Inklusi merupakan isu kompleks yang dihadapi oleh banyak negara di seluruh dunia. Bahkan di negara-negara berkembang, kelompok rentan seringkali mengalami tekanan yang lebih besar, seperti yang terungkap dalam laporan dari World Bank. Oleh karena itu, tidak dapat disangkal bahwa penguatan inklusi merupakan hal yang sangat penting.
Di Indonesia sendiri, masalah inklusi juga masih menjadi perhatian utama. Hal ini terlihat dari perbandingan dengan negara-negara ASEAN, di mana Indonesia tertinggal cukup jauh dalam beberapa aspek, seperti yang tergambar dalam infografis di bawah ini.
Upaya untuk meningkatkan tingkat inklusivitas di Indonesia terus digaungkan dengan semakin intens. Salah satu langkah yang diambil adalah melalui perencanaan strategis yang terdokumentasikan dalam Buku Putih (White Paper) Peta Jalan Indonesia Emas 2045. Inklusi menjadi salah satu pilar yang mendukung kemajuan bangsa, sejalan dengan pilar-pilar lainnya seperti ketahanan, kesejahteraan, dan keberlanjutan.
Dikutip dari buku tersebut, terdapat setidaknya tiga target inklusi yang ingin dicapai, yakni aspek kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Berikut ini penjelasan lebih detail mengenai ketiga aspek tersebut.
Daftar Isi
1. Meningkatkan akses layanan kesehatan yang inklusif
2. Memperkuat inklusivitas di sektor pendidikan
3. Pemerataan akses infrastruktur penunjang
1. Meningkatkan akses layanan kesehatan yang inklusif
Peningkatan akses layanan kesehatan yang inklusif menjadi fokus utama dalam memastikan bahwa semua orang dapat memperoleh layanan kesehatan yang diperlukan.
Indonesia telah mencapai tingkat inklusivitas yang signifikan dalam layanan kesehatan, terlihat dari terobosan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2021 untuk memperbaiki sistem layanan kesehatan di negara ini.
Namun demikian angka-angka tersebut masih memiliki potensi untuk ditingkatkan. Statistik yang memprihatinkan dalam beberapa aspek kesehatan, seperti jumlah dokter yang hanya 0,63 per 1000 jiwa, anggaran kesehatan sebesar 3,4% dari PDB, dan angka kematian bayi sebesar 19 per 1000 kelahiran, menunjukkan perlunya langkah-langkah lebih lanjut untuk meningkatkan inklusivitas layanan kesehatan.
Menuju tahun 2045, Indonesia telah menetapkan target untuk memperbaiki status kesehatan saat ini, antara lain:
- Menaikkan jumlah dokter dari 0,63 menjadi 2,14 per 1000 jiwa.
- Meningkatkan alokasi anggaran kesehatan dari 3,4% menjadi 10% anggaran kesehatan dari PDB.
- Menurunkan angka kematian bayi dari 19 menjadi 5 kematian per 1000 kelahiran.
2. Memperkuat inklusi di sektor pendidikan
Upaya untuk memperkuat inklusivitas dalam sektor pendidikan menjadi kunci penting dalam memastikan akses pendidikan yang merata bagi semua individu. Data awal menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal inklusi pendidikan, seperti terlihat dari skor PISA (Programme for International Student Assessment) yang menempatkan Indonesia pada peringkat 71, signifikan lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia yang menempati peringkat 48, bahkan Singapura yang menempati peringkat 2. Ke depannya Indonesia menargetkan setidaknya berada di urutan ke 20.
Selain itu, peningkatan skor HCI (Human Capital Index) yang menunjukkan kemampuan suatu negara dalam memanfaatkan potensi dan produktivitas sumber daya manusianya juga perlu ditingkatkan.
Target Inklusi di Bidang Pendidikan:
- Meningkatkan skor PISA dari urutan 71 ke urutan 20.
- Meningkatkan skor HCI dari 0,54 ke 7.
3. Pemerataan akses infrastruktur penunjang
Memperkuat infrastruktur yang inklusif juga merupakan hal yang perlu dilakukan. Apalagi saat ini Indonesia dihadapkan dengan berbagai tantangan terkait. Misalnya Rendahnya kualitas infrastruktur di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara di dunia khususnya kualitas jalan yang mendapatkan skor 4,2.
Kemudian kinerja pelabuhan di Indonesia juga tergolong rendah. Hal ini meliputi dwelling time yang tinggi, menghabiskan waktu yang lama di pelabuhan, dan pilihan rute logistik yang kurang optimal karena infrastruktur pelabuhan yang kurang baik.
Tantangan selanjutnya adalah tentang akses dan kualitas sanitasi yang rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Hanya 74% populasi di Indonesia yang memiliki akses terhadap sanitasi dasar dan angka tersebut masih berada di bawa rata-rata ASEAN yaitu 82%.
Kurangnya infrastruktur perumahan juga masih menjadi tantangan hingga hari ini. Diketahui hanya 20% populasi teratas yang dapat membeli rumah. Belum lagi masalah lain seperti hambatan suplai, 400.000 defisit perumahan terjangkau per tahun, hingga kualitas rumah yang buruk.
Untuk bisa mengeliminasi problem dan menyelesaikan tantangan terkait infrastruktur ini, Indonesia memiliki target optimis di tahun 2045, yakni:
- Meningkatkan skor indeks kualitas jalan dari 4,2 menjadi 61.
- Meningkatkan angka indeks kinerja pelabuhan dari 30-40 menjadi 150.
- Meningkatkan skor indeks reliabilitas air bersih pada kawasan permukiman dari 63 menjadi 95.
- Meningkatkan angka kelayakan tinggal di kota besar dari 51 menjadi 95.
BACA JUGA: 5 Aspek Pendukung Pilar Indonesia Emas 2045, Apa Saja?
Target-target memperkuat inklusivitas tersebut mungkin terlihat sebagai tantangan, namun upaya tersebut harus dilakukan agar seluruh warga negara Indonesia dapat merasakan kehidupan yang setara seperti yang sering diungkapkan oleh Arsjad Rasjid, “NO ONE LEFT BEHIND”.