Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional Arsjad Rasjid mengatakan, seorang pemimpin harus bisa memberikan harapan kepada semua jajaran, termasuk para relasinya. Bagi seorang pemimpin, energi untuk menebarkan harapan ini harus terus dijaga dalam situasi apapun.
“Sebagai pemimpin kita harus memberikan energi dan pandangan positif, bahwa di dalam setiap kesulitan apapun akan selalu ada harapan, sehingga seluruh staf dan jajaran juga tetap mempunyai energi yang sama,” kata Arsjad Rasjid.
Tak cuma menyalakan harapan bagi staf dan jajaran. Menurut Arsjad, seorang pemimpin juga harus bisa menghadirkan harapan untuk dirinya sendiri.
“Menjadi pemimpin kadang akan merasa sepi, sehingga dia juga harus memberikan harapan dan energi positif kepada dirinya sendiri,” ujarnya.
Menjadi pemimpin yang kerap menghadapi tantangan memang tidak mudah. Karena itulah, asa atau harapan harus bisa dijaga agar tak padam.
“Ibarat sebuah proses, kita akan ditempa oleh situasi dan berbagai keadaan secara terus-menerus. Untuk itu, kita harus konsisten dan tidak boleh cepat menyerah,” terangnya.
Menahkodai Indika Energy yang memiliki lebih dari 10 ribu karyawan, dengan aset perusahaan mencapai Rp 50 triliun, Arsjad berprinsip jika karyawan adalah aset. Bukan beban perusahaan.
Dalam membangun usaha, ungkap Arsjad, sumber daya manusia (SDM) perusahaan adalah pendukung investasi. “Jangan kita anggap sebagai beban biaya bagi perusahaan,” terangnya.
Paradigma inilah yang akan memengaruhi cara berpikir pemimpin perusahaan terhadap karyawan. Jika karyawan dipandang sebagai beban, maka perusahaan pasti akan mencari celah untuk menghambat hak serta kesejahteraannya.
Di tengah tantangan yang semakin kompleks, seorang pemimpin harus bisa mengubah pola pikir tersebut, untuk selanjutnya bergerak merangkul mereka. Dengan cara inilah karyawah akan terpacu untuk berkerasi dan merasa memiliki perusahaan.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan mereka peluang menjadi pemimpin sehingga tercipta regenerasi yang kontinyu.
Selain itu, implementasi paradigma mempertahankan SDM, juga bisa dilakukan dengan menyatukan generasi tua dan muda untuk berkolaborasi. Melalui pembinaan entrepreneurship, regenerasi antargenerasi pun bisa ditumbuhkan. “Yang muda harus diberi kepercayaan untuk memimpin,” tuturnya. (ANA)