Di era digital, perilaku doom spending semakin populer terjadi, terutama di kalangan anak muda. Fakta menariknya, seorang ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) di Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menjelaskan bahwa terkhusus di Indonesia, fenomena ini terjadi akibat rendahnya literasi keuangan.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) pada tahun 2024, Indeks Literasi Keuangan Nasional berada di angka 65,43%. Masih lebih rendah dibandingkan sejumlah negara ASEAN seperti Malaysia (88,37%), Singapura (97,55%) maupun Thailand (95,58%). Di samping itu, media sosial juga berpengaruh pada fenomena belanja berlebihan ini.

Doom spending dapat menjadi ancaman serius bagi masa depan finansial seseorang. Oleh karena itu, Arsjad Rasjid berbagi solusi efektif yang dapat mencegah dampak buruk dari belanja impulsif dan tidak terkontrol tersebut. Yuk, save our future dengan menerapkan tips efisien keuangan berikut ini.

1. Evaluasi perilaku doom spending: buat anggaran dan catat secara rutin

Untuk mengidentifikasi perilaku doom spending dapat dilakukan dengan mengevaluasi pengeluaran pribadi. Buat anggaran berisi pemasukan dan pengeluaran yang dicatat secara rutin supaya dapat melacak ke mana larinya uang tersebut.

Membuat catatan anggaran sederhana dapat membantu kita lebih sadar dan bertanggung jawab dalam mengelola keuangan. Kuncinya adalah disiplin dalam mencatat setiap transaksi, serta tidak menghabiskan anggaran lebih dari yang kita miliki.

2. Hindari godaan Buy Now, Pay Later!

Teknik marketing e-commerce dan media sosial menjadi kombo maut yang sering menjadi godaan seseorang berbelanja. Menawarkan sistem pembayaran yang terlihat mudah, tetapi sebenarnya mekanisme ini berpotensi menjadi masalah. Seperti mendorong kita untuk konsumtif, hingga menumpuk utang.

Arsjad Rasjid menyarankan agar kita lebih mindful dalam mengambil keputusan sebelum membeli sesuatu, terutama bila hal tersebut tidak benar-benar diperlukan. Tanyakan pada diri kita, apakah barang tersebut memang dibutuhkan atau hanya keinginan sesaat.

3. Prioritaskan tujuan jangka panjang

Literasi keuangan yang rendah membuat kita kurang memahami pentingnya tujuan jangka panjang dalam mengelola keuangan. Dengan memiliki simpanan seperti tabungan, dana darurat dan tabungan, sejatinya dapat memberikan keamanan finansial maupun membantu dalam kondisi darurat.

Kondisi keuangan yang sehat juga memberi kita peluang untuk berkembang maupun aktualisasi diri, sehingga memberikan manfaat di masa depan. Seperti melanjutkan jenjang pendidikan, membuka usaha maupun melakukan upgrade lainnya.

Dana darurat idealnya senilai dengan 3-6 kali biaya hidup bulanan. Sedangkan tabungan dan investasi semakin dirintis sedini mungkin akan semakin baik. Tentunya dengan menambah wawasan tentang instrumen keuangan dan sistem investasi yang paling cocok dengan kondisi keuangan.

4. Bedakan kebutuhan dan keinginan

Pesan penting Arsjad Rasjid berikutnya adalah kita perlu membedakan antara kebutuhan dan keunginan. Kebutuhan berkaitan dengan hal-hal primer dan esensial bagi kehidupan seperti makanan, kesehatan dan tempat tinggal.

Sementara keinginan seringkali berupa hal-hal yang sekunder dan dapat ditunda. Dengan memahami perbedaan prioritas antara keduanya, kita dapat lebih bijaksana dalam mempertimbangkan sebelum membeli.

Memahami literasi keuangan demi ketahanan finansial yang kuat

Untuk dapat menguatkan seluruh upaya di atas, penting bagi kita memahami literasi keuangan. Dengan demikian, kita lebih paham bagaimana mengelola manajemen keuangan secara konsisten dan memiliki mindset yang lebih sehat dalam mengelola aset finansial yang dimiliki.

Literasi keuangan juga meliputi wawasan tentang berbagai instrumen investasi yang berguna bagi masa depan. Untuk dapat memperoleh informasi mengenai finansial dan investasi, kita dapat mengaksesnya dari berbagai sumber seperti buku, media sosial, artikel dan platform

BACA JUGA: Underconsumption Core, Tren Positif Tiktok Maksimalkan Barang yang Sudah Dimiliki

Dengan memiliki pemahaman finansial yang baik, kita dapat menghindari doom spending maupun kebiasaan pembelian yang kurang mindful lainnya. Sebaliknya, kita dapat mengelola keuangan dengan lebih baik dan melakukan perencanaan masa depan mulai dari sekarang.

You may also like

More in News