Arsjad Rasjid dan ekonomi Syariah adalah dua hal yang tak terpisahkan. Sebagai seorang pengusaha sukses, sekaligus pimpinan dari berbagai organisasi dan perusahaan ternama, pria alumnus Pepperdine University tersebut selalu memberikan dukungan yang sangat besar terhadap perkembangan sistem perekonomian berbasis syariat Islam ini. Bahkan, saat ini ia juga tercatat sebagai Ketua Dewan Penyantun dari Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)
Dalam perbincangan bersama Dr. Dripa Sjabana di kanal YouTube MESSAGE Podcast yang bertema ‘Wujud Nyata Pengusaha Perkuat Ekonomi Syariah,’ terungkap bahwa Arsjad Rasjid memberikan dukungan penuh untuk meningkatkan laju perekonomian Syariah.
Potensi besar ekonomi Syariah di Indonesia
“Masyarakat Ekonomi Syariah adalah suatu ekosistem, based on Syariah,” jelas Arsjad ketika ditanya mengenai perspektifnya tentang Kadin Indonesia dan MES.
Arsjad menyadari bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia dengan mayoritas beragama Islam. Dengan 200 juta penduduk dan mayoritas Muslim sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia, menjadi sangat potensial untuk pengembangan ekonomi berbasis Syariah. Karena itu, ia segera membentuk Badan Ekonomi Syariah begitu terpilih sebagai Ketua Kadin Indonesia.
Ia menekankan, dalam membentuk sebuah ekosistem ekonomi berbasis Syariah, perlu ada kolaborasi dari semua pihak. Mulai dari pemuka agama hingga para akademisi. Apalagi dengan kemajuan zaman yang semakin cepat sehingga ada satu urgensi yang sangat kuat bila ingin membentuk perekonomian Syariah di masa sekarang ini.
Tahap kehidupan kedua Indonesia, saatnya tancap gas membangun ekonomi Syariah
Arsjad kemudian menjelaskan bahwa seperti manusia, Indonesia juga memiliki tahap kehidupan. Tahap pertama adalah ketika mencapai kemerdekaan di tahun 1945 hingga peristiwa Reformasi ‘98. Mengapa menandai tahun 1998 sebagai awal dari tahap kedua kehidupan? Arsjad beranggapan bahwa saat itu Indonesia sedang mencari jati diri.
Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk., tersebut menggambarkan bahwa sejak 1998 hingga 2018, atau sekitar 20 tahun bangsa kita terus berputar-putar mencari jati diri. Di tahun 2019, barulah kita menemukan pintu yang, bila terbuka, akan membawa negara ini menuju masa depan yang cerah.
“Pertama, waktu Pak Jokowi dan Pak Prabowo, buat saya itu simbol, maturity of politic di Indonesia,” ungkap Arsjad.
Dengan bersatunya dua figur publik terbesar Tanah Air, Arsjad menganggap bahwa ada usaha dari pemerintah dan para pemangku kebijakan untuk menciptakan kesejahteraan dan gotong royong membangun bangsa.
Kedua, adanya cita-cita mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045 dan adanya keinginan untuk menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Dua simbol di atas, menurut Arsjad merupakan tanda-tanda bahwa Indonesia mulai bangkit. Untuk itu diperlukan roadmap yang bisa mewujudkan wadah yang bisa membantu negara ini menjadi kekuatan baru perekonomian dunia.
Dukungan MES untuk ekonomi Syariah menuju Indonesia Emas 2045
Dalam mencapai Indonesia Emas 2045, diperlukan langkah nyata dari berbagai pihak. Sebuah persiapan yang sangat rumit, besar, berambisi, dan diperlukan kesadaran serta kekompakan dari elemen-elemen masyarakat. Hal ini berkaitan dengan begitu kayanya negara kita, bukan hanya secara sumber daya alam, tetap juga tradisi, budaya, agama, dan lain sebagainya. Arsjad mengatakan bahwa kita butuh merangkul dan memberdayakan semua pihak, termasuk menemukan cara untuk menumpas kemiskinan dan pemerataan kesejahteraan penduduk.
Dengan adanya semangat untuk bekerja sama, mendorong untuk bergerak dan tidak meninggalkan siapa pun di belakang dalam membangun bangsa, atau Arsjad Rasjid menyebutnya inclusive collaboration, akan terwujud perekonomian berasaskan Pancasila.
“Itulah wujud Ekonomi Pancasila. Karena kita selalu melihat Pancasila dari sisi ideologi. Tapi kalau Pancasila dari sisi ekonomi, itu ujung-ujungnya gotong royong, inclusive collaboration,” ujarnya.
Menurut Arsjad, dalam mewujudkan Ekonomi Pancasila kita harus melibatkan semua pihak, yang juga merupakan cerminan dari Masyarakat Ekonomi Syariah. Dalam membangun MES, Arsjad merangkul semua pihak terkait untuk menjalin satu kesatuan.
Arsjad beranggapan bahwa dengan memiliki jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia, Indonesia seharusnya menjadi yang terdepan dalam menjalankan konsep ekonomi Syariah. Tapi, menurutnya, untuk berbicara tentang masalah industri halal saja negara kita masih tertinggal dengan negara-negara lainnya.
“Inggris lebih jago Syariah Financing-nya. Mereka terus utak-atik Syariah Financing,” lanjut pria yang saat ini juga menjadi Ketua PB Perpani tersebut.
Ada banyak pekerjaan yang harus Indonesia lakukan dalam membangun ekosistem ekonomi Syariah. Karena itu, sebagai Ketua Kadin Indonesia, Arsjad mendorong Kadin untuk semakin melibatkan diri di organisasi-organisasi Islam. Ia menargetkan Kadin bisa turut duduk bersama dan aktif di sana.
Dengan menempatkan diri di sana, selain memperkuat relasi, kita bisa memberikan ide-ide yang memperkuat ekosistem ekonomi Syariah. Ke depan, Arsjad menegaskan agar Indonesia tidak ketinggalan dan ikut terus berpacu karena negara kita juga memiliki potensi market Syariah yang besar.
“Kalau kita tidak berpartisipasi dengan diskusi internasional, nanti ketinggalan kita,” tutur Arsjad.
BACA JUGA: Komitmen Arsjad Mendukung Berbagai Program Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)
Ada harapan bahwa MES akan menjadi tempat untuk berkolaborasi. Setiap orang memiliki kewajiban untuk menjadikan ekonomi Syariah menjadi kekuatan, baik secara nasional maupun internasional. Sudah siapkah Anda untuk memberikan dukungan?