Akhir 2022 merupakan fase yang cukup menyeramkan bagi perkembangan dunia IT dengan kedatangan tech winter. Sebuah fenomena yang menyebabkan banyak perusahaan berbasis teknologi gulung tikar, terutama startup. Tak hanya itu, gelombang PHK juga terjadi pada beberapa raksasa teknologi demi menjaga stabilitas perusahaan.
Dari pandangan di atas, terlihat bahwa fenomena ini cukup menakutkan untuk dihadapi. Terutama karena dalam satu dekade terakhir perkembangan teknologi sangat pesat dan menguasai berbagai topik pembahasan dunia.
Untuk yang sedang atau ingin mengembangkan dunia teknologi. Ketahui lebih dalam tentang tech winter agar bijaksana dalam menyikapi fenomena ini.
Tech winter, musim dingin yang buruk bagi perkembangan teknologi informasi dunia
Tech winter, yang dalam bahasa Indonesia adalah musim dingin bagi dunia teknologi, memang memberikan impact yang besar bagi perkembangan industri digital. Di masa ini ada penurunan minat dan investasi di bidang teknologi. Berbanding terbalik dengan satu dekade ke belakang, di mana para investor berlomba untuk menjadi bagian dari inovasi.
Siapa sangka, bidang-bidang IT yang kapan hari begitu diminati, tiba-tiba saja sepi investasi. Padahal antusiasme yang begitu besar, menciptakan berbagai ledakan penemuan dan lompatan yang sangat jauh ke masa depan.
Dari rasa pesimis, muncul kekhawatiran yang mengakibatkan tech winter
Sayangnya, ketika beberapa prediksi gagal, muncul pesimisme yang kemudian menjadi gerbang dari kedatangan musim dingin teknologi ini. Rasa takut akan hilangnya investasi (yang tentunya berupa uang) mulai bermunculan, seiring dengan semakin menurunnya perkembangan teknologi global.
Makin sulit menemukan investor yang yakin untuk menanamkan modal pada unicorn dengan harga tinggi. Akibatnya, startup mulai bertumbangan karena kurang suntikan dana. Hal ini terus terjadi dan menjadi efek domino yang berpengaruh secara global pada seluruh ekosistem teknologi.
Pada akhirnya, tech winter tak hanya berdampak pada perusahaan tapi juga pekerjanya. Beberapa raksasa teknologi harus tega melakukan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), mulai dari Meta Facebook yang melepas 11.000 tenaga kerjanya, Twitter yang memangkas 3.500 karyawan, hingga berbagai perusahaan aplikasi di Indonesia, seperti Shopee Indonesia, TaniHub, SayurBox, Ajaib, Ula, dan lain sebagainya.
Memahami tech winter sebagai fenomena yang pasti akan terjadi
Di dunia ini tak ada yang abadi, termasuk juga dengan kesuksesan di berbagai bidang. Salah satunya adalah tech winter, yang meruntuhkan optimisme dunia teknologi. Pandangan tentang semakin majunya peradaban seketika musnah karena makin lesunya penyokong pasar global, yaitu para investor.
Kehidupan memang seperti roda yang berjalan. Saat ngobrol dengan Arsjad Rasjid dalam topik ‘Ngobrolin Tech Winter, Digital Economy, & Green Business!’ Pandu Sjahrir, yang merupakan kolega dari Arsjad Rasjid mengingatkan masa yang sama dengan batu bara.
Pada tahun 2011 hingga 2012, investasi batu bara merupakan hal yang sangat diminati, hingga akhirnya dunia mengalami masa resesi energi di kisaran tahun 2014-2016, ditandai dengan amblasnya harga jual hingga lebih dari 50%.
Fenomena yang sama kini terjadi pada pangsa teknologi. Sempat menjadi idola sepanjang 2021 hingga 2022, kini tech winter menghajar berbagai sektor digital. Pandu menyebut hal ini terjadi karena menurunnya pendanaan. Penyebabnya? Mulai dari suku bunga pinjaman yang naik serta beralihnya pandangan dari investasi menjadi ‘wajib laba.’
Arsjad Rasjid kemudian mengingatkan bahwa semua butuh uang. Setelah berlalu masa ‘bakar uang’ seperti yang banyak dilakukan oleh startup, kini saatnya orang mulai berpikir untuk balik modal. Sesuatu yang wajib jadi catatan bagi para pengusaha muda yang ingin menjadi founder startup.
Yang harus dilakukan oleh para founders untuk bertahan di masa seperti ini
Beberapa sektor yang terkena dampak dari tech winter ini umumnya adalah e-commerce, penyedia layanan logistik bagi e-commerce, serta fintech yang menjadi tenaga pendukung e-commerce.
Untuk bertahan di musim dingin yang buruk, seseorang membutuhkan perlindungan terbaik. Begitu juga dengan winter tech, di mana para founder harus melakukan yang terbaik. Sudah saatnya mengubah startup menjadi perusahaan terbaik, menghadirkan talenta-talenta (juga terbaik), bijak dan berani mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang complimentary, serta gunakan fund untuk memperkuat infrastruktur yang sudah ada.
Sudah siap menghadapi musim dingin teknologi dengan lebih baik?