Survei Bank Indonesia menyatakan bahwa mencari kerja dalam 6 bulan terakhir tahun 2024 akan cukup sulit dan penuh tantangan. Menurut survei Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dari Bank Indonesia yang dilakukan pada Desember 2023, tingkat keyakinan masyarakat turun dari 131,4 menjadi 129,9.

Meskipun angka ini masih tergolong optimis, Rosiana Silalahi dalam program ‘Rosi’, menanyakan tanggapan Arsjad Rasjid atas situasi tersebut. “Kalau cari kerja saja susah, apanya yang baik dari ekonomi Indonesia?”

Arsjad Rasjid mengakui bahwa mencari kerja saat ini termasuk masalah besar di Indonesia. Namun ia juga menjelaskan tentang exporting skill sebagai upaya inovatif agar tetap dapat bertahan di era ini. Seperti apa? Simak penjelasannya di bawah ini.

Exporting skills, solusi yang disiapkan mengatasi tantangan mencari kerja

Perkembangan teknologi dan digitalisasi cukup menekan ketersediaan lapangan kerja. Di tengah bonus demografi Indonesia saat ini dan pengurangan lapangan kerja, langkah apa yang sebaiknya dilakukan?

Arsjad Rasjid menjelaskan bahwa kita perlu menyadari saat ini situasinya bukan lagi menjadi padat karya, melainkan padat modal. Oleh karena itu, langkah yang sedang difokuskan adalah exporting skills.

Caranya adalah dengan mencari negara yang membutuhkan keahlian dari SDM Indonesia dan menyiapkan SDM kita untuk bisa dikirim ke sana. Arsjad Rasjid menyebutnya dengan ‘negara yang berdemografi senior’, di mana jumlah generasi tua lebih banyak dari generasi mudanya.

Hal ini berkebalikan dengan Indonesia yang memiliki potensi berupa bonus demografi generasi muda, khususnya Gen Z dan Gen Alpha nantinya. Yang perlu dilakukan saat ini adalah menyiapkan keterampilan SDM muda dengan pendidikan vokasi, sehingga exporting skill dapat terlaksana dengan baik untuk mengimbangi semakin pesatnya perkembangan teknologi yang dapat berdampak pada ketersediaan lapangan kerja.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mempersiapkan exporting skill

Strategi exporting skill membutuhkan berbagai persiapan agar bonus demografi yang diharapkan menjadi ‘generasi emas’ tidak beralih menjadi ‘generasi cemas’. Oleh karena itu, Arsjad Rasjid menjelaskan bagaimana pemetaan exporting skills ini telah dipaparkan dalam Peta Jalan Indonesia Emas 2045.

“Karena kita perlu tahu dulu nih, 2045 sektor mana yang mau kita dorong? Manufacture mana yang mau kita dorong. Dari situ teknologi mana yang ingin kita lakukan? Setelah kita tahu teknologinya bagaimana, baru kita bicara lagi skill apa yang dibutuhkan,” kata Arsjad.

Tak hanya telah masuk dalam Peta Jalan Indonesia Emas 2045, hal ini sudah mulai dijalankan dengan adanya program vokasi dan exporting skills. Salah satunya, memfasilitasi mahasiswa Indonesia untuk program magang bersertifikat di Jepang pada Juli 2023 lalu.

BACA JUGA: Arsjad Rasjid Ungkap Beberapa Meta Skill Penting untuk Generasi Z, Apa Saja Itu?

Dengan langkah-langkah ini harapannya dapat mengubah situasi dari sulit mencari kerja, menjadi lebih terakomodir dan stabil. Bila saat ini tenaga kerja masih memiliki produktivitas rendah dan keahlian yang tidak cocok dengan permintaan pasar, serta rentan digantikan oleh automasi, semoga dengan proses persiapan dan vokasi dapat menjadi SDM dengan mobilitas tinggi yang didukung oleh layanan pelatihan pekerjaan ulang berskala besar yang terintegrasi dan dukungan saat transisi pekerjaan.

You may also like

More in News