Arti self reward bisa bermacam-macam bagi setiap individu. Ada yang memaknainya sebagai memberi hadiah diri sendiri dalam bentuk materiil, ada juga yang non materiil.
Dalam ilmu psikologi arti self reward berkaitan dengan teori positive reinforcement oleh B. F. Skinner. Dalam teori tersebut menjelaskan tentang siklus motivasi dan pencapaian yang berulang ketika sebuah perilaku diberikan apresiasi atau penghargaan.
Makna dari self reward juga tidak jauh berbeda. Kita mengapresiasi diri dengan menghadiahi diri, guna mempertahankan dan memelihara motivasi yang ada dalam diri. Namun, Arsjad Rasjid punya tips agar cara memberi self reward tetap sehat secara mental dan finansial. Yuk simak tipsnya di bawah ini.
Daftar Isi
Arti self reward dalam psikologi
1. Melakukan pembelian impulsif
2. FOMO (Fear of Missing Out)
3. Mengabaikan kebutuhan pribadi yang lebih prioritas
Tips Arsjad Rasjid untuk menerapkan self reward yang sehat
1. Menetapkan budget dan prioritas
2. Lakukan pertimbangan matang sebelum membeli
3. Mencoba self reward yang lebih bermakna
Arti self reward dalam psikologi
Kita dapat memaknai self reward sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras dan pencapaian diri sendiri. Penelitian menunjukkan bagaimana tindakan ini dapat meningkatkan produktivitas jadi lebih baik, serta membangun kepercayaan diri.
Namun seiring dengan perubahan gaya hidup masa kini, terutama di era media sosial dan digital, praktik self reward kadang dilakukan dengan kurang sehat. Sebagai contoh:
1. Melakukan pembelian impulsif
Melakukan pembelian barang tanpa pertimbangan matang karena dorongan emosi sesaat.
2. FOMO (Fear of Missing Out)
Melakukan self reward karena mengikuti tren atau tekanan sosial. Tidak memahami konsep apresiasi terhadap diri sendiri, hanya mengikuti gaya hidup orang lain tanpa filter.
3. Mengabaikan kebutuhan pribadi yang lebih prioritas
Mendahulukan self reward tanpa mempertimbangan kondisi finansial atau kebutuhan yang perlu didahulukan. Akibatnya pengeluaran tidak terkontrol, berhutang dan stabilitas keuangan terganggu.
Tips Arsjad Rasjid untuk menerapkan self reward yang sehat
Meskipun memberikan manfaat, self reward yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak yang kurang sehat. Nah, Arsjad Rasjid punya beberapa mindset yang dapat kita terapkan agar lebih efektif dalam memberikan apresiasi terhadap diri sendiri.
1. Menetapkan budget dan prioritas
Kunci utama menerapkan self reward yang sehat adalah dengan melakukan anggaran keuangan. Pisahkan alokasi dana untuk kebutuhan dan investasi dari dana self reward.
Berikut ini contoh perhitungan dengan asumsi penghasilan Rp 4.000.000.
- Kebutuhan pokok (50%): Rp 2.000.000 (makan, kos, transport)
- Tabungan & investasi (30%): Rp 1.200.000
- Dana fleksibel & self reward (20%): Rp 800.000
Jika kita memiliki target self reward yang lebih besar, kita bisa menabung 2-3 bulan dari alokasi self reward bulanan. Dengan demikian, tidak akan membebani pos keuangan yang lainnya.
2. Lakukan pertimbangan matang sebelum membeli
Bila self reward yang ingin dilakukan adalah membeli barang, pastikan kita melakukan pertimbangan yang matang. Contohnya dengan menanyakan 3 hal pada diri sendiri. “Apakah benar-benar membutuhkannya? Apakah waktunya tepat untuk membeli? Apakah ada alternatif lain dengan value serupa tetapi harganya lebih murah?”
Kita juga dapat menerapkan metode 10/10/10. Yaitu mempertimbangkan Apakah barang ini masih penting 10 menit dari sekarang, masih berguna 10 bulan dari sekarang dan apakah akan berdampak 10 tahun ke depan?
3. Mencoba self reward yang lebih bermakna
Arsjad Rasjid mengatakan bahwa self reward tidak harus dalam bentuk membeli barang. Kita dapat menggunakan uang tersebut untuk pengalaman yang lebih bermakna.
Contohnya melakukan liburan kecil ke tempat yang ingin kita datangi. Selain itu melakukan pengembangan diri lewat workshop atau pelatihan yang menunjang upgrade skill juga merupakan bentuk apresiasi terhadap diri.
BACA JUGA: Self Reward Itu Perlu, Ini Cara Bijak Melakukannya agar Tabungan Tetap Aman
Melakukan praktik self reward yang sehat dapat menentukan efektivitasnya pada keberlanjutan motivasi dan produktivitas selanjutnya. Oleh karena itu, jaga keseimbangan antara memberikan apresiasi diri dengan tetap menjaga stabilitas finansial. Dengan demikian, kita dapat melakukan self love tanpa terjebak perilaku konsumtif yang malah merugikan di masa mendatang.














