Impor barang ke Indonesia saat ini masih cukup tinggi jumlahnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor pada Juli 2022 mengalami kenaikan bila dibandingkan month-on-month maupun year-on-year.
Melalui akun Instagram-nya, Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kadin Indonesia berpendapat bahwa perlu dilakukan penataan kembali industri Indonesia, khususnya hilirisasi. Dalam kontennya pula, beliau menuturkan peran Kadin dalam mengurangi impor di Indonesia.
Upaya kerjasama Kadin dan pemerintah mengurangi angka impor
Menurut data yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik, di Indonesia saat ini masih banyak barang impor yang beredar. Dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun, angka impor Indonesia terus meningkat. Ini menandakan kita perlu melakukan upaya untuk menata kembali industri di Indonesia, khususnya hilirisasi.
“Kalau sudah ada hilirisasi dengan suatu proses value added, itu akan banyak lagi tidak perlu impor,” tegas pria kelahiran Jakarta yang menjabat sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia tersebut.
Namun untuk bisa menata kembali industri di Indonesia dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Oleh karena itu, Kadin bersama pemerintah bersama-sama untuk melakukan upaya penataan industri hilirisasi, misalnya nikel.
Nikel adalah salah satu produk mineral Indonesia yang diekspor ke berbagai negara di dunia. Saat ini nikel dan produk olahannya telah diproduksi di Indonesia melalui upaya hilirisasi. Artinya, sudah ada nilai tambah yang pada akhirnya akan membawa Indonesia sebagai supply chain dunia, khususnya untuk baterai.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nikel dan produk olahannya di Indonesia mencapai 777.411,8 ton pada 2022. Dibandingkan tahun sebelumnya, angka ekspor ini mengalami peningkatan hingga 369,37%.
Selain itu, investasi dari perusahaan internasional saat ini sudah semakin banyak dan diharapkan akan lebih naik lagi dengan adanya revolusi industri 4.0. Istilah yang digemakan pada Hannover Fair, 4-8 April 2011 ini diharapkan dapat memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya. Istilah ini merujuk pada upaya transformasi yang semua proses produksinya diintegrasikan secara online.
Indonesia kaya akan sumber mineral yang dibutuhkan sebagai raw material industri internasional. Sumber mineral tersebut banyak ditemukan di Indonesia bagian timur. Artinya perlu dilakukan pula upaya untuk membangun industri di Indonesia timur, yang ke depannya sekaligus bisa menopang Indonesia sebagai supply chain dunia.
Mengurangi impor dengan membuat Indonesian Inc
Selain menyediakan raw material dan memanfaatkan kemajuan revolusi industri 4.0, Indonesia juga perlu menggenjot angka ekspor agar bisa lebih tinggi lagi. Saat ini, ekspor Indonesia sudah mulai banyak, tetapi untuk membuat angkanya lebih meningkat kita perlu membuat Indonesian Inc.
Menurut Arsjad Rasjid, yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Indika Energy, perusahaan investasi terdiversifikasi terkemuka di Indonesia, Indonesian Inc dapat membantu meningkatkan angka ekspor Indonesia.
“Indonesian Inc adalah contoh bagaimana kita bisa menurunkan biaya logistik,” jelasnya.
Ide mengenai Indonesian Inc ini digambarkan sebagai upaya membeli tempat perkapalan yang bisa digunakan bersama. Sehingga apabila Indonesia sedang melakukan ekspor ke sebuah negara, maka Indonesia memiliki space perkapalan yang bisa digunakan industriawan maupun UMKM. Penggunaan space perkapalan bersama ini memangkas cukup banyak biaya logistik, yang artinya membuka kesempatan para industriawan dan pengusaha UMKM untuk berani melakukan ekspor produknya ke negara lain.
BACA JUGA: Kerjasama Indonesia-Vietnam: Meningkatkan Potensi Pusat Pertumbuhan Ekonomi ASEAN
“Daripada sendiri-sendiri, kenapa kita ga bergabung? Kita beli tempat, space, untuk yg namanya perkapalan. Supaya misalnya, dari Indonesia ke Amerika, kita beli space di kapal. Lalu space itu kita share untuk digunakan oleh semua industriawan ataupun UMKM juga yang mau ekspor ke Amerika,” pungkasnya mengakhiri konten 1 Minute with Arsjad Rasjid yang penuh ide tersebut.