Pesatnya pertumbuhan UMKM di Asia Tenggara membuat ASEAN BAC, sebagai pemangku kebijakan harus bergerak cepat untuk mengimbangi gerak dan langkah para pengusaha. Salah satu caranya adalah dengan melakukan kolaborasi yang menyelaraskan ASEAN BAC dengan para pelaku usaha agar tercipta kerja sama dan pertumbuhan ekonomi yang kuat di antara UMKM se-Asia Tenggara.
Inilah visi dan misi yang diusung Ketua ASEAN BAC, sekaligus Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid. Lewat Roadshow yang digelar di Filipina dan Singapura, Arsjad Rasjid bertekad untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan dunia, salah satunya adalah dengan memperkuat UMKM.
Langkah-langkah strategis yang menjadi visi misi Roadshow ASEAN BAC diungkap oleh Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk tersebut dalam perbincangan bersama Liputan 6. Apa saja? Simak kutipannya di bawah ini.
Potensi besar ASEAN dalam perekonomian dunia
Mengawali pembicaraannya dengan Liputan 6 Talk, Arsjad Rasjid mengingatkan bahwa kawasan Asia Tenggara mulai menunjukkan potensi besarnya. Indonesia, contohnya, dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dan bahkan menjadi salah satu penyumbang ekonomi global terbesar sehingga menempatkan kita di jajaran negara-negara G20.
Sukses menjalankan Presidensi G20, Indonesia tahun ini mendapat giliran untuk memimpin keketuaan ASEAN 2023 dan mengusung tema besar, “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.” Suatu upaya bersama dari negara-negara di kawasan ini untuk menjaga stabilitas dan kedamaian, serta memperkuat kerja sama untuk menciptakan ASEAN yang kuat, inklusif, serta memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Memandang ASEAN Matters sebagai ASEAN Centrality
Sebagai Ketua ASEAN BAC, Arsjad Rasjid melihat kesempatan ini untuk menjalankan visi dan misi mereka untuk semakin meningkatkan kontribusi Asia Tenggara dalam ekonomi global. Ia terinspirasi perbincangan dengan seorang profesor yang menyebutkan bahwa ASEAN ternyata lebih berkontribusi ketimbang Uni Eropa dan Amerika Serikat. Namun yang disayangkan, meski berpengaruh pada ekonomi global, ASEAN sendiri seperti tidak menyadari potensinya.
“… but ASEAN is always silent,” tutur Arsjad Rasjid mengingat perbincangannya dengan profesor tersebut.
Perbincangan dengan profesor tersebut membuat Arsjad Rasjid semakin yakin bahwa Asia Tenggara memiliki kekuatan tersembunyi. Sesuatu yang harus segera dieksplorasi dan dieksploitasi dunia usaha untuk memajukan dan mewujudkan kesejahteraan bangsa-bangsanya. Inilah mengapa Arsjad Rasjid merasa penting untuk memandang kelebihan-kelebihan tersebut dan menjadikan ASEAN Matters sebagai ASEAN Centrality.
Apa alasan Arsjad Rasjid memandangnya sebagai ASEAN Centrality?
Hal ini tak lepas dari keinginan Arsjad yang ingin berfokus pada inovasi yang terintegrasi pada inklusivitas. Sentralitas ASEAN diharapkan bisa menjadi sebuah gerbang untuk semakin giat dan majunya kerja sama antara negara-negara di Asia Tenggara pada khususnya, dan dunia pada umumnya.
Selain itu, Arsjad Rasjid juga menginginkan sentralitas yang inovatif, yang out of the box dengan realita dan dunia baru setelah pandemi Covid-19 yang harus dihadapi oleh para pengusaha ASEAN.
Berbicara tentang inklusivitas, Arsjad Rasjid berpesan untuk mengajak semua untuk bergerak bersama. Hal ini selaras dengan values yang dimiliki oleh bangsa-bangsa Asia Tenggara. Jadi, sudah sepantasnya bila tidak hanya satu negara saja yang sukses, namun semua peserta ASEAN menjadi sentral dari pertumbuhan ekonomi dunia.
“We cannot leave anybody behind,” ungkap Arsjad.
Memanfaatkan Keketuaan ASEAN BAC untuk berani bergerak
Pernyataan tersebut menyadarkan Arsjad Rasjid bahwa ASEAN adalah raksasa yang tertidur. Kultur dan budaya kita membiasakan seseorang untuk lebih banyak diam dan penurut. Padahal ada potensi besar, yang bila dimanfaatkan untuk membangunkan raksasa tersebut, akan memberikan kesejahteraan yang lebih besar bagi negara-negara di Asia Tenggara.
Sebagai negara dengan penduduk terbanyak di ASEAN, Arsjad Rasjid mengutip pernyataan Presiden RI Joko Widodo yang menggambarkan bahwa Indonesia adalah big brother, kakak tertua yang memiliki kewajiban untuk mengajak adik-adiknya bergerak demi kemajuan bersama.
“Supaya recognized by dunia bahwa ASEAN itu matters,” tegas Arsjad.
Keyakinan bahwa ASEAN adalah Epicentrum of Growth
Selanjutnya, pria yang saat ini juga dipercaya sebagai Ketua Umum PB Perpani dan punya target medali emas di Olimpiade Paris 2024 ini kemudian membahas tentang bagaimana dunia bisnis memandang ASEAN sebagai Epicentrum of Growth.
BACA JUGA: Arsjad Rasjid: Dari Bisnis Batu Bara Menuju Energi Hijau
Asia Tenggara membuktikan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonominya cukup stabil, mencapai 5,5% dan terbukti memiliki ketahanan terhadap inflasi. Pencapaian-pencapaian istimewa inilah yang harus menjadi perhatian dunia demi meningkatkan kepercayaan para investor tentang strategisnya berbisnis di ASEAN.