Siapa sangka, ternyata iklim Indonesia bisa kita manfaatkan potensinya dalam menghadapi masa depan. Seperti itulah pemikiran yang disampaikan oleh Arsjad Rasjid ketika menghadiri Indonesia Future of Climate Summits 2023.
Indonesia Future of Climate Summit 2023 merupakan sebuah event bertajuk teknologi iklim di Indonesia yang bersifat netral karbon. Yang menarik, emisi yang dihasilkan dari acara ini dijaga agar seminimal mungkin lewat berbagai solusi dalam mereduksi, sekaligus memastikan untuk penyerapan secara maksimal terhadap sisa-sisa emisi yang tidak bisa dipangkas lewat inisiatif carbon offset yang difasilitasi oleh Fairatmos.
Event yang membahas iklim Indonesia untuk masa depan ini didukung oleh perusahaan-perusahaan besar yang sedang atau telah mempersiapkan diri menuju transformasi energi ke baru terbarukan. Selain itu hadir pula para pakar ahli di berbagai bidang teknologi yang berkaitan dengan iklim, sekaligus berbagai pameran yang menghadirkan inovasi di bidang lingkungan.
Arsjad Rasjid ajak manfaatkan potensi besar iklim Indonesia
Arsjad Rasjid yang juga hadir sebagai panelis mengawali sambutannya dengan menyampaikan satu fakta tentang persiapan Indonesia menuju masa depan yang hijau dan mengedepankan kelanjutan bangsa.
“Sesuai dengan tema pada hari ini, ‘Unlocking Indonesia’s Climate Potential for All through Technology,’ saya ingin mengawali dengan sebuah fakta bahwa saat ini Indonesia sedang berada di tengah-tengah transformasi besar menuju pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” kata Ketua Kadin Indonesia.
Karena itu Arsjad mengajak semua pihak bertransformasi, memulai dan mengeksekusi berbagai gagasan tentang masa depan yang lebih baik bagi kita dan para penerus bangsa.
Arsjad juga mengingatkan tentang komitmen kuat Indonesia untuk mencapai net-zero emission di tahun 2060. Selain itu juga ada target untuk menurunkan gas emisi rumah kaca sebanyak 32% pada tahun 2030. Ia menjelaskan bahwa komitmen tersebut merupakan langkah bersama dan telah didukung oleh rencana PT PLN untuk menghasilkan 23% energi nasional dari sumber-sumber terbarukan pada tahun 2025.
Hanya saja, Arsjad menggarisbawahi tentang persentase energi terbarukan dalam bauran energi nasional yang masih mencapai 14,11% pada akhir tahun 2022. Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral itu menunjukkan bahwa capaian tersebut masih jauh tertinggal dari target di tahun 2025 sebesar 23%.
Tantangan mewujudkan Indonesia 100% energi terbarukan
Dalam usaha menggenjot persentase energi terbarukan, Arsjad mengingatkan tentang tantangan-tantangan yang bakal dihadapi oleh Indonesia. Yang pertama adalah tentang keterbatasan akses ke pembiayaan dan modal untuk proyek dan infrastruktur ekonomi hijau.
“Riset dari Mckinsey menyatakan bahwa Indonesia perlu investasi sebanyak USD 200 Miliar setiap tahunnya kepada sektor rendah karbon untuk bisa mencapai target Net Zero Emission di tahun 2060,” tuturnya.
Tantangan kedua adalah tentang kurangnya kesadaran, pemahaman, serta keuntungan tentang penerapan praktik berkelanjutan (ESG) di kalangan bisnis. Arsjad merujuk pada indeks ESG Indonesia tahun 2021 hanya menempati peringkat ke-36 dari 47 pasar modal di dunia. Hal yang ironi mengingat Indonesia memiliki potensi nilai sekitar 200-250 triliun USD dari aksi keberlanjutan.
Selanjutnya, Indonesia juga harus menghadapi keterbatasan teknologi dalam mitigasi dan adaptasi perubahan Iklim di indonesia. Untuk mencapai target energi terbarukan sebesar 66% pada 2050, negeri ini memerlukan tambahan kapasitas 200 GW energi terbarukan dan penangkapan karbon (Carbon Capture Sequestration) 100 Metric Ton Per Tahun.
Sementara itu di sektor transportasi, Indonesia juga berkeinginan untuk mengelektrifikasi jalan raya secara keseluruhan yang mengharuskan semua penjualan kendaraan baru berupa kendaraan listrik.
“Semua ini membutuhkan teknologi dan inovasi untuk memastikan pertumbuhan setiap sektor bisa mencapai target,” tegas Arsjad.
Tantangan terakhir yang harus kita hadapi dalam memaksimalkan potensi iklim Indonesia adalah mengenai kerangka regulasi dan insentif yang kurang optimal dalam mendorong bisnis mengadopsi praktik berkelanjutan.
Kadin Indonesia siap maksimalkan potensi iklim Indonesia
Untuk menjamin kesuksesan mitigasi perubahan iklim, Indonesia membutuhkan Gotong Royong antar pemerintah dan swasta atau Public Private Partnership. Arsjad menggambarkan beberapa contoh. Misalnya dengan Pendanaan Campuran (Blended Financing), di mana dana publik dan filantrofis digabung dengan pendanaan swasta, mengurangi risiko dan memberi kepercayaan diri sektor swasta dalam sebuah proyek baru. Dana tersebut nantinya bisa dipakai dalam membantu pembiayaan.
“Selain itu kita butuh untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan teknologi baru. meningkatkan efisiensi energi, dan membangun infrastruktur energi ramah lingkungan. Dan pastinya penting untuk meningkatkan kesadaran publik melalui edukasi tentang pentingnya transisi menuju ekonomi yang berkelanjutan,” lanjutnya.
Sebagai bentuk dukungan, Arsjad bersama para pengusaha yang tergabung dalam Kadin Indonesia memastikan untuk hadir dalam dunia usaha agar bisa melakukan transisi ke arah bisnis yang lebih berkelanjutan berkelanjutan.
Untuk itu, Kadin Indonesia memiliki beberapa program yang dapat membantu perusahaan untuk menerapkan ESG dalam bisnisnya.
KADIN Net-Zero Hub
Sebuah platform yang membantu perusahaan yang siap untuk mencapai net zero melalui dekarbonisasi dan bertransisi ke energi baru & terbarukan.
KADIN Regenerative Forest Business Sub-Hub
Program yang memberikan informasi dan edukasi kepada perusahaan, khususnya sektor kehutanan untuk meningkatkan nilai ekonomi, sosial dan lingkungan sumber daya hutan secara berkelanjutan.
Selain dua program di atas, Kadin Indonesia juga berencana untuk merilis sebuah rencana strategis yang berjudul ‘Roadmap Indonesia Emas 2045.’ Peta jalan ini dirancang sebagai panduan bagi berbagai sektor industri dalam mendukung upaya Indonesia menuju puncak kejayaannya.
Salah satu peta jalan yang disusun adalah Peta Jalan Menuju Net Zero. Sebuah rancangan yang memuat berbagai strategi untuk mengakselerasi keberlanjutan. Dalam konteks ini, peran pemerintah menjadi sangat krusial sebab diperlukan pembentukan strategi pembangunan jangka panjang yang cermat dan terstruktur, yang dapat mencerminkan kebijakan serta mendukung penelitian yang relevan untuk menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan.
BACA JUGA: Prospek Bisnis Menjelang Net Zero dan Tantangan Menuju ke Sana Menurut Arsjad
Menutup sambutannya di Indonesia Future of Climate Summits 2023. Arsjad Rasjid mengingatkan bahwa sudah saatnya bagi Indonesia untuk Indonesia mewujudkan keberlanjutan dan inklusivitas dalam pembangunan.
“Bersama Kadin Indonesia dan seluruh pemangku kepentingan, mari kita wujudkan visi Indonesia Emas 2045 dan bergerak maju untuk mencapai target Net Zero 2060, untuk Indonesia yang lebih baik,” pungkasnya.