Canva adalah platform desain grafis yang telah membantu banyak orang untuk bisa mendesain, meskipun tidak memiliki latar belakang di bidang tersebut.

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa di balik produk ini, ada seorang pemimpin perempuan tangguh bernama Melanie Perkins. Untuk menjadikan Canva seperti sekarang, ia pernah mengalami 100 penolakan investor atas ide tersebut.

Arsjad Rasjid pun membahas bagaimana Canva merupakan bukti sebuah ide sederhana ternyata dapat berkembang menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat. Canva juga membuka terobosan bagi penggunanya agar bisa meng-upgrade skill mereka. Yuk simak perjalanan menarik Canva di sini.

Ide awal Canva adalah memudahkan aktivitas desain via software

Perjalanan Canva dimulai saat co-founder dan CEO-nya, Melanie Perkins, masih kuliah di University of Western Australia di tahun 2007. Ide membuat Canva tercetus ketika melihat kesulitan para mahasiswa dalam menggunakan software desain seperti Adobe Photoshop yang cukup kompleks.

Melanie ingin menjawab kesulitan tersebut dengan ide menyederhanakan proses desain dan membuatnya mudah diakses kapanpun dan di manapun. Melanie menggandeng Cliff Obrecht dengan meluncurkan platform online, Fusion Books yang merupakan awal mula Canva, di tahun 2007.

Platform ini cukup sukses di Australia dan mulai digunakan di Prancis dan New Zealand. Dari kesuksesan ini, Melanie ingin mengembangkannya lebih besar lagi. Ia pun terbang ke Silicon Valley demi mewujudkan harapan tersebut.

Ratusan penolakan dari investor karena dianggap tidak punya prospek

Awalnya, Melanie Perkins harus menghadapi banyak penolakan dari investor. Hal ini karena anggapan bahwa bisnis sektor desain grafis sudah tidak prospektif.

Puncak dari usaha Melanie adalah ketika dirinya bertemu Cameron Adams, dari Google yang memiliki keahlian mumpuni di bidang teknis komputer. Mereka berkolaborasi dan mengembangkan prototipe Canva sehingga ide tersebut mulai dilirik oleh para investor.

Peluncuran Canva dan perkembangannya yang pesat

Harapan Melanie Perkins akhirnya terwujud. Canva akhirnya launching pada tahun 2013 dan mendapat animo yang besar dari para user karena penggunaannya yang mudah dan fiturnya yang intuitif.

Sekitar 750.000 pengguna baik dari latar belakang desain grafis maupun tidak, merasakan manfaatnya. Sebab platform Canva juga menyediakan berbagai elemen desain yang memudahkan, seperti template dan font yang menarik.

Melansir dari situs Demandsage, sejak tahun 2017, Canva terus mengalami lonjakan pendapatan tahun ke tahun sebesar 35%. Hingga pada tahun 2023, berhasil menghasilkan hingga $1,7 miliar.

Tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana Canva selalu berhasil meningkatkan pendapatan mereka.

Dengan peningkatan tersebut, Canva juga memperluas fungsionalitasnya. Di antaranya dengan menambahkan fitur-fitur baru untuk pelajar dan pekerja, seperti Canva for Work dan Canva for Education.

Kini Canva memiliki pengguna bulanan hingga 135 juta orang dengan 6 juta pelanggan korporasi. Ide yang sempat ditolak banyak investor ini berhasil mengukuhkan diri sebagai salah satu startup teknologi sukses di dunia.

Pelajaran dari kisah Canva adalah ketekunan dan kegigihan

Meski dimulai dengan banyak penolakan, pada akhirnya aplikasi Canva menjadi terobosan yang menjawab masalah banyak pengguna tentang desain grafis. Dari kisah Melanie Perkins, Arsjad Rasjid mengajak kita untuk memahami pelajaran apa saja yang bisa dipetik.

1. Memandang penolakan sebagai kesempatan untuk perbaikan

Tantangan dalam berinovasi adalah hadirnya penolakan. Menurut Arsjad, wajar bila kita bersedih, tetapi jangan berlarut-larut meratapinya. Temukan cara untuk move on dan membuktikan visi yang ingin dikejar.

Hal ini dilakukan oleh Melanie yang harus menghadapi banyak penolakan. Namun alih-alih menyerah, ia meminta masukan yang kemudian dapat dijadikan sarana memperbaiki dan menyempurnakan produk mereka.

2. Fokus pada tujuan dan jangan menyerah untuk mewujudkannya

Arsjad Rasjid menganjurkan untuk tetap fokus dan tekun pada apa yang ingin kita raih. Sama halnya seperti Melanie Perkins yang berusaha menemukan cara mengejar impiannya untuk melahirkan Canva, meski banyak menghadapi penolakan.

Kegigihan Melanie Perkins, bersama Cliff Obrecht dan Cameron Adams akhirnya berbuah manis dengan kesuksesan Canva di pasaran. Tak hanya sampai di situ, mereka juga tetap mengembangkan fitur dan fungsionalitasnya untuk memudahkan aktivitas desain grafis bagi pengguna.

BACA JUGA: Arsjad Ceritakan Bagaimana Michael Phelps Bangkit dari Keterpurukan Menjadi Legenda Olimpiade

Kesuksesan Melanie Perkins dan Canva adalah inspirasi bagaimana ketekunan dan visi yang kuat dapat mengubah ide sederhana menjadi suatu bisnis dengan valuasi luar biasa.

You may also like

More in Inspirasi