News

Berbagai Peran ASEAN BAC dalam Memberikan Bantuan UMKM di Asia Tenggara

Peran ASEAN BAC dalam Memberikan Bantuan UMKM

Sebagai pemegang Keketuaan ASEAN-BAC, salah satu fokus utama Indonesia dalam menjalankan perannya adalah dengan memberi bantuan UMKM untuk mendorong pertumbuhan para pengusaha lokal di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri jumlah UMKM saat ini mencapai lebih dari 60 juta unit di tahun 2023. Selain itu, sektor industri mikro, kecil, serta menengah juga telah menunjukkan kemampuannya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi negara di tengah terpaan krisis finansial dunia.

Dengan memanfaatkan keunggulan ini, tak heran bila Arsjad Rasjid, sebagai Ketua ASEAN-BAC memiliki prioritas untuk memajukan dan meningkatkan kualitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini tak lepas dari fakta bahwa UMKM merupakan salah satu pilar penting perekonomian, sekaligus sebagai penjaga stabilitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara di tengah gempuran krisis global. Lebih dari itu, UMKM juga bisa menjadi solusi untuk berbagai kebutuhan ASEAN, seperti meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kontribusi besar terhadap GDP, hingga penyerapan tenaga kerja.

ASEAN-BAC miliki bantuan UMKM bagi pengusaha-pengusaha di kawasan

Karena itu, Arsjad Rasjid sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, sekaligus Ketua ASEAN-BAC merasa perlu untuk memberi perhatian lebih di sektor ini. Berbicara di kanal YouTube Kumparan, ia menjelaskan beberapa langkah sebagai bantuan UMKM di kawasan.

Arsjad menekankan bahwa salah satu fokus ASEAN-BAC saat ini adalah meningkatkan serta merawat usaha-usaha mikro, kecil, dan menengah di kawasan. Perhatian ini adalah dengan memberikan bantuan UMKM secara masif dan berkelanjutan, serta menyeluruh di berbagai bidang demi mempersiapkan para pengusaha agar mampu bersaing secara global.

“Apa yang kita lakukan itu harus memastikan yang namanya UMKM itu bagian dari strategi. Makanya kalau kita lihat mulai dari Digital Transformation, semuanya, sampai ke urusan Food Security pun kita mementingkan masalah petani,” ujar Arsjad.

Tantangan ASEAN untuk bersatu, maju, dan berkembang

Arsjad juga mengingatkan bahwa saat ini ASEAN memiliki motto ‘ASEAN Matters: The Epicentrum of Growth.’ Sebuah tantangan untuk menjawab pertanyaan global mengenai seberapa jauh ASEAN bisa menghadapi persaingan dunia yang terus maju dan berkembang. Sebagai seorang pebisnis, Arsjad percaya bahwa pusat pertumbuhan ekonomi saat ini sedang bergeser ke Asia, khususnya Asia Tenggara.

Di balik impian selalu ada jawaban. Demi mewujudkan cita-cita menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia, Arsjad menjelaskan langkah-langkah untuk mewujudkannya adalah dengan membuat ‘ASEAN Centrality, Innovation for Greater Inclusivity.’

Sesuai dengan keinginan tersebut, Arsjad mengatakan bahwa saat ini ASEAN-BAC memiliki inovasi yang mempersatukan Asia Tenggara di sektor ekonomi. Misalnya dengan pembayaran lintas-negara, ASEAN QR Code.

“That innovation akan membuat membuat suatu centrality. Kenapa? Kalau pembayaran antara kita bisa melakukan pembayaran kan bagus, dengan ASEAN QR Code tadi. That’s creating centrality!” tegas Arsjad.

Hanya saja, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PB Perpani tersebut mengingatkan bahwa kita tetap harus memastikan bahwa inklusivitas tetap berjalan. Kita tidak boleh meninggalkan satu orang pun dalam memajukan ASEAN. Itulah mengapa bantuan UMKM sangat diperlukan sehingga semakin banyak pengusaha kecil naik kelas, dibantu berbagai stakeholders, seperti Pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar, sehingga ASEAN semakin siap dengan sentralitas yang diinginkan.

BACA JUGA: Penguatan Peran UMKM jadi Inisiatif Bersama Kadin Indonesia dan ASEAN-BAC untuk Peningkatan Ekonomi ASEAN

“UMKM ini bagian penting daripada kita sebagai pondasi ekonomi. Petani tidak boleh kita tinggalkan. Nelayan tidak boleh kita tinggalkan. Itulah inclusivity,” tutup Arsjad.

You may also like

More in News