Privilege adalah keistimewaan atau fasilitas yang bukan diperoleh karena usaha maupun kerja keras. Faktor ini umumnya berasal dari faktor eksternal, seperti terlahir dari keluarga yang berada, sehingga mendapatkan berbagai kemudahan akses pendidikan, jaringan sosial sampai peluang karir yang lebih menjanjikan.

Meskipun demikian, seorang individu sebaiknya memang tidak bergantung pada keistimewaan tersebut. Hal ini seperti dikemukakan oleh Arsjad Rasjid tentang bagaimana membangun kepemimpinan di kalangan generasi muda yang tak privilege.

Meskipun privilege adalah fasilitas, Arsjad Rasjid memiliki pesan penting untuk menghidupkan jiwa kepemimpinan tanpa harus mengandalkan keistimewaan tersebut. Simak caranya dalam nasihat penting di bawah ini.

Punya jiwa kepemimpinan dan mandiri tanpa mengandalkan privilege adalah hal yang bisa terjadi

Dian Onno, seorang entrepreneur yang juga hadir di program Q&A Metro TV, mengajukan pertanyaan menarik pada Arsjad Rasjid. Menurutnya, dengan masa kecil dan remaja yang tumbuh di Singapura dan Amerika Serikat, publik akan memandang itu sebagai privilege.

“Gimana caranya kita yang nggak bisa ke Singapore dan Amerika, gitu ya pak, dari umur kecil, untuk bisa jadi mandiri dan leadership kaya bapak sekarang ini gitu lho?” tanya Dian Onno.

Meski ada privilege, bukan berarti kehidupan menjadi mudah. Melainkan menghadapi tantangan masing-masing, seperti yang dialami Arsjad sejak masih SD. Di mana dirinya sudah diajarkan untuk harus bisa mandiri, “Keberanian itu, I have to fight,” ujarnya.

Arsjad Rasjid menjawab pertanyaan Dian Onno bahwa itu hanya tentang lokasi, tetapi prosesnya sama saja. Ketika dirinya di Amerika, ia juga tinggal di asrama yang bila dibandingkan dengan lokal, mungkin tidak jauh berbeda dengan pesantren atau asrama sekolah di mana saja.

Jadi bila merujuk pada konteks membangun sikap mandiri dan punya jiwa kepemimpinan, maka yang perlu dilihat adalah proses kehidupannya. Arsjad berpesan bahwa sebenarnya setiap manusia telah dikaruniai Tuhan dengan jiwa kepemimpinan dalam diri mereka.

Pentingnya percaya diri dan resiliensi tanpa membandingkan hidup dengan orang lain

Resiliensi adalah kemampuan beradaptasi yang baik terhadap kesulitan, stres atau bangkit kembali dari tantangan atau situasi yang sulit. Kemampuan ini bukan dimiliki dari sifat bawaan, tetapi dapat kita kembangkan seiring dengan self development atau melalui pengalaman yang dihadapi.

Arsjad merasa bahwa anak muda Gen Z saat ini sebenarnya memiliki fighting spirit. Hanya saja, mereka perlu menemukan leadership dan resiliensi dalam diri masing-masing. “Percaya deh bahwa Tuhan itu Maha Adil, kita tu diberikan kekuatan, kita diberikan keahlian, kita diberikan semuanya. Leadership itu ada di setiap manusia,” kata Arsjad.

Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa tidak perlu melihat kehidupan orang lain dan membandingkan dengan diri kita. Ketika kepercayaan diri kita baik, maka resiliensi akan terbangun.

Dengan kokohnya jiwa dan pikiran, maka kemandirian dan kepemimpinan akan terbentuk dalam pribadi seseorang. Sehingga dengan atau tanpa privilege, seseorang sebenarnya punya benih-benih leadership dalam diri mereka.

BACA JUGA: Pentingnya Menjadi Assertive Leader: Pandangan Arsjad Rasjid tentang Sikap Asertif dalam Kepemimpinan

Privilege adalah pandangan tentang keistimewaan atau kelebihan yang memberikan kemudahan bagi individu, di mana tidak semua orang memilikinya. Namun ingat pesan Arsjad Rasjid, bahwa yang terpenting dalam membangun kemandirian dan jiwa kepemimpinan bisa dikembangkan lewat resiliensi dalam mengarungi proses kehidupan. Karena dengan mindset dan pribadi yang kokoh, kita bisa berjalan terus menuju apa yang menjadi tujuan hidup.

You may also like

More in News