Isu dekarbonisasi menjadi sebuah topik yang banyak dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Gerakan ini mendapat sorotan terkait dengan perubahan iklim yang marak terjadi. Pasalnya perubahan iklim tak hanya berdampak kepada kenyamanan hidup bahkan mental jika merujuk kompas.id, tapi juga perekonomian.

Indonesia merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, menempati urutan ketujuh terbesar dunia pada 2022 dengan mengeluarkan 1,24 Gt CO2e. Oleh karenanya upaya dekarbonisasi mutlak harus diakselerasi. Menurut laporan National Inventory Report UNFCC 2019 jika tidak segera dilakukan aksi maka di 2060 Indonesia akan menghadapi banyak masalah. Mulai dari kualitas udara yang memburuk hingga dampak negatif terhadap perdagangan global.

Masih tentang perubahan iklim dan dekarbonisasi, berikut penjelasan tentang komitmen pemerintah, dukungan, serta target konkret terkait hal tersebut yang juga merupakan sinergitas menuju Indonesia Emas 2045.

Komitmen pemerintah terkait akselerasi dekarbonisasi

Terkait perubahan iklim dan dekarbonisasi, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Net Zero pada tahun 2060. Beberapa komitmen dan langkah konkret juga telah dilakukan, antara lain:

  • Bergabung dengan Global Methane Pledge, berkomitmen mengurangi emisi metana sebesar 30% pada 2030 dibandingkan 2020
  • Berkomitmen mencapai carbon net sink di sektor “kehutanan dan pemanfaatan lainnya” pada 2030
  • Menerbitkan Peraturan Presiden tentang carbon pricing, evaluasi kerja sama dengan London Exchange untuk pasar karbon, serta pilot Emission Trading System di beberapa PLTU
  • Meluncurkan program National Plastic Action Partnership (NPAP) untuk mengurangi polusi plastik laut hingga 70% pada 2025
  • Menargetkan 600 Ribu Unit Produksi Mobil Listrik 2030 diharapkan akan mampu mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2) sebesar 2,7 juta ton untuk roda empat atau lebih dan sebesar 1,1 juta ton untuk roda 2

Upaya mendukung pemerintah dengan dua langkah nyata menuju Indonesia berkelanjutan

Untuk mendukung komitmen pemerintah, KADIN sebagai partner memberikan dua rekomendasi utama untuk mewujudkan Indonesia yang berkelanjutan. Rekomendasi ini tertuang dalam Peta Jalan Indonesia Emas 2045 yang kami rangkum sebagai berikut:

1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) untuk pembangkit listrik EBT dan elektrifikasi kendaraan

Optimalisasi energi baru terbarukan menjadi lever utama dekarbonisasi sektor energi. Saat ini penerapan energi baru terbarukan (EBT) yang berasal dari alam baru mencapai 15%. Ke depannya diharapkan penerapan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) akan meningkat ke 65-75% di tahun 2060. Hal ini dikarenakan terdapat potensi sistem energi baru terbarukan (EBT, atau renewable energy system/RES) yang cukup signifikan di Indonesia (1.000-1.250 GW), dengan 90% berasal dari tenaga surya dan angin.

Seiring dengan didorongnya infrastruktur EBT, Net Zero juga dapat mulai diakselerasi melalui perluasan penerapan kendaraan listrik serta transisi menuju elektrifikasi bangunan secara menyeluruh untuk jangka panjang. Terdapat peluang elektrifikasi sebesar 80-100% untuk transportasi darat dan 40-60% untuk kegiatan dapur rumah tangga jika terdapat suplai energi baru terbarukan yang memadai.

2. Pemanfaatan kekayaan hutan secara generatif dan berkelanjutan

Kajian Kadin menemukan bahwa 90% deforestasi tropis terjadi akibat ekspansi pertanian. Hal ini berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian sebesar 62%, serta ancaman kepunahan spesies menurut IUCN. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya generatif dalam sektor pertanian dan hutan.

Sejumlah langkah seperti peningkatan panen, pemulihan limbah, praktik peternakan termasuk konsolidasi ternak, dapat diterapkan sebagai langkah dekarbonisasi di industri pertanian.

Target konkret untuk issue keberlanjutan

Masih mengutip dari Peta Jalan Indonesia Emas 2045, ada beberapa target konkret sebagai rekomendasi dari KADIN terkait dekarbonisasi yaitu.

  • Bauran pembangkit listrik terbarukan meningkat dari 15% menuju ke 50%.
  • Elektrifikasi kendaraan darat, khususnya roda 2,3,4 serta bus meningkat dari yang awalnya minim sekali ke angka 50%.
  • Persentase emisi industri yang diambil oleh Carbon Capture, Usage, dan Storage (CCUS) meningkat dari 15% ke 50%.
  • Kepastian regulasi mengenai Emission Trading System (ETS) dan Voluntary Carbon Marker (VCM) bisa segera terwujud di 2045.

BACA JUGA: Indonesia Emas 2045 Adalah Mimpi Bersama, Kadin Berikan Peta Jalan Kepada Presiden Jokowi

Jika isu dekarbonisasi diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik, bukan hanya Indonesia dan masyarakatnya yang akan mendapatkan manfaatnya, tetapi juga dapat menjadikan Indonesia sebagai pionir dan acuan bagi negara-negara lain di dunia. Hal inilah yang menjadi semangat dari rekomendasi yang tertuang melalui tajuk bagian kelima dari buku putih Peta Jalan Indonesia Emas 2045, di mana Indonesia menjadi referensi dekarbonisasi inovatif dan pusat green business build terbesar di dunia.

You may also like

More in News