Bagi pengusaha yang menginginkan lingkungan kerja harmonis dengan tingkat produktivitas tinggi, saatnya untuk mulai mengenal tentang apa yang disebut sebagai human capital. Sebuah pandangan baru mengenai human resource dengan mengedepankan humanisme agar produktivitas para pekerja semakin meningkat.
Bila disandingkan dengan human resource, human capital memiliki persamaan yaitu divisi atau bagian atau satuan kerja, yang mengurus elemen manusia yang ada di perusahaan. Mulai dari rekrutmen, pengembangan, pengelolaan, hingga pemutusan kontrak atau hubungan kerja.
Tapi bila melihat dari sisi lain, apa beda antara human resource dan human capital?
Human resource menjadikan manusia sebagai sumber daya
Meski secara dasar sama, ada perbedaan filosofis yang wajib kita tahu agar bisa membedakan antara human capital dan human resource. HRD, singkatan dari Human Resource Development, yang pasti sangat dikenal oleh para karyawan hingga para pencari kerja. Divisi ini membantu perusahaan untuk mencapai target perusahaan lewat perekrutan dan pelepasan pekerja.
Yang menarik adalah kaitan penggunaan kata human resource, yang berarti sumber daya. Bila dipahami lebih lanjut, setiap sumber daya akan habis, menurun produktivitas, dan akan terus berkurang nilainya. Dari sisi perusahaan juga akan menggunakan sumber daya ini untuk memaksimalkan pendapatan.
Apakah pekerja akan mendapatkan penghargaan bila dianggap sebagai sumber daya? Tentu saja, asal bisa memberikan manfaat bagi perusahaan. Semakin baik kinerja,makin baik pula imbalan yang akan didapatkan karyawan tersebut. Jadi pekerja akan dinilai dari hasil pekerjaanya.
Pekerja sebagai human capital
Sementara itu human capital memiliki sisi lain, yaitu bagian perusahaan yang bertugas untuk meningkatkan kemampuan para pekerja. Sesuai dengan namanya, human capital menjadikan para pekerja sebagai aset, sebagai modal yang dianggap berharga bagi perusahaan. Karena itu, human capital bertujuan untuk meningkatkan nilai dari para pekerja sehingga bisa memberikan benefit atau manfaat yang maksimal bagi perusahaan.
Dengan pandangan seperti ini, perspektifnya pun juga akan beda. Para pekerja bukan lagi sebagai sumber daya, namun lebih pada investasi perusahaan. Sebuah investasi harus berkembang sehingga tenaga kerja akan mendapatkan berbagai proses development untuk meningkatkan kemampuan kerja mereka agar memberi manfaat bagi perusahaan.
Seperti itulah cara pandang Arsjad Rasjid kepada pekerja yang condong ke human capital. Hal ini dia ungkapkan lewat video yang dibagikan lewat media sosial.
“Buat saya manusia itu bukan biaya,” ujar Arsjad Rasjid
Bagi pria yang kini menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dan Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk. tersebut, tenaga kerja adalah aset. Sebuah investasi yang wajib dikembangkan sehingga tak hanya perusahaan yang mendapatkan manfaat, tapi pekerja pun juga meraih benefit untuk perkembangan mereka.
“Makanya pikiran saya selalu human capital. Not human resource,” lanjutnya.
Hal ini ia lakukan untuk menjaga mindsetnya agar selalu menganggap para karyawan sebagai human investment. Namun ia juga mengingatkan bahwa seperti investasi, human capital pun juga bisa gagal. Mau tidak mau, aset yang tidak berkembang pun juga harus dilepas untuk kebaikan bersama.
Hal ini juga menjadi caption dari video media sosial Arsjad Rasjid yang membahas tentang human capital. Ia mengingatkan, bila hal tersebut memang harus terjadi dan lay off menjadi solusi, Arsjad Rasjid mengingatkan perusahaan agar memenuhi hak-hak human capital yang terdampak dengan baik.
BACA JUGA: Kepemimpinan Produktif Perlu Memiliki Pola Pikir Ini
Diharapkan, dengan memanusiakan manusia, menjaga hubungan yang baik antara pekerja dan aset investasinya akan membuat para pekerja semakin memiliki motivasi untuk memberi yang terbaik bagi tempatnya bekerja.