Bagi masyarakat modern, membangun bisnis sendiri merupakan sebuah impian. Tak lagi harus menjadi pekerja bagi orang lain, banyak di antara kita yang kini berani menembus tantangan dengan menjadi wirausahawan untuk meraih kesuksesan.
Memang tidak mudah untuk membangun bisnis sendiri. Tak hanya tentang memiliki suatu perusahaan, tetapi juga memiliki jiwa usahawan. Ditambah lagi, persaingan bisnis global yang kian ketat, baik secara perusahaan maupun antar-negara.
Sebagai langkah yang penuh tantangan, membangun bisnis itu tak selalu berjalan lancar. Diperlukan banyak keahlian dan ketepatan dalam menentukan keputusan. Untuk itu, ada baiknya kita belajar dari mereka yang sudah berpengalaman meraih kesuksesan menjadi pengusaha.
Salah satu yang bisa kita jadikan panutan adalah Arsjad Rasjid. Sosok pengusaha nasional yang kalem dan kebapakan, tetapi memiliki track record menjadi pengusaha yang tidak kaleng-kaleng. Dari bisnis pertambangan, media, hingga yang terbaru yaitu energi baru terbarukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Impian membangun bisnis pernah gagal karena ‘nitip teman’
Lewat podcast YouTube bersama Gita Wirjawan, Arsjad berbagi inspirasi dengan menceritakan bagaimana dirinya membangun bisnis setelah sebelumnya bekerja sebagai karyawan di perusahaan lain. Usai bersekolah di luar negeri selama bertahun-tahun dan jauh dari keluarga, Arsjad kembali ke Tanah Air dan bekerja di perusahaan Jepang yang bergerak di bidang otomotif.
Meski begitu, ada dorongan kuat bagi Arsjad Rasjid untuk membangun bisnis sendiri. Salah satunya datang dari teman-temannya yang getol mengajak dirinya berwirausaha.
“Dia (teman) mau buka bisnis, ikutan lah di situ. Nggak nyampe enam bulan, Bos.. abis!” ujar Arsjad, mengenang kegagalan pertamanya dalam berbisnis.
Arsjad beranikan diri untuk bikin usaha sendiri
Untungnya, kegagalan bukanlah dinding tebal bagi Arsjad Rasjid. Baginya, itu adalah sebuah proses, sebuah fase untuk belajar sebelum kembali berusaha dengan lebih banyak ilmu. Salah satunya adalah dengan membangun bisnis sendiri, bukan ikut-ikutan teman.
“Tapi kalau jalan sendiri mikirnya begini. Kalau gue berhenti kerja gue nggak dapat gaji. Tapi gue pengen bisnis. Gimana, kan? Ada risiko, kan bulanan nggak ada, Chief (panggilan Arsjad kepada Gita Wirjawan),” kata Ketua Umum PB Perpani ini.
“Akhirnya gimana caranya supaya bisa dua-duanya? Akal-akal, gitu. Cuma, at the end nggak bisa juga (membangun bisnis tapi masih bekerja di perusahaan lain)” tutur Arsjad sambil tertawa.
Pria yang sudah bersekolah di luar negeri dan hidup sendiri sejak kelas 4 Sekolah Dasar itu menyadari bahwa pada akhirnya hanya ada satu pilihan. Bekerja sebagai karyawan di perusahaan lain atau bertekad membangun bisnis sendiri.
“So, I went off dan buka bisnis waktu itu computer. Ya, karena basic-nya kan Computer Engineering,” imbuh Arsjad.
Businessman itu identik dengan kegagalan
Sembari mengingat masa lalunya, Arsjad bercerita tentang sulitnya menjalankan bisnis sendiri. Selalu ada tantangan yang dihadapi. Meski mengalami kesusahan dalam memasarkan produk, perusahaan Arsjad mampu mencapai target. Konsistensi ini akhirnya berbuah manis dengan hadirnya kontrak besar di tahun 1997 silam.
“We got a big contract. Wah, happy banget, kan. Kontrak dapat, satu bank beli banyak, segala macam,” ungkapnya.
Pada artikel terdahulu disebutkan bahwa perusahaan Arsjad Rasjid bernama PT Prabu Wahana yang memasarkan smart card dan penjualan mesin Electronic Data Capture (EDC). Perusahaan yang namanya tidak bertahan lama, dipaksa untuk diganti oleh pemiliknya sendiri, yaitu tak lain dan tak bukan, Arsjad Rasjid, karena dirasa kurang keren, kurang mendunia. Menurutnya, kalau kita memiliki mimpi, kita juga harus berani dengan memberikan nama yang keren dan mudah diingat oleh konsumen.
Inilah awal dari munculnya nama Indika. Grup perusahaan yang kemudian mengantar Arsjad Rasjid menuju kesuksesan. Indika sendiri merupakan sebuah singkatan dari beberapa kata, yaitu (IN)dustri Multime(DI)a dan Informati(KA).
Kembali ke perbincangan tentang ‘big contract,’ yang ternyata hanya menjadi impian semu. Ketika semua orang di perusahaannya bangga dan bahagia dengan kontrak tersebut, bank-nya gulung tikar.
“Jadi kontraknya ada, duitnya nggak dapat, Bos. Ya ampun, ya Allah,” seru Arsjad.
Kegagalan adalah sukses yang tertunda
Meski kembali mengalami kegagalan, Arsjad tak kenal menyerah. Perusahaan yang digawangi bersama teman semasa sekolahnya di Amerika Serikat, Agus Lasmono, tetap berjalan hingga kembali mendapatkan peluang dalam bisnis value added telecommunication.
Kali ini, bisnis Arsjad cukup sukses. Dalam enam bulan, perusahaan mampu mencapai break even point.
“Awalnya adalah kerja sama sama Hong Kong-Telkom karena waktu itu masa outgoing traffic, kan? Jadi kita bikin karena orang banyak telepon dari Hong Kong ke Indonesia, pengen dibuat dari Indonesia ke Hong Kong. Jadi kita buat traffic yang ke Hong Kong-nya,” jelas Arsjad.
Gabungan antara Arsjad Rasjid yang memiliki basic computer engineering dan bisnis, serta Agus Lasmono yang tertarik di bidang media menjadikan Indika sebagai perusahaan dengan banyak lini usaha. Selain komunikasi juga ada hiburan (production house), stasiun televisi, hingga menjadi salah satu supplier energi terbesar Tanah Air.
BACA JUGA: Cerita Awal Mula Nama Indika Dicetuskan Hingga Mendunia Seperti Sekarang
Dalam menjalankan bisnisnya, Arsjad mengaku memiliki rahasia sukses yang pasti bisa dilakukan oleh semua orang. Ia percaya pada satu hal.
“Tuhan itu baik. I believe that. Fokus, kerja, serius, ini ada aja jalannya. Insyaallah,” pungkasnya.