Indonesia menunjukkan tekad kuat menjadi negara yang maju dengan adanya cita-cita Indonesia Emas 2045. Sebuah mimpi untuk wajah negara kita di masa depan, yang maju, berdaulat, serta membangun secara berkelanjutan demi generasi-generasi penerus bangsa.
Arsjad Rasjid memiliki peran besar untuk mengobarkan semangat generasi muda dalam mengejar mimpi Indonesia Emas 2045. Sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia serta wakil dari pengusaha negeri ini, Arsjad terus mendengungkan semangat ini demi lancarnya pembangunan berkelanjutan di sektor ekonomi, termasuk saat dirinya menghadiri Dies Natalis Universitas Hasanuddin ke-67 di Makassar, Sulawesi Selatan.
Harapan dan tantangan Indonesia Emas 2045
Dalam sambutannya, Arsjad mengawali dengan membeberkan Visi Indonesia Emas 2045. Sebuah aspirasi dari Presiden RI Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera pada tahun 2045. Hanya saja, ada satu tantangan besar yang harus kita hadapi untuk bisa sampai ke sana.
“Sayangnya, saat ini Indonesia masih masuk dalam kategori negara berkembang dan masih terjebak di middle income trap. Untuk dapat menjadi negara maju, Indonesia harus dapat keluar dari Middle-Income Trap yang selama 30 tahun ini kita rasakan dan menjadi ekonomi terbesar ke-4 berdasarkan PDB pada tahun 2045,” kata Arsjad
Arsjad juga menggambarkan IKN sebagai simbol Indonesia Emas 2045. Sebuah kota yang menunjukkan masa depan negara kita yang maju, tangguh, sejahtera, inklusif, serta berkelanjutan di tahun 2045.
Roadmap Indonesia Emas 2045 dan 4 Pilar Strategi Pembangunan
Untuk mewujudkan visi tersebut, Kadin Indonesia telah mempersiapkan Roadmap atau Peta Jalan Indonesia Emas 2045. Sebuah target pencapaian atau strategi (KPI) yang telah dirancang oleh para pengusaha Indonesia Dengan KPI ini, Indonesia memiliki tolok ukur & target pembangunan ke depan.
“Misalnya untuk mencapai kesejahteraan, PDB per kapita kita juga harus naik, dari yang sekarang USD 4.700 ke USD 15.600. Lalu untuk mencapai ketahanan pangan, Global Food Security Index Ranking harus meningkat dari saat ini nomor 63 menjadi nomor 20,” jelas Arsjad.
Kepada hadirin Dies Natalis UNHAS, Arsjad Rasjid juga mengatakan bahwa Peta Jalan Indonesia Emas 2045 memiliki Empat Pilar Strategi Pembangunan.
Pilar Ketangguhan
Pilar Ketangguhan menegaskan pentingnya ketahanan pangan dan kesehatan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang tangguh. Arsjad mengibaratkan, tanpa perut yang terisi dan tubuh yang sehat, jangan berharap kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
Beberapa strategi pendukung Pilar Ketangguhan untuk meningkatkan ketahanan pangan salah satunya melalui skema Inklusif Closed Loop. Dalam skema ini, Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan regulator, sementara swasta berperan sebagai off-taker, atau pembeli hasil panen petani. Kemudian petani menjalankan produksi pangan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
Sementara dalam hal ketahanan kesehatan, selama ini, 99,99% bahan baku obat-obatan, bahkan paracetamol masih didatangkan dari luar negeri atau impor. Di sini Arsjad Rasjid menegaskan bahwa Indonesia seharusnya bisa memproduksi alkes & obat penting secara lokal. Untuk itu, Arsjad memiliki target meningkatkan produksi alkes lokal hingga 13% di tahun 2030 dari yang sekarang masih 4%.
Pilar Kesejahteraan
Masyarakat Indonesia diharapkan memiliki mengakses kehidupan yang layak dengan tersedianya lapangan pekerjaan terutama di sektor pertumbuhan strategis seperti sektor manufaktur dan UMKM yang menyerap jutaan tenaga kerja Indonesia, sektor keuangan, dan tidak ketinggalan, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Bahkan bila perlu, menurut Arsjad, Indonesia bisa memiliki 10 destinasi wisata favorit yang selevel dengan Bali.
Pilar Inklusivitas
Di sini ada upaya untuk pemberdayaan populasi rentan dengan pemerataan fasilitas kesehatan dan kebijakan perlindungan sosial. Pilar ini penting untuk memastikan bahwa upaya pembangunan kita tidak boleh meninggalkan siapapun. Alasannya, seluruh masyarakat memiliki hak yang sama untuk mengakses kebutuhan dasar hidup.
Pilar Keberlanjutan
Untuk Pilar Keberlanjutan, Arsjad menjelaskan bahwa indikator keberhasilan ekonomi bukan hanya “growth” saja, tapi mencapai pertumbuhan dengan menjaga lingkungan. Salah satu caranya adalah melalui dekarbonisasi industri dan juga elektrifikasi kendaraan.
Empat Pilar Pembangunan tersebut juga memerlukan aspek pendukung, seperti sumber daya manusia, infrastruktur logistik, digital, dan regulasi.
Dampak positif dan negatif bonus demografi Indonesia
Bicara tentang sumber daya manusia, Arsjad mengingatkan bahwa Indonesia diproyeksikan memiliki bonus demografi, di mana tahun 2045 nanti, penduduk usia produktif Indonesia akan mencapai 70% dari total populasi.
“Dibanding Jepang misalnya di mana lebih banyak usia nonproduktif, rasio ketergantungan di Jepang mencapai 71% di 2021 membuat pertumbuhan ekonomi di Jepang stagnan. Usia produktif seperti adik adik inilah yang menjadi modal kita untuk mencapai Indonesia Emas di tahun 2045,” terang Arsjad.
Tetapi Arsjad mengingatkan bahwa bonus demografi tidak akan bisa didapatkan seandainya Indonesia tidak memiliki sumber daya manusia yang tidak berkualitas. Justru hal ini hanya akan meningkatkan problem-problem sosial, seperti kemiskinan, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
Ketua Umum Kadin tersebut menjelaskan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas memiliki peran penting agar Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi dengan baik dan mencapai visi Indonesia Emas 2045. Untuk itu, ia berharap kepada generasi muda, termasuk mereka yang hadir di Dies Natalis UNHAS sebagai orang-orang yang akan membentuk masa depan Indonesia.
“Dan saya bisa katakan, masa depan Indonesia ada di tangan para generasi muda seperti adik-adik yang ada di sini,” tutur pria bernama lengkap Mohammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningrat tersebut.
Bonus demografi akibatkan tantangan masa depan
Hanya saja, dalam membentuk masa depan, generasi muda akan memiliki tantangan yang sangat berat. Saat ini Indonesia masih dikenal dunia sebagai negara dengan produktivitas yang rendah karena banyak pekerjanya yang berketerampilan rendah. Salah satu penyebabnya adalah kurikulum edukasi di Indonesia belum berorientasi pada kebutuhan di dunia industri saat ini.
Menurut Arsjad, sekarang ini terjadi ketidakcocokan yang membuat sumber daya manusia Indonesia tidak terserap pasar kerja. Padahal di tahun 2030 nanti, Indonesia diprediksi akan kehilangan 23 juta pekerjaan. Dan sebagai gantinya, akan muncul 46 juta pekerjaan baru yang membutuhkan kemampuan atau skill baru.
“Saya kasih contoh, sekarang saja, dengan adanya ChatGPT dan automasi, banyak pekerjaan yang sudah tergantikan oleh teknologi. Misalnya administrasi, penjaga kasir, customer service,dan juga pekerjaan repetitif lainnya yang bisa digantikan mesin,” ungkap Arsjad.
Menghadapi hal ini, Arsjad menekankan bahwa generasi muda harus waspada. Pasalnya, hampir sekitar 60% pekerjaan yang ada itu memiliki 30% tugas yang bisa di-otomasikan. Dirinya berharap agar anak muda sekarang terus adaptif dengan perubahan dan terus mengembangkan skill yang dimiliki untuk kebutuhan industri.
3 keterampilan baru yang wajib dimiliki SDM Indonesia
Arsjad juga mengungkapkan bahwa di tahun 2023, Kadin Indonesia telah melakukan survei “Kadin Leaders Skills & Leadership Characteristics Survey 2023” yang dimaksudkan untuk mengetahui apa saja keterampilan paling penting di masa depan. Hasilnya, ada tiga keterampilan penting yang harus dimiliki sumber daya manusia Indonesia untuk untuk beradaptasi dengan dinamika yang ada saat ini.
Keterampilan Meta (Meta Skills)
Kemampuan seperti growth mindset, self management, dan resiliensi. Anak muda Indonesia harus bisa nyaman dengan perubahan, bahkan harus bisa menavigasi perubahan yang ada dengan baik.
Soft-Skills
Termasuk kreativitas, kecerdasan sosial (emotional intelligence), komunikasi, dan pemecahan masalah (problem solving). Skill inilah yang menjadikan manusia bisa lebih unggul daripada mesin ataupun teknologi.
Hard-Skills
Kemampuan-kemampuan seperti pengembangan software, Desain, Analitik Big Data, dan sebagainya.
Sekali lagi, Arsjad menekankan kepada para mahasiswa yang hadir di Dies Natalis UNHAS bahwa mereka adalah generasi penerus yang nantinya akan melaksanakan strategi dalam peta jalan Indonesia Emas 2045. Untuk itu, generasi muda tidak boleh membuang waktu mereka dan segera memulai untuk mengembangkan skill dari sekarang.
Terakhir, Arsjad berpesan kepada mahasiswa-mahasiswa UNHAS untuk tidak menunggu kelulusan. Generasi muda harus bersegera mengembangkan skill baru dan melatih jiwa entrepreneurship. Selain itu, ia juga berharap supaya para pewaris bangsa tidak meninggalkan nilai-nilai budaya dan bangsa, gotong royong dan Bhinneka Tunggal Ika, karena nilai-nilai budaya dan bangsa menjadi fondasi yang kuat untuk pembangunan nasional.
BACA JUGA: Arsjad Mengaitkan Peta Jalan Indonesia Emas 2045 dengan Pengalaman Naik Bus, Begini Maksudnya
“Layaknya sebuah bangunan, harus memiliki fondasi dan akar kuat. Nilai-nilai tersebut dapat membantu kita untuk menjalin hubungan yang harmonis, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera,” pungkasnya.