bahlil [Menteri Investasi]. Seorang pengusaha daerah di Papua. Dulu dia sebagai kondektur bisa jadi pengusaha. Menjadi Ketua Hipmi di Papua. Ketua Hipmi di nasional, menjadi pengusaha nasional, terus menjadi menteri. Ini buat teman-teman daerah adalah mimpi, ini harapan. Kita perlu heroes supaya teman-teman punya cita-cita.
Janganlah bermimpi menjadi PNS, TNI-Polri, politisi, dan pejabat saja. Mimpilah juga untuk menjadi pengusaha. Sebab yang kita butuhkan adalah lebih banyak pengusaha.
Secara teori kan ekonomi itu kalau UMKM-nya kuat, maka ekonomi negara kuat. Untuk begitu kita harus menciptakan lebih banyak pengusaha. Caranya bagaimana? Dengan berinovasi, bekerja sama. Pejuang yang kita butuhkan adalah pengusaha.
Bagaimana peta dukungan terhadap Anda sebagai calon Ketum Kadin?
Setiap provinsi tiga suara. Ada 34 provinsi, ditotal 102 suara. Dari teman-teman asosiasi ada 30 suara. Dengan demikian, menjadi 132 suara. Kalau saya menjelaskan mana-mana saja berarti saya buka kartu. Namun, mayoritas insyaallah itu di saya.
Apakah Anda siap mengkritik pemerintah?
Harus. Namun, kritik yang membangun. Sebab, tugasnya Kadin adalah menjadi mitra pemerintah. Kemitraan itu adalah saling mengisi, saling mengkritik. Mengkritik harus ada data supaya apa yang kita bicarakan bisa dipertanggungjawabkan. Data sangat penting. Harapan saya, karena itu juga diperintah Undang-Undang, membangun pusat informasi. Membangun pendataan. Kita ini secara asosiasi ataupun daerah harus memiliki pusat data. Jadi, waktu kita bicara, berdasarkan data. Supaya argumentasinya jelas.
Pemerintah saya rasa juga ingin dikritik kok. Ujungnya sama, yaitu kita ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa ini.
Seandainya tidak terpilih sebagai Ketum Kadin, bagaimana Anda menyikapinya?
Menang kalah itu takdir. Tuhan yang menentukan. Itu pegangan saya. Saya ingin melakukan sesuatu untuk bangsa dan negara. Saya ingin berkontribusi di titik di mana yang saya bisa lakukan.
Jadi, kalau misalnya saya kalah, walaupun insyaallah saya enggak kalah, saya terima dan siap kolaborasi. Ini bukan soal saya, kita bicara untuk bangsa.
Satu lagi, kita juga harus menghormati semua pengusaha. Sekarang kita tidak lagi mau bilang tukang bakso. Buat saya itu adalah pengusaha yang jualan bakso tapi masih mikro. Itu mindset. Supaya pengusaha ini diberikan kehormatan. (*)