Fenomena joki skripsi yang semakin marak di Indonesia belakangan ini menjadi kekhawatiran serius. Pasalnya praktik ilegal ini justru menjadi ladang bisnis yang dikelola secara profesional.
Arsjad Rasjid mengungkapkan keprihatinannya atas bentuk pelanggaran etika dalam dunia akademik tersebut. “Jangan ya dek, ya,” ujar Ketua Umum Kadin Indonesia itu saat memberikan pesan terhadap generasi muda di akun Instagramnya.
Ini pesan penting Arsjad Rasjid tentang joki skripsi di Indonesia. Bagaimana dampak negatif ke depannya, serta anjuran untuk tidak menormalisasi praktik ilegal tersebut sebagai solusi instan yang menjerumuskan.
Daftar Isi
Joki Skripsi: Dari ilegal hingga dikelola jadi bisnis profesional
Konsep “Supply dan Demand” dalam bisnis Joki Skripsi
Kemerosotan etika dan kejujuran
Mengerjakan tugas memang berat, tapi bagian dari proses bertumbuh
Joki Skripsi: Dari ilegal hingga dikelola jadi bisnis profesional
Hal pertama yang menjadi sorotan Arsjad Rasjid adalah bagaimana joki skripsi yang seharusnya dianggap sebagai praktik ilegal justru berkembang menjadi bisnis yang terorganisir. “Jasa” ini menawarkan diri sebagai solusi bagi mahasiswa yang ingin menyelesaikan tugas akhir dengan cepat dan mudah.
Lebih miris lagi, praktik ini dipromosikan secara terang-terangan oleh beberapa influencer dan selebriti di media sosial, sehingga menormalisasi sesuatu yang seharusnya dianggap tabu.
Konsep “Supply dan Demand” dalam bisnis Joki Skripsi
Sebagai seorang pebisnis, Arsjad Rasjid memahami bahwa ketika ada permintaan (demand) maka ketersediaan (supply) pun turut mengikuti. Artinya, bisnis joki skripsi ini bisa berkembang, karena ternyata begitu banyak orang yang menggunakan jasa tersebut.
Meski demikian, Arsjad Rasjid mengingatkan akan dampak serius yang akan merugikan kita di masa mendatang. Mahasiswa yang menggunakan jasa joki skripsi cenderung melewatkan proses belajar yang penting, padahal esensi dari tugas akhir adalah proses pengembangan diri.
Di masa mendatang, meski para mahasiswa ini berhasil lulus dengan gelar yang diharapkan, keterampilan dan pengetahuannya tidak benar-benar memadai dalam dunia kerja.
Kemerosotan etika dan kejujuran
Lebih jauh lagi, Arsjad Rasjid menekankan bagaimana kecenderungan untuk mencari solusi instan ini dapat merusak integritas pendidikan, sekaligus bentuk downgrade dari nilai etika dan kejujuran sebagai individu yang berilmu.
Bukan hanya menipu sistem dan tidak etis, tetapi memiliki dampak yang luas seperti turunnya kepercayaan publik pada institusi pendidikan yang terkait. Padahal, tidak sedikit tenaga pendidikan seperti guru, akademisi dan dosen yang berdedikasi melakukan transfer ilmu kepada peserta didik mereka dengan harapan dapat menghasilkan generasi yang kompeten, etis dan bertanggung jawab.
Dengan adanya praktik joki skripsi ini, seolah mengkhianati dedikasi para pengajar serta peserta didik lainnya yang mengupayakan pendidikan mereka dengan ketekunan menuntut ilmu.
Mengerjakan tugas memang berat, tapi bagian dari proses bertumbuh
Arsjad Rasjid memahami bahwa mengerjakan tugas atau skripsi merupakan salah satu proses yang memakan waktu dan terasa berat. Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan tersebut adalah bagian dari proses pertumbuhan.
Kita diajak untuk dapat mengobservasi, menganalisa, berpikir kritis, memberi argumen yang logis dan menuangkannya ke dalam penulisan. Dari sejumlah proses ini, membentuk kematangan proses akademik kita yang nantinya menjadi bekal untuk survive di dunia kerja, sesuai dengan bidang masing-masing.
“Meritocracy is highly important,” pesan Arsjad Rasjid. Meritokrasi merupakan kesuksesan seseorang untuk diakui atau mendapat penghargaan, atas kemampuan dan usahanya sendiri. Bukan melalui jalan pintas, apalagi kecurangan lainnya.
Dalam pendidikan, meritokrasi menjadi hal yang penting untuk memastikan bahwa SDM kita nantinya benar-benar memiliki kompetensi dan layak untuk mendapat penghargaan atau gelar akademik.
BACA JUGA: 4 Cara Memilih Jurusan Kuliah, Pahami Agar Tidak Salah Langkah
Namun bila kita melestarikan jasa joki skripsi untuk mengejar kesuksesan instan, tentu saja hal tersebut mencederai konsep tersebut. Meski tampak menguntungkan, hal tersebut hanya bersifat sementara dan justru dapat sangat merugikan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, marilah sama-sama memelihara kode etik, kejujuran dan integritas untuk menjaga kualitas pendidikan kita lewat cara-cara yang sportif.