Banjarmasin, 13 Agustus 2024– Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, bersama ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) dan Borneo Economic Community (BEC), menggelar Borneo Economic Forum (BEF) pada 13 Agustus 2024 di Hotel Rattan Inn Banjarmasin, dalam rangka mempererat kerjasama ekonomi di antara negara-negara ASEAN.
Economic Forum ini menjadi ajang berbagai sesi diskusi panel yang berfokus pada tiga topik, yaitu perdagangan dan investasi, pembangunan manusia dan mobilitas, serta konektivitas infrastruktur.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan bisnis dari Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia, serta para pemangku kepentingan lainnya yang akan membahas peluang investasi dan kolaborasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Borneo dan mendukung pembangunan IKN Nusantara.
Melansir dari laporan “ASEAN Statistical Yearbook 2022”, nilai perdagangan di dalam kawasan ASEAN adalah yang terbesar di antara mitra dagang dengan kawasan lainnya dalam kurun 2019-2021. Per tahunnya, rata-rata nilai dagang yang dapat diraih di kawasan intra-ASEAN mencapai 638 miliar dolar Amerika Serikat, atau setara dengan 21% dari total perdagangan antar kawasan di dunia.
Tujuan dari gelaran forum ini adalah untuk meningkatkan investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Kalimantan. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor melalui perwakilan yang hadir, Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Adi Santoso, menyampaikan apresiasi serta menggarisbawahi potensi besar Kalimantan sebagai gerbang utama IKN.
“Kami optimis Kalimantan Selatan dengan posisinya sebagai gerbang IKN, memiliki peluang besar di kancah ASEAN. Kesempatan meraih investor terbuka lebar jika kita pandai memanfaatkan momentum. Borneo Economic Forum memberikan kita kesempatan membuka akses kolaborasi yang lebih luas dan membangun konsolidasi dengan negara-negara ASEAN di bawah pendampingan Kadin Indonesia dan Borneo Economic Community,” ungkap Adi.
Dalam kesempatan yang sama, Arsjad Rasjid selaku Ketua ASEAN-BAC Indonesia sekaligus Ketua Umum Kadin Indonesia, menyampaikan esensi digelarnya BEF sebagai platform untuk membahas pengembangan ekonomi di Kalimantan.
Arsjad melihat potensi Borneo sebagai pusat integrasi ekonomi regional dengan PDB gabungan sekitar $165 miliar, terlebih atas keberadaan IKN di Kalimantan Timur. “Forum ini merupakan upaya mendukung pembangunan ekonomi di Pulau Kalimantan. Tentunya dengan hadirnya pusat pemerintahan baru di IKN, Borneo berperan penting menjadi salah satu epicentrum of economic growth menuju pertumbuhan ekonomi 8%,” ungkap Arsjad.
Di samping itu, Arsjad Rasjid menyampaikan potensi Kalimantan menjadi pusat pengembangan ekonomi hijau melalui energi terbarukan dan ekowisata. Serta bagaimana mengelola infrastruktur terintegrasi agar pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dapat dicapai.
Menurut Arsjad Rasjid, dengan ditunjang oleh konektivitas yang baik dapat mendukung peningkatan mobilitas, perdagangan, juga menarik lebih banyak investasi, khususnya di bidang ekonomi hijau.
Dalam sambutannya, Arsjad Rasjid juga mengajak pengusaha dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei untuk dapat berkolaborasi dalam rangka memperkuat perdagangan lintas batas. “Saya mengajak lebih banyak pengusaha, baik dari Indonesia, Sabah, Sarawak, maupun Brunei, untuk memajukan cross-border trade dan membangun infrastruktur dan project terbarukan. Dengan demikian, kita dapat mewujudkan potensi besar Borneo sebagai pusat ekonomi hijau dan digital di ASEAN,” tambah Arsjad..
Ketua ASEAN-BAC Brunei, Haslina Taib, menyampaikan komitmen BEC untuk memprioritaskan inklusi masyarakat serta UMKM dalam peluang ekonomi baru di Borneo. “Kalimantan diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah dan populasi besar, menawarkan peluang besar untuk pengembangan Pusat Ekonomi Hijau dan Digital di ASEAN. Brunei siap mendukung pertumbuhan ini dengan infrastrukturnya yang matang, termasuk pelabuhan internasional dan konektivitas digital,” pungkas Haslina
Economic Forum ini menjadi ajang sejumlah sesi diskusi panel yang berfokus pada tiga topik, yaitu perdagangan dan investasi, pembangunan manusia dan mobilitas, serta konektivitas infrastruktur.
BACA JUGA: Visi Kadin Indonesia Mendorong Pertumbuhan Ekonomi 8% Sebagai Langkah Menuju Indonesia Emas 2045
Dengan hadirnya para perwakilan bisnis dari Brunei, Indonesia, dan Malaysia, ke depannya diharapkan dapat menjadi peluang investasi dan kolaborasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, baik di Borneo maupun untuk menunjang pembangunan IKN Nusantara.