Memasuki tahun politik Indonesia, semakin ramai isu dan berbagai topik pembicaraan yang berhubungan dengan seorang pemimpin negara baru. Selama dua periode kita telah dipimpin oleh seorang Presiden RI, Joko Widodo. Situasi ini akan berganti seiring dengan hadirnya Pemilihan Umum 2024 yang mengakhiri masa bakti Pak Jokowi, sekaligus menentukan siapa sosok yang dianggap mampu melanjutkan pembangunan.

Bagaimana tanggapan para pengusaha tentang politik Indonesia hari ini? Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengemukakan pendapatnya dalam bincang ringan di kanal YouTube Intrigue bersama Prof. Rhenald Kasali.

Politik Indonesia itu ‘asyik’

Mengawali perbincangan bersama Rhenald Kasali, Arsjad Rasjid mengakui bahwa politik Indonesia saat ini sedang asyik-asyiknya.

“Saya bilang politik Indonesia asyik. Kalau kita lihat pada pemilu yang lalu sudah jelas siapa Capres-nya. Bahkan mungkin setahun sebelumnya sudah (ketahuan). Ini tinggal berapa bulan menuju ke sana, belum jelas,” katanya.

Di balik ketidakjelasan tersebut, Arsjad justru menganggap kondisi jelang Pemilu 2024 ini mengasyikkan. Ditambah lagi, para voters yang akan menentukan pilihan tersebut kini didominasi oleh generasi baru yang mayoritas adalah milenial dan di bawahnya.

Dengan situasi yang tak lagi sama, Arsjad harus memastikan bahwa anak-anak muda Indonesia yang kian kritis dengan politik Indonesia tahu bahwa politics will shape the country. Politik akan menentukan arah sebuah negara, bagaimana langkah Indonesia ke depan.

“Ini penting sekali. Apalagi Pak Presiden (Joko Widodo) sudah mencanangkan Indonesia 2045, Indonesia Emas. Kita ingin nomor lima ekonomi terbesar di dunia,” imbuh Arsjad.

Situasi kritis Indonesia dalam mewujudkan impian menjadi negara maju

Sebagai seorang pengusaha dan Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad mempersiapkan berbagai strategi, termasuk roadmap menuju Indonesia Emas 2045, seperti arahan Presiden, yang ditujukan untuk sektor swasta.

Arsjad juga menjelaskan bahwa selama ini Presiden Joko WIdodo selalu menekankan kewaspadaan dalam mempersiapkan peta jalan tersebut. Pasalnya, tahun 2045 akan datang dengan sangat cepat. Kita hanya punya waktu sekitar 12 tahun untuk menggeser posisi kita saat ini dan naik ke papan atas.

To be or not to be,” tutur Arsjad menjelaskan betapa kritisnya Indonesia dalam menggapai impian Indonesia Emas 2045 tersebut.

Bonus demografi: ‘bonus’ atau bencana bagi Indonesia

Arsjad juga melihat tentang hal yang selama ini dianggap modal bagi bangsa Indonesia dalam menuju Indonesia Emas 2045, yaitu bonus demografi. Secara blak-blakan ia mengatakan bahwa ini bisa menjadi ‘bonus’ tetapi juga bisa mendatangkan petaka bagi negara kita.

“Why? Karena di sisi lain bahwa selama ini kita memang harus fokus, juga mengembangkan sumber daya manusia kita. Karena poin utama adalah bagaimana kita bisa memastikan nanti skill ke depan, dengan revolusi industri yang terjadi pada saat ini, itu kan digitalization. Apa yang terjadi adalah pengurangan jumlah pekerjaan,” tutur Arsjad.

Dengan ‘ancaman’ terhadap sumber daya manusia sebagai dampak dari digitalisasi industri 4.0, Arsjad menganggap perlu bagi para pekerja dan calon pekerja untuk melakukan perubahan skill set. Bila kita tidak bisa memastikan perubahan tersebut, bukan revolusi industri yang terjadi tetapi revolusi sosial.

Rhenald Kasali menimpali bahwa saat ini negara-negara industri maju mengalami talent shortage. Ia menekankan bahwa terjadi migrasi massal yang menarik para talenta-talenta terbaik Indonesia ke negara-negara yang membutuhkan kemampuan mereka.

Senada dengan Profesor Rhenald, Arsjad juga mengamini bahwa sebenarnya Indonesia memiliki talenta yang melimpah.

“Talenta kita banyak. Yang pintar-pintar banyak. Sekarang banyak di luar negeri, Pak. Bukan karena mereka nggak cinta Merah Putih, bukan cinta Indonesia, (tapi) nggak ada kesempatan, nggak ada tantangan bagi mereka,” tegas pria yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum PB Perpani tersebut.

Politik Indonesia boleh dinamis, tetap fokus pertumbuhan ekonomi

Bicara mengenai politik Indonesia saat ini, di mana para pemuda menjadi tumpuan yang menentukan siapa Presiden RI berikutnya, Arsjad mengungkapkan bahwa kondisinya saat ini sangat dinamis. Tiga calon Presiden, dua Wakil Presiden sudah mulai mengemuka, tapi segala hal masih belum jelas dan berbagai perubahan drastis mengenai susunan Capres – Cawapres baru masih memungkinkan untuk terjadi.

“Bisa nambah, bisa kurang, bisa orangnya beda, lho,” tukas Arsjad.

Berkaca pada hal ini, Arsjad mengatakan bahwa hal ini merupakan suatu keindahan politik yang cair. Semuanya hanya akan terjawab dalam waktu yang sangat berdekatan dengan Pemilu mendatang yang bakal digelar pada tanggal 14 Februari 2024.

“Oktober kan mulai registrasi (untuk Calon Presiden dan wakilnya). Akhirnya itu di November (tanggal 25). Kan biasanya (melakukan pendaftaran) lastminute.com, Pak. Belakangan baru ngasih, di situ kita baru tahu siapa Capres Cawapres sebenarnya,” jelasnya.

Di tengah ketidakpastian tersebut, Arsjad Rasjid menekankan pentingnya harapan, tentang fokus yang diinginkan Indonesia, apakah masih ingin meningkatkan perekonomian dan mengejar cita-cita menuju Indonesia Emas 2045 yang bermuara pada kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan bangsa. Dalam mewujudkan hal ini, sebagai seorang pengusaha, Arsjad merasa perlu untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

BACA JUGA: Menurut Arsjad Rasjid Ini Ciri Pemimpin Ideal untuk Indonesia dari Kacamata Pengusaha

Untuk memastikan bahwa economic growth itu benar-benar terjadi, Arsjad menekankan pentingnya stabilitas politik dan keamanan. Inilah dua bahan dasar yang dibutuhkan dalam politik Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.

You may also like

More in Inspirasi