Ketika dunia semakin pengap dengan berbagai polusi, salah satu solusi untuk menghadapinya adalah ekonomi hijau. Terinspirasi dari hijaunya daun yang menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen, begitu juga dengan sistem yang akan membuat dunia kembali ‘segar.’
Ekonomi hijau merupakan jalan keluar dari salah satu permasalahan dunia, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan merawat alam. Dengan cara ini, manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan peningkatan ekonomi dengan tidak melupakan permasalahan lingkungan, yaitu mengedepankan pembangunan rendah karbon serta inklusif secara sosial.
Ya, mungkin terasa berat karena selama ini kita sudah terbiasa dan dimudahkan dengan pertumbuhan dunia yang dibarengi dengan kerusakan alam. Namun dengan strategi yang tepat, bukan tidak mungkin manusia bisa mengubah pola pikir dan kebiasaan hidupnya untuk beralih ke ekonomi hijau, sekaligus kembali menceriakan dunia yang selama satu abad lebih telah kita cemari demi kemajuan industri.
Ingin tahu lebih banyak tentang ekonomi hijau? Arsjad Rasjid dan Pandu Sjahrir membahasnya lewat ‘Ngobrolin Tech Winter, Digital Economy, & Green Business!’ di kanal YouTube Arsjad Rasjid. Beberapa hal menarik yang bisa kita petik lewat topik hangat ini adalah sebagai berikut:
Apakah ekonomi hijau itu?
Seperti disebutkan di atas, ekonomi hijau adalah pertumbuhan bisnis yang peduli dengan keseimbangan alam. Tak bisa kita pungkiri bahwa selama ini kita dan masyarakat dunia sangat bergantung pada penggunaan batubara dan minyak untuk kehidupan sehari-hari. Mulai dari sarana transportasi hingga industri yang menghasilkan berbagai produk bermanfaat bagi manusia.
Penggunaan tenaga fosil secara terus-menerus dalam satu dekade terakhir memberikan dampak negatif yang sangat besar. Dimulai dengan kerusakan alam, kemudian berujung pada bencana.
Mau tidak mau, masyarakat harus mau untuk berubah menuju ekonomi hijau dengan penggunaan tenaga yang lebih ramah lingkungan demi stabilitas ekonomi sambil menjaga keseimbangan alam.
Indonesia Net Zero Emission di 2060
Sudahkah mendengar istilah Net Zero? Dengan semakin besarnya minat kepada ekonomi hijau, semakin banyak pula bahasan tentang hal ini. Secara singkat, Net Zero Emissions atau nol emisi karbon merupakan kondisi dimana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi.
Indonesia memiliki misi Net Zero Emission 2060. Untuk mendukung langkah ini perlu adanya transisi dari sistem energi fosil, yang digunakan sekarang, ke sistem energi hijau terbarukan dan bersih, yang menjaga keseimbangan antara aktivitas manusia dan alam.
Pandu Sjahrir mengutarakan bahwa dalam setiap kegiatan, manusia akan meninggalkan ‘jejak karbon.’ Padahal jejak karbon yang berlebihan akan menimbulkan dampak buruk di masa mendatang, seperti sulitnya mendapatkan air bersih, polusi udara, kekeringan, perubahan produksi rantai makanan, hingga perubahan cuaca ekstrim sebagai akibat dari kerusakan alam.
Sejak dicanangkan dalam Paris Climate Agreement tahun 2015 lalu, Net Zero Emission menjadi impian bagi setiap negara dalam menciptakan ekonomi hijau. Pemerintah sendiri menerapkan lima prinsip utama sebagai dukungan terhadap Net Zero Emission, yaitu:
- Meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT)
- Mengurangi penggunaan energi fosil.
- Penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi
- Peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri
- Pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).
Kapan Indonesia beralih ke ekonomi hijau?
Menurut Pandu Sjahrir, Indonesia masih akan bergantung pada tenaga fosil dalam dua dekade ke depan. Namun bukan berarti kita tidak akan berubah. Diperkirakan di tahun 2060, negara ini sudah siap dengan Green Growth.
Karena itu, sudah saatnya bagi para investor untuk mulai mengembangkan berbagai hal yang mendukung ekonomi hijau ini. Pasalnya, produk ‘hijau’ tak hanya berlaku untuk masa transisi saat ini, tapi juga anak dan cucu kita. Satu peluang besar yang tidak hanya memberikan kebaikan bagi bisnis, tapi juga lingkungan hidup kita.
Sudah siap untuk menjadikan bumi lebih ‘green’ bersama ekonomi hijau?