Perekonomian Indonesia bisa semakin maju bila kita berani melakukan Gerakan Revolusi Lokal. Inilah movement yang belakangan sedang digiatkan oleh Raymond Chin. Influencer seputar dunia finansial yang kian peduli dengan perkembangan bangsa melalui berbagai kontennya.
Perkara Revolusi Lokal ala Raymond Chin ini ia sampaikan ketika menjadi undangan di podcast YouTube Arsjad Rasjid. Video bertajuk ‘TikTok Shop Tutup? Jangan Panik Dulu! | Coffee Break with Arsjad & Raymond Chin’ ini menjadi bukti kepedulian anak muda terhadap masa depan Tanah Air.
Mengembalikan kepercayaan kepada UMKM lokal
Saat membahas tentang videonya yang viral mengenai polemik TikTok Shop, Raymond dan Arsjad sepakat bahwa untuk mengembalikan semangat para pebisnis kecil sekaligus memacu perekonomian bangsa, masyarakat harus mulai peduli terhadap UMKM lokal. Jangan sampai yang terjadi sebaliknya, justru menjadi awal dari kehancuran bangsa karena dipecah belah oleh pihak lain.
Dalam segmen ini, Raymond Chin memulai dengan fokus bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Ia mengatakan bahwa ancaman terbesar bagi kesuksesan tersebut adalah Middle Income Trap. Sebuah jebakan berupa pendapatan masyarakat yang masih tergolong menengah sehingga tidak bisa memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk menjadi negara maju.
“Di saat warganya ini, semuanya ini, konsumsi gila-gilaan. Bagus gak buat negara? Bagus, sih. Tapi kalau terjebak dengan konsumsi doang tapi kita nggak produktif, Gimana menjadi ‘Emas’?” ujar CEO Sevenpreneur tersebut.
Menjaga laju menuju Indonesia Emas 2045 lewat Revolusi Lokal
Supaya laju kecepatan Indonesia tetap terjaga menuju tahun 2045, Raymond memiliki satu prinsip dengan Gerakan Revolusi Lokal. Menurutnya, pasar domestik memiliki kebiasaan yaitu bila tidak dioptimalkan, tidak akan memiliki daya saing yang cukup untuk menyaingi produk-produk luar negeri yang di-market-kan di Indonesia.
“Kita ngomong, misalnya, UMKM. Problemnya gimana? Semua orang kan bilang, solusi utamanya ya berarti UMKM semua harus naik level, dong. Semua orang harus digitalisasi. Tapi it is always easier said than done,” ungkap Raymond.
Untuk itu, ia memanfaatkan platform ciptaannya, Sevenpreneur yang sebelumnya for profit menjadi non-profit sebagai satu fasilitas untuk melakukan Gerakan Revolusi Lokal. Berbentuk yayasan, Raymond menyuntik dana sekitar 100 juta Rupiah untuk pembinaan UMKM lokal secara gratis. Tidak sendirian, Raymond menjelaskan bahwa selain Sevenpreneur, akan ada beberapa platform lain yang siap bergabung mewujudkan Gerakan Revolusi Lokal ini.
Tiga komponen penggerak Gerakan Revolusi Lokal
Menurut pengusaha kelahiran Yogyakarta ini, Gerakan Revolusi Lokal akan memiliki tiga komponen. Yang pertama, konsumen dibiasakan agar selalu ingat untuk membeli produk lokal sekaligus memberikan support.
“Agar uangnya muter,” ujar Raymond.
Komponen kedua, produsen tidak cukup hanya dengan mengingatkan. Mereka harus mendapatkan pembinaan sekaligus leveling-up agar bisa bersaing di negara kita sendiri. Sementara untuk komponen ketiga adalah menjadi mediator bagi Pemerintah.
“Karena kadang Pemerintah kita itu melakukan public policy-nya itu reaktif dari apa yang disuarakan oleh rakyat. Nah, di sini kita sebagai pelaku, gimana caranya kita komunikasikan,” imbuhnya.
Raymond mengatakan bahwa saat ini sudah ada sekitar 300 relawan yang terdaftar untuk Revolusi Lokal. Namun pada pelaksanaannya, karena keterbatasan dana ia masih memasukkan sekitar 20-30 nama.
Apakah Revolusi Lokal bisa menjadi sebuah kolaborasi?
Gerakan Revolusi Lokal memancing perhatian Arsjad Rasjid. Sebagai sosok yang mengedepankan nilai-nilai bangsa, yaitu gotong royong, ia menanyakan tentang kemungkinan gerakan yang digagas oleh Raymond Chin ini bisa menciptakan kerja sama atau kolaborasi dengan pihak lain.
Menjawab pertanyaan ini, Raymond mengaku bahwa saat ini ia terus mendatangi para mitra atau perusahaan lokal untuk kemungkinan melakukan kerja sama.
“Saya punya satu kalimat, ‘Mengesampingkan kompetisi dan profit semata untuk kepentingan nasional dan memajukan Indonesia melalui ekonomi domestik’,” jelasnya.
BACA JUGA: Raymond Chin: Bagaimana Seorang Lulusan Teknik Komputer Menjadi Influencer Keuangan
Kalimat tersebut menjadi sebuah pernyataan dari Raymond bahwa ia membuka pintu selebar-lebarnya, untuk siapa saja, baik perusahaan kecil hingga besar, swasta atau BUMN, bila ingin memiliki pasar di Indonesia, harus ada timbal balik bagi Indonesia. Diharapkan, dengan langkah-langkah ini, semua pihak bisa saling bekerja sama.
“Selama support dan tujuannya adalah untuk membangun backbone kita, kita kerja sama,” pungkas Raymond.