News

Fenomena Layoff Startup, Arsjad Rasjid: Profitabilitas Sebagai Kunci Keberlanjutan

ilustrasi seseorang terkena layoff

Kabar layoff dari techstartup semakin masif sejak Februari 2022. Arsjad Rasjid dalam konten Instagramnya menyebutkan, startup yang sudah unicorn pun tak luput dari fenomena layoff ini.

Di Indonesia sendiri hingga Juni 2023, ecommurz.com merekam 7,064 karyawan ter-PHK dari 47 unique startup. November 2022, GoTo (Gojek Tokopedia) mencatatkan PHK terbesar hingga 1,300 karyawan. Sedangkan di Maret 2023, kembali merumahkan 600 orang.

Mengapa layoff ini bisa terjadi? Bagaimana menghindarinya? Simak artikel ini sampai selesai

Apa itu layoff?

Istilah layoff merujuk ke salah satu bentuk pemutusan hubungan kerja atau PHK. Langkah ini biasanya diambil perusahaan untuk melakukan efisiensi dan mempertahankan kelangsungan usaha.

Ada beberapa penyebab perusahaan harus melakukan perampingan jumlah karyawan, di antaranya:

  1. Masalah anggaran, bisa disebabkan oleh kegagalan mencapai target, pengelolaan keuangan yang buruk, tanggungan utang atau beban bayar lainnya.
  2. Merger dan akuisisi, di mana dua perusahaan melebur jadi satu dan melahirkan kebijakan atau kepemimpinan baru. Sehingga berpotensi untuk memberhentikan sejumlah posisi atau jabatan yang sama.
  3. Bangkrut/berhenti beroperasi karena terus merugi atau manajemen buruk. Layoff diterapkan pada seluruh karyawan atau hanya mempertahankan anggota inti saja.

Penyebab utama kenaikan gelombang PHK menurut Arsjad Rasjid

Arsjad menyoroti fenomena PHK yang tidak pandang bulu dialami oleh perusahaan kecil maupun besar, “Salah satu alasan utama penyebab banyaknya startup yang tidak bisa berkembang dan pada akhirnya tutup adalah kurangnya profitabilitas.”

Pria yang merupakan lulusan Pepperdine University ini sendiri pernah membahas potensi tersebut dalam program di channel Youtubenya, Coffee Break with Arsjad & Chatib Basri | Ngobrolin Resesi, Startup dan PHK Massal di Indonesia.

Chatib Basri menjelaskan sejumlah sektor yang memang terdampak karena supply mereka bergantung pada kondisi global. Sebut saja manufaktur (seperti tekstil), otomotif dan juga tech.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan PHK ini rawan terjadi:

  • Tren menanggung kerugian di awal/bakar uang di beberapa tahun pertama demi market growth.
  • Market growth tidak diimbangi dengan profitabilitas sehingga kehabisan modal kerja
  • Bergantung pada pendanaan.
  • Beban gaji karyawan yang terlalu besar
  • Resesi/ekonomi global yang tidak menentu memaksa perusahaan melakukan antisipasi berupa efisiensi.

Inilah yang menurut Arsjad membuat prinsip ‘growth at all cost’ sudah tidak relevan sehingga sebaiknya startup harus segera menerapkan strategi baru agar bisa profit.

Strategi untuk mempertahankan startup dari potensi layoff

Kondisi tech winter memang tak terelakkan. Namun ada beberapa kiat yang bisa dilakukan bila ingin terhindar dari gelombang PHK yang saat ini sedang marak terjadi.

1. Ubah strategi bakar uang jadi profitable

Mengejar growth tanpa menghasilkan revenue akan membuat perusahaan semakin merugi. Maka startup disarankan untuk fokus menghasilkan profit.

Back to basic,” kata Arsjad Rasjid. Menggambarkan bahwa tren strategi bisnis saat ini akan kembali seperti beberapa periode sebelum adanya startup, yakni mencari keuntungan.

2. Mengubah arah bisnis yang lebih menguntungkan

Arsjad kerap menganjurkan, terutama pada pemilik usaha untuk selalu agile, yakni mampu beradaptasi dalam berbagai situasi.

Terutama ketika menghadapi tantangan usaha seperti model bisnis yang tidak berhasil, maka segera cari dan pindah ke sektor usaha yang paling mungkin untuk dilakukan. Di mana market-nya cukup luas, tapi kompetitornya lebih sedikit.

3. Merombak manajerial atau posisi talent yang sudah ada

Dalam program Coffee Break with Arsjad Rasjid dan Pandu Sjahrir, ada sebuah masukan yang menarik. Pandu yang juga seorang entrepreneur, menyarankan pada para founders untuk double down on the best talent, misalnya berani meng-hire talent terbaik dari perusahaan lain dan berinvestasi pada SDM terbaik yang dimiliki.

4. Mencari pendanaan dengan menurunkan ego

Pemilik usaha juga disarankan untuk menurunkan ego dalam mencari funding. Yakni tidak berfokus untuk meningkatkan valuasi bisnis semata, tetapi pendanaan itu untuk menguatkan infrastruktur yang sedang dimiliki.

It’s okay go lower, tapi if you think long term, this might be the best bet to do now,” ujar Pandu Sjahrir.

5. Mengakuisisi atau diakuisisi

Bila posisi startup sudah di titik tertentu yang sulit berkembang, founder bisnis juga bisa memberanikan diri mengakuisisi perusahaan yang complementary atau diakuisisi bisnis yang lebih besar. Tujuannya untuk bisa tetap survive.

BACA JUGA: PHK Adalah Sesuatu yang Pelik, Arsjad Rasjid Bercerita Tentang Sulitnya Mengambil Keputusan Ini

Menghadapi musim resesi dan layoff, para founders perlu mengambil keputusan yang tepat dan cepat. Sehingga bisa fokus untuk menerapkan strategi baru yang lebih menguntungkan untuk jangka panjang.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Arsjad Rasjid (@arsjadrasjid)

You may also like

More in News