Perbedaan pencapaian hidup cenderung membuat kita tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain. Padahal setiap individu memiliki perjalanan hidup yang unik.
Arsjad Rasjid membahas tentang fenomena fear of missing out (FOMO) yang sering membuat seseorang minder dan cemas saat melihat pencapaian orang lain.
Sebelum hal ini melemahkan kepercayaan diri atau self esteem kita lebih jauh, mari kita cari tahu beberapa rahasia sukses dari Arsjad Rasjid untuk melawan kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain dan fokus pada pengembangan pribadi.
Daftar Isi
Penyebab kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain
1. Rasa tidak aman dengan diri sendiri (insecurity)
2. Pemicu fear of missing out (FOMO)
Dampak insecurity dan FOMO
Tentang pendiri Facebook dan Adidas sukses di usia berbeda
Cara mengatasi kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain
1. Meningkatkan kapasitas personal
2. Fokus pada tujuan
Penyebab kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain
Kebiasaan membandingkan diri, seringkali muncul karena ketidakpuasan akan diri sendiri atau rasa takut akan ketertinggalan yang disebut dengan istilah fear of missing out (FOMO).
Terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi rasa tidak puas akan diri dan FOMO pada seseorang.
1. Rasa tidak aman dengan diri sendiri (insecurity)
Insecurity merupakan kondisi mental dan emosional di mana seseorang tidak merasa aman dengan dirinya sendiri, misalnya karena perasaan tidak puas pada penampilan atau merasa tidak mampu untuk melakukan sesuatu.
Hal ini bisa dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu seperti pengasuhan yang mempengaruhi self esteem dan kurangnya apresiasi.
2. Pemicu fear of missing out (FOMO)
Fear of missing out atau FOMO adalah rasa takut tertinggal karena persepsi yang salah saat melihat pencapaian orang lain.
Di era digital, hal ini makin diperkuat dengan adanya paparan media sosial seperti Instagram yang memperlihatkan slice of life terbaik mereka. Misalnya berupa prestasi, kemapanan dan kebahagiaan.
Dampak insecurity dan FOMO
Efek FOMO dan insecurity cukup besar terhadap kesejahteraan mental dan emosional seseorang. Dan umumnya akan tercermin lewat beberapa perilaku seperti di bawah ini:
- Mudah merasa minder atau kalah melihat kesuksesan orang lain.
- Cenderung bersikap keras pada diri sendiri, misalnya menjadi. perfeksionis dan self-critical yang berlebihan.
- Sering membandingkan diri dengan standar yang tidak realistis.
- Kesulitan saat mendapat penolakan dan kritik dari orang lain.
- Melemahkan fokus seseorang untuk melakukan personal growth.
Kita perlu menyadari bahwa cara yang keliru dalam menyikapi hal ini, hanya akan menghambat kesuksesan personal. Terlalu sibuk mengejar standar orang lain, akhirnya lupa bahwa ada value dalam diri yang lebih potensial.
Tentang pendiri Facebook dan Adidas sukses di usia berbeda
Arsjad Rasjid mengambil contoh nyata dari kesuksesan pendiri Facebook Mark Zuckerberg yang berhasil mengembangkan platform media sosial Facebook di usia 22 tahun. Sementara founder Adidas, Adolf Dassler, baru mencetak pencapaian besarnya di usia 49 tahun.
“Stop bandingkan diri kita sama orang lain, Jangan minder melihat pencapaian orang lain,” ujar Arjad Rasjid dalam reels di akun Instagram pribadinya.
Dari kedua tokoh di atas, Arsjad menunjukkan bahwa waktu dan usia bukan penghalang kesuksesan. Karena pada dasarnya, perjalanan hidup setiap orang berbeda dan unik dalam meraih pencapaian mereka.
Cara mengatasi kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain
Arsjad Rasjid mengatakan bahwa lebih baik pencapaian orang lain digunakan sebagai inspirasi daripada menganggapnya sebagai ancaman.
Justru, perbandingan yang tepat adalah mengkomparasi diri kita saat ini dengan versi kita sebelumnya.
Selanjutnya, Arsjad Rasjid memberikan tips meningkatkan value diri sendiri agar tidak mudah minder. Cobalah menerapkan cara berikut ini:
1. Meningkatkan kapasitas personal
Daripada membuang-buang energi dan waktu untuk membandingkan diri dengan orang lain, fokuslah pada pengembangan diri sendiri. Mengasah kemampuan personal atau personal development dapat menyingkirkan perasaan insecure dan mengubahnya jadi rasa percaya diri.
2. Fokus pada tujuan
Sadari bahwa setiap individu menjalani proses yang tidak harus sama. Sehingga kita bisa lebih fokus terhadap goals personal, dan tidak terlalu terpengaruh oleh pencapaian orang lain.
BACA JUGA: Maraknya Fenomena Depresi Pada Anak Muda dan Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental
Terakhir, ingatlah bahwa hidup bukanlah perlombaan atau kompetisi dengan orang lain. Seperti kata Arsjad, “Jangan terlalu keras pada dirimu.” Lebih baik berikan kesempatan diri untuk bertumbuh dengan fokus dengan jalan hidup masing-masing.