Di tengah kekhawatiran terhadap iklim Bumi, ada secercah harapan dengan adanya keinginan untuk mewujudkan prospek bisnis yang selaras dengan transisi energi, dari energi fosil menjadi energi baru terbarukan. Sebuah langkah yang dianggap sangat perlu mengingat energi fosil telah menghasilkan karbon yang tidak ramah lingkungan sehingga bila dibiarkan akan mengancam keberlangsungan hidup manusia.
Indonesia sendiri saat ini juga telah mempersiapkan langkah menuju nol karbon dengan mencanangkan Net Zero Emission 2060. Sebuah komitmen serius yang wajib mendapat dukungan dari semua pihak, bukan hanya negara tetapi juga masyarakat, khususnya pengusaha.
Untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, impian untuk emisi nol ini juga harus memiliki prospek bisnis. Tentu saja ini merupakan tantangan dengan menghadirkan sebuah transformasi sekaligus tetap menjaga laju ekonomi secara cepat. Karena itu, Kadin Indonesia menjadikan fokus net zero ini sebagai salah satu kategori untuk penghargaan ASEAN Business Award 2023 dengan tujuan memacu para pengusaha untuk semakin fokus pada transisi energi dengan menjaga pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Net Zero punya prospek bisnis besar untuk pengusaha Indonesia
Dalam perbincangan dengan Honey Money Podcast di kanal YouTube CNN Indonesia, Arsjad menekankan bahwa net zero akan memiliki prospek bisnis yang sangat besar di masa depan. Ketua Umum Kadin Indonesia tersebut menjelaskan bahwa saat ini ada satu bahasan besar di kalangan pebisnis, yaitu green energy.
Dalam pernyataannya, Arsjad mengatakan bahwa sudah saatnya para pengusaha mulai beralih fokus dalam produksi untuk energi hijau. Sebuah prospek bisnis baru yang tentunya memiliki pasar yang lebih luas, mengingat pemerintah sendiri telah mencanangkan target Net Zero Emission di tahun 2060 mendatang.
“Misalnya, teknologi efisiensi. Supaya penggunaan Watt-nya nggak terlalu besar. Bisa namanya untuk bicara mengenai energi untuk pakai solar panel dan segala macam. Ini adalah usaha-usaha yang memang masa depan dan ini makanya kenapa kita mengajak semuanya mulai, pertama, ikut serta dan mengatakan, ‘Eh, ada cuan ini, Bos!’,” ujar Arsjad.
Pria yang juga menjadi Ketua Umum PB Perpani tersebut juga menegaskan bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat. Untuk itu, ada prospek bisnis besar bagi produk-produk yang environmental friendly yang memberi jaminan serta dukungan terhadap keberlangsungan hidup manusia.
“Jadi ini benar-benar business of the future. Not the future.. Business of today sampai ke depan,” ungkap Arsjad.
Tantangan memunculkan prospek bisnis untuk net zero
Tidak mudah untuk mengubah mindset manusia. Kita yang terbiasa dengan kemudahan dalam menggunakan energi fosil kini harus menghadapi tantangan menuju net zero. Bukan hanya soal keinginan, tetapi juga terhadap prospek bisnis.
Menjawab pertanyaan tersebut, Arsjad Rasjid memahami bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar. Apalagi untuk Net Zero Emission 2060, di mana tantangan tersebut akan dihadapi secara menyeluruh, dari perusahaan besar, menengah dan kecil, serta tantangan pada setiap sektor.
“(Perusahaan) beli mesin baru, tiba-tiba disuruh ganti. Kan, nggak mungkin. Jadi perlu ada petanya. Peta menuju ke sana,” jelas Arsjad.
Untuk menghadapi tantangan tersebut Arsjad membentuk Kadin Net Zero Hub. Dalam wadah tersebut, perusahaan-perusahaan bisa saling berdiskusi, mulai dari membahas teknologi yang bisa diaplikasikan hingga metode-metode financing yang mendukung net zero.
Dari diskusi perusahaan-perusahaan Indonesia, Kadin kemudian membawanya ke ranah ASEAN. Ajakan tersebut diperluas agar net zero bukan hanya impian Indonesia tapi juga Asia Tenggara. Selain itu, Arsjad menganggap perlu bagi ASEAN untuk menjaga kekompakan untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi tetap pada jalurnya, tanpa ada gangguan dari pihak-pihak lain yang ingin mendikte agar masyarakat Asia Tenggara bisa mencapai Net Zero Emission secara bersama-sama.
Tak hanya Net Zero Emission, Carbon Center of Excellence juga menjadi hal yang digaungkan di ASEAN. Carbon Center of Excellence sendiri adalah platform di mana perusahaan bisa saling berbagi pengetahuan terkait isu karbon, sehingga nantinya wacana transisi energi yang berkelanjutan bisa semakin cepat direalisasikan. Sejalan dengan hal ini, ASEAN juga akan menggelar ASEAN Alliance on Carbon Market pada bulan September ini.
“Inilah yang kita bawa dalam percakapan di ASEAN dan ini untuk menyiapkan semua teman-teman di Indonesia sendiri. Suatu perjalanan yang masih panjang, yang penuh tantangan,” kata Arsjad.
Besarnya prospek bisnis net zero juga membuka pintu tantangan bagi para pengusaha di Indonesia dan ASEAN. Apa yang diinginkan Arsjad Rasjid adalah agar kita tetap erat bergandeng tangan, saling mendukung terhadap setiap proses menuju tahun 2060.
BACA JUGA: Arsjad Bersama ASEAN-BAC Siap untuk Merealisasikan ASEAN Business Roadmap
Potensi dan sumber daya yang besar menghadirkan tantangan dan godaan yang luar biasa. Diharapkan, dengan terjaganya kekompakan antar negara, akan semakin mudah bagi ASEAN untuk bersama-sama menjadi negara yang maju.