Wonder Woman bukan hanya tentang sosok superhero wanita dengan kekuatan, baju zirah serta tameng tahan peluru dan cemeti ajaib. Lebih dari itu, istilah wonder woman juga bisa kita sematkan bagi para wanita masa kini yang berani membangun usahanya.
Itulah kisah Bu Sulastri yang juga mendapat panggilan Wonder Woman karena berani bekerja keras dalam merintis bisnisnya sendiri. Sebelum menjadi pemilik warung anggota dari Posko Pangan SAHARA, ibu tiga anak ini memulai perjalanan wirausahanya dengan bekerja di warung saudara.
Dari mengontrak rumah untuk tempat tinggal dan buka warung, Ibu Sulastri kembali menceritakan masa lalunya dalam podcast YouTube, Nongkrong Bareng Arsjad Rasjid. Bagaimana perjuangan Sang Wonder Woman ini?
Ibu Sulastri, Wonder Woman yang selalu penuh energi
Dalam perkenalannya, Ibu Sulastri mengaku tak hanya bekerja di toko. Kegiatan sehari-harinya adalah membuka hari dengan olahraga pagi. Ibu tiga anak ini mengasuh anak paling bungsu yang memiliki disabilitas. Sementara dua anak tertuanya sudah menikah dan tinggal di rumah masing-masing. Semua itu dilakukan sendiri karena suami telah berpulang ke sisi Allah SWT.
Bercerita tentang bagaimana dirinya hingga dipanggil seorang Wonder Woman, Ibu Sulastri menjelaskan bahwa nama tersebut datang dari almarhum suami yang selalu kagum dengan kegigihan wanita yang akrab dipanggil Bu Astri ini.
“(Dari) suami, iya. Suami terus merembet ke teman-teman, gitu. Teman-teman senam, teman-teman arisan, teman-teman healing-healing, gitu, lah,” seloroh Ibu Sulastri.
Ia mengakui bahwa dirinya memang seorang yang disiplin dan pekerja keras. Sulit baginya untuk merasa capek sehingga selalu ingin melakukan kegiatan, yang kemudian tenaga tersebut ia konversikan untuk mengurus rumah tangga dan berwirausaha.
Mendengar cerita Ibu Sulastri, Arsjad Rasjid merasa senasib sepenanggungan. Pria yang juga punya banyak kesibukan di berbagai organisasi tersebut mengatakan bahwa,
“Saya setuju, karena apa. Saya dalam kehidupan saya, Bu, ya, saya juga gitu. Saya bilang, kalau saya dapat pekerjaan, saya fokus, saya kerja aja bu, ya. Saya bilang, nantinya kalau kita sudah kerja keras, Insyaallah, Allah Subhanahu wa ta’ala, ada saja jalan buat kita. Itu saya percaya,” tutur Arsjad.
Rintis usaha untuk buktikan ia dan suami bisa taklukkan dunia
Ibu Sulastri melanjutkan cerita bahwa dirinya merintis usaha benar-benar dari nol. Secara jujur ia mengatakan bahwa pernikahannya tidak direstui keluarga karena perbedaan suku antara dirinya dan mendiang suami.
“Cuma aku, namanya tantangan ya terjang aja terus selagi penuh dengan kecintaaan kan, Insyaallah Tuhan merestui, kan?” tegas Bu Astri.
Dukungan dari banyak orang untuk kesuksesan Ibu Sulastri dan suami
Pada awalnya, suami Ibu Sulastri bekerja untuk adik ipar yang memiliki usaha. Dengan adanya rencana pernikahan, almarhum suami kemudian memutuskan untuk berhenti dan membuka usaha sendiri dengan Bu Astri dengan modal yang seadanya.
Dengan kepribadiannya yang supel, Bu Astri mudah berkomunikasi dengan warga sekitar rumahnya. Bahkan, salah satu tetangganya mempercayai keinginannya untuk membuka usaha dengan meminjamkan modal dalam mata uang dollar kepada wanita yang kerap disapa Bu Haji oleh para tetangganya ini.
Berbekal modal dari tetangga serta kegigihan dalam berusaha, usaha yang dirintis Ibu Sulastri dan suaminya terus berkembang. Setelah bisnisnya semakin kuat, ia pun mengembalikan modal pinjaman tadi. Beruntung, tetangga tersebut sangat baik, tidak mengutip lebih dari dollar yang sudah ia pinjamkan kepada keluarga Ibu Sulastri.
Kepada Arsjad Rasjid, Ibu Sulastri mengatakan bahwa pada awalnya ia membuka usaha kelontong. Namun karena butuh suntikan modal yang lebih besar, ia mencoba bisnis tambahan lain, yaitu berjualan sayuran.
“Buka begini juga. Cuma kan kurang modal. Karena juga kita kan keperluannya banyak akhirnya saya nyambi-nyambi juga bantuin suami, tuh, jualan sayur,” jelas Ibu Sulastri.
Lebih lanjut, Ibu Sulastri mengatakan bahwa motivasinya untuk meraih kesuksesan berwirausaha bukan hanya untuk keluarga. Ia juga ingin menunjukkan kepada keluarga besarnya bahwa dirinya dan suami, yang kurang mendapat restu orang tua saat menikah, juga bisa menjadi orang yang berhasil. Dari toko kelontong, jualan sayur, hingga mencari kardus atau karung bekas untuk dijual kembali.
Seiring berjalannya waktu, usaha Ibu Sulastri dan suami berkembang dan makin serius. Dari kardus dan karung bekas, mendiang suami kemudian mencoba untuk terjun di bisnis jual-beli mobil.
“Pokoknya ada rezeki sedikit, (uangnya) dikembangkan. Terus ada sedikit, lebih, kita beliin tanah,” imbuh wanita yang mengaku sebentar lagi usianya memasuki kepala enam.
Arsjad menyetujui pendapat Ibu Sulastri. Ia juga memiliki pemikiran bahwa uang harus bisa bekerja untuk kita.
“Yang tadi, kan. Uang untuk modal ini, beliin tanah, segala macam, ya, bu,” timpal sosok Ketua Umum PB Perpani ini.
BACA JUGA: Arsjad Ngobrol Bareng Para Anggota Toko SRC dan Cerita Suka Dukanya
Bicara tentang pembagian kerja, Ibu Sulastri secara terbuka mengatakan bahwa dirinya memegang lebih banyak peranan daripada suami. Tak hanya soal bisnis yang dijalankan berdua, Ibu Sulastri juga tetap bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dengan mengurusi semua keperluan keluarganya.
“Makanya Wonder Woman itu,” canda Arsjad.