News

Hari Kartini dan Peran Perempuan bagi Ekonomi Menurut Arsjad

ilustrasi hari kartini dan peran perempuan

Hari Kartini mengingatkan kita akan peran vital perempuan di berbagai aspek, termasuk sektor ekonomi.

Perempuan Indonesia telah menjadi agen perubahan untuk menciptakan lapangan kerja dan berkontribusi pada PDB. Data Kemenkeu tahun 2021 mencatat 54% pemilik UMKM adalah wanita, yang 97% pegawainya merupakan karyawati.

Bagi Arsjad Rasjid, pemberdayaan perempuan penting karena ketika perempuan punya kesempatan untuk maju, semua akan ikut maju lebih cepat bersama.

Bagaimana pencapaian kita menguatkan peran perempuan di Hari Kartini ini dan tantangan apa saja yang perlu diselesaikan? Simak lebih lanjut penjelasan di bawah ini.

Hari Kartini jadi pengingat tantangan perempuan Indonesia saat ini

Menurut Deputi Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti Sulistyaningrum, separuh populasi penduduk adalah perempuan.

Namun, kita masih menghadapi tantangan seperti berikut ini:

  • Jumlah fresh graduate perempuan yang menganggur lebih tinggi dari laki-laki.
  • Kesenjangan gender untuk pencapaian laki-laki dan perempuan.
  • Anggapan perempuan cukup mengurus hal domestik dan laki-laki saja yang mencari nafkah.

Perlu ada tindak lanjut yang konkret dan berkelanjutan guna membenahi kondisi di atas dan memperkuat peran perempuan Indonesia.

Langkah Indonesia untuk pengembangan dan perlindungan perempuan

Dikutip dari Peta Jalan Indonesia Emas 2045 yang diluncurkan oleh Kadin, pemerintah menetapkan agenda nasional dalam usaha pemberdayaan populasi rentan, termasuk perempuan.

Terdapat 4 area utama yang menunjukkan peningkatan di bidang pendidikan, layanan kesehatan ibu, akses layanan keuangan mikro untuk wirausaha dan peraturan untuk mendukung perempuan di dunia kerja sebagai berikut:

1. Bidang pendidikan

Inklusi perempuan dalam sistem pendidikan yang menunjukkan peningkatan 75% dalam 20 tahun.

2. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu

Mortalitas menurun dari 212 per 1000 menjadi 126 pada tahun 2015.

3. Akses layanan keuangan mikro untuk wirausaha

Program pembiayaan mikro banyak menyasar ke perempuan. Sekitar 51% pemilik UMKM Indonesia adalah wanita.

4. Peraturan yang mendukung partisipasi perempuan

Terbukanya ruang dan peluang bagi perempuan untuk berkarya di dunia kerja dan politik.

Masih ada kendala perbaikan upaya inklusi di Indonesia

Meski terdapat sejumlah pencapaian di atas, Indonesia masih menghadapi kendala dalam upaya inklusi untuk perempuan, khususnya pada angkatan kerja.

Inklusi perempuan di pekerjaan

Jumlah perempuan dari angkatan kerja adalah 39% tetapi sebagian besar masih bekerja di sektor informal dengan sejumlah isu antara lain:

  • Kesenjangan upah sebesar 53%, sementara sektor formal sebesar 28%
  • Perempuan di sektor informal tidak mendapatkan perlindungan hukum
  • Tidak ada asuransi kesehatan atau tunjangan perusahaan

Faktor penyebab rendahnya partisipasi perempuan di sektor formal ini karena pandangan di masyarakat bahwa perempuan harus memprioritaskan peran domestik seperti pekerjaan rumah tangga.

Padahal untuk mencapai Indonesia Emas 2045, kita sebaiknya mulai berinvestasi pada perempuan untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas dari populasi potensial ini.

Kajian yang dilakukan oleh Mckinsey and Company (2018) menyebut, Indonesia memiliki potensi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2025 sebesar 135 miliar dollar AS apabila mengupayakan kesetaraan gender.

Potensi tersebut setara dengan 9 persen peningkatan PDB dibandingkan dengan proyeksi jika melakukan business as usual.

Wujudkan esensi Hari Kartini dengan meningkatkan dukungan pada perempuan di lingkungan kerja

Perlu ada upaya mengakselerasi inklusi sosial, khususnya peningkatan kualitas hidup perempuan dan membuka potensi peningkatan PDB untuk mentransformasi Indonesia.

Langkah untuk meningkatkan dukungan perempuan di lingkungan kerja menetapkan regulasi, kebijakan, dan insentif yang inklusif untuk meningkatkan inklusi di tempat kerja termasuk menciptakan lingkungan kerja yang aman.

Harapannya dapat meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dari 54% menjadi 75%+ di tahun 2045

Cara yang bisa ditempuh dengan menetapkan regulasi, kebijakan, dan insentif yang inklusif untuk meningkatkan inklusi di tempat kerja.

Contoh penerapan inklusi untuk perempuan pada angkatan kerja di luar negeri

1. Norwegia

Di Norwegia, ada aturan yang mengharuskan perusahaan untuk memiliki minimal 40% perempuan di dewan direksi. Ini adalah upaya untuk memastikan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan di perusahaan.

2. Inggris

Inggris menerapkan Undang-undang Kesetaraan yang melarang adanya bias gender selama proses rekrutmen, termasuk saat wawancara. Ini membantu memastikan bahwa semua kandidat mendapatkan perlakuan yang sama dan adil.

3. India

India juga sangat serius dalam melindungi perempuan di tempat kerja. Undang-undang di sana mengamanatkan perusahaan untuk mencegah pelecehan seksual, menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman untuk perempuan.

4. Kanada

Di Kanada, undang-undang memberikan cuti melahirkan selama 18 bulan yang bisa dibagi antara kedua orang tua. Hal ini memungkinkan perempuan untuk lebih mudah kembali bekerja setelah melahirkan.

Kebijakan regulasi seperti contoh di atas menunjukkan dukungan terhadap peningkatan partisipasi angkatan kerja perempuan, yang bisa kita tiru.

Perlu ada perubahan dalam pola pikir bangsa. Alih-alih melihat perempuan sebagai pengemban tanggung jawab mengurus rumah tangga dan laki-laki adalah pencari nafkah, kedua gender masing-masing berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berprestasi di tempat kerja.

BACA JUGA: Panggilan Wonder Woman dan Cerita Bu Sulastri Membangun Usaha Mulai dari Nol

Dengan dukungan semua pihak untuk memperkuat peran perempuan tetap berkarya di bidang masing-masing bisa mewujudkan esensi Hari Kartini dan mematahkan batas-batas sistematis yang tercipta sebelumnya.

You may also like

More in News