Alumni Pepperdine University, California, Amerika Serikat ini tak menampik, tindakan penyelamatan perusahaan yang dipimpinnya ketika itu terbilang sudah terlambat. Seperti kata pepatah, better late than never.
Ia pun berpikir keras agar perusahaan yang sedang limbung tidak sampai karam dan tenggelam. Arsjad memakai formula yang terbilang sederhana di dunia bisnis: back to basic.
Apa itu? Efisiensi. Inilah small step pertama. Kata yang sederhana ini diterjemahkannya dengan menyisir pos-pos mana saja yang bisa ditekan dalam bingkai efisiensi tersebut.
Salah satu yang tak terhindarkan, ia harus memangkas sekitar 40 persen biaya dari sumber daya manusia (human resources). Itu artinya perusahaan mesti melakukan pengurangan pegawai.
Sebagai langkah awal dan role model dimulai pada level direksi. Dari tujuh direksi di Indika Energy, dikikis menjadi tiga. Dari level direksi menyasar level di bawahnya, yakni manajer, staf, hingga pegawai lapangan. Walhasil, 2.000 orang terkena rasionalisasi.
Pahit ketika kebijakan itu mesti diambil, dan itu dirasakan betul oleh Arsjad. “Sewaktu perusahaan sedang tumbuh dan kami banyak merekrut karyawan, itu masa senang. Namun saat harus melepas karyawan, ini sungguh masa yang berat dan menyakitkan,” tuturnya.
Dari langkah efisiensi sumber daya manusia (SDM), Arsjad selanjutnya menyasar biaya operasional perusahaan, dari hal-hal yang terkesan remeh-temeh dan sepele sampai urusan yang lebih besar.
Misalnya, pada pos perjalanan dinas dalam dan luar negeri diberlakukan aturan apabila waktu tempuh perjalanan via pesawat udara di bawah empat jam, maka harus naik kelas ekonomi.
Begitu pula apabila ada meeting di luar kota yang memungkinkan untuk balik pada hari itu juga, baik direksi maupun staf diharuskan langsung balik ke Jakarta sehingga ada penghematan biaya penginapan.
Dari aspek operasional, produksi batu bara pun dipangkas dari 39 juta ton menjadi 32 juta ton. Pengurangan produksi tentu akan menghemat dana pada pengeluaran biaya operasional BBM kendaraan di tambang batu bara.
Blessing in disguise, saat perusahaan melakukan penghematan BBM, harga minyak bumi di pasar internasional turun dan ikut menghemat biaya BBM. Maklumlah, 30 persen dari biaya produksi di tambang batu bara ini bersumber dari pengeluaran untuk BBM. Pada prinsipnya, tidak ada pos yang lolos dari proses efisiensi. (bersambung/VED)