Sudah sering kita dengar bahwa di tahun 2030 mendatang, bonus demografi Indonesia akan mencapai puncaknya. Di era ini, proporsi penduduk usia produktif yang berumur antara 15 hingga 64 tahun akan lebih besar dibandingkan dengan usia nonproduktif 65 tahun ke atas hingga mencapai lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia.
Diperkirakan bahwa bonus demografi tersebut akan menjadi landasan bagi cita-cita bangsa, yaitu menuju Indonesia emas di tahun 2045. Namun hal itu tidak serta merta dan pasti akan tercapai. Masih ada banyak tantangan untuk ditaklukkan. Bahkan, bila tidak diikuti dengan aksi nyata, bonus demografi justru akan menjadi ancaman bagi kehidupan bangsa.
Hal ini pernah dibahas sebelumnya dalam arsjadrasjid.com, tepatnya ketika Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud tersebut berbincang bersama sosok muda dan jenius, Raymond Chin di Podcast YouTube Arsjad Rasjid.
Bonus demografi kunci menuju Indonesia Emas 2045
Bagi Arsjad, bonus demografi itu penting dalam mencapai Indonesia Emas 2045 karena penduduk usia produktif bisa menghasilkan barang dan jasa. Kemudian produk-produknya dijual secara global sehingga meningkatkan pendapatan negara melalui devisa dan juga pajak.
“Dan lebih bagus lagi apabila barang dan jasa yang dihasilkan mampu bersaing dan bisa diekspor,” tutur Arsjad kepada Raymond Chin.
Poin utamanya, bonus demografi adalah kunci untuk pendorong peningkatan pendapatan per kapita negara ini. Dengan peningkatan kemampuan untuk menghasilkan produk berkualitas, pendapatan per kapita akan lebih besar, masyarakat bakal semakin sejahtera dan bangsa pun akan mencapai kemajuan.
Bonus demografi Indonesia seperti pisau bermata dua
Tetapi dalam kenyataannya, bonus demografi juga ada ‘tidak enaknya.’ Hal ini disampaikan Arsjad Rasjid kala berbincang bersama dulur-dulur petani dan milenial Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada 5 Januari 2024 lalu.
Hadir bersama Tim Pemenangan Muda (TPM) Ganjar-Mahfud Kota Palembang, Arsjad mengatakan bahwa bonus demografi juga bisa berdampak negatif jika tidak diiringi lapangan pekerjaan bagi anak muda.
“Bonus demografi, bonus demografi, bonus demografi. Tahu enggak? Bonus demografi itu akan menjadi malapetaka. Malapetaka bilamana kita tidak bisa melakukan sesuatu,” pesan Arsjad kepada generasi muda Kota Palembang.
“Yang bisa dilakukan generasi muda apa? Bayangin kalau enggak ada lapangan pekerjaan, bukannya bonus, tapi malapetaka,” imbuh Ketua Umum PB Perpani tersebut.
Anak muda harus siapkan diri untuk bonus demografi
Arsjad memaparkan bahwa salah satu program Ganjar-Mahfud adalah “Cepat Dapat Kerja – 17 Juta Lapangan Kerja Baru.” Sebuah jawaban bagi para pencari kerja, sekaligus menghapus kekhawatiran bahwa dapat kerja harus ada ‘orang dalam.’ Tetapi Arsjad memiliki catatan bahwa untuk mensukseskan bonus demografi Indonesia tersebut juga memerlukan generasi muda yang berkualitas dan mampu menjawab tantangan zaman.
Jadi, meski terbuka lapangan kerja yang luas, tetapi bila anak-anak muda tak memiliki kemampuan yang memadai, maka bonus demografi Indonesia adalah hal yang percuma. Pada akhirnya, mereka akan tetap kesulitan mendapatkan pekerjaan karena tidak sesuai kemampuan.
“Walaupun ada lapangan pekerjaannya tapi skill-nya nggak cocok, enggak, malah malapetaka juga,” jelas pria yang menu favoritnya pempek ini.
Untuk itu, Arsjad merasa perlu menegaskan kesiapan generasi muda dalam menghadapi bonus demografi. Ia menjelaskan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Pemerintah dan masyarakat menuju Indonesia Emas 2045.
“Pemimpin masa depannya (adalah), adik-adik semua di sini. Kita hanya menyiapkan. Nah, di sinilah untuk disiapkan, kita ingin dengar adik-adik semua, masukan dari adik adik, apa sih yang jadi keresahan,” ungkap Arsjad
Bonus demografi akan semakin maksimal bila tenaga kerja yang terserap sesuai dengan yang diharapkan. Momentum tersebut harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai batu loncatan Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju.
Apakah bonus demografi nantinya akan membawa Indonesia menuju era emas atau justru keterpurukan?
Jawabannya ada di tangan Anda. Dengan sisa waktu yang semakin singkat menuju puncak bonus demografi di tahun 2030, Indonesia wajib mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan melakukan peningkatan, terutama di sektor pendidikan dan pemerataan akses edukasi. Tujuannya untuk menciptakan lebih banyak sumber daya manusia unggul dan berdaya saing.
BACA JUGA: Pentingnya Memanfaatkan Bonus Demografi untuk Menyongsong Indonesia Emas 2045
Jadi dalam Pemilu 2024 ini, pilih sosok pemimpin yang tepat dan mampu membawa Indonesia memanfaatkan bonus demografi semaksimal mungkin. Pemimpin yang siap mewujudkan era emas di satu abad usia kemerdekaan kita.