PHK adalah salah satu solusi atau jalan terakhir yang ‘terpaksa’ harus dipilih agar perusahaan bisa memiliki napas yang lebih panjang di tengah situasi yang sulit. Mengambil keputusan di masa mudah itu bisa dilakukan semua orang, misalnya saat merekrut, mengembangkan perusahaan, melakukan kegiatan bersama, dan lain sebagainya. Lain cerita ketika kita harus melakukan layoff sebagai keputusan yang lebih baik untuk perusahaan. Seperti kata Arsjad Rasjid, “Hiring is fun, but when we talk about firing…”
Arsjad memandang bahwa pekerja bukan sekedar human resource melainkan human capital, di mana para staff merupakan modal berharga bagi perusahaan yang dibina dan ditingkatkan value-nya. Memiliki kedekatan emosional seperti ini, tentu saja layoff bukan pilihan mudah.
Layoff adalah risiko bagi setiap perusahaan. Karena itu, bagi para pemilik atau calon entrepreneur, perlu tahu tentang bagaimana caranya agar proses pengurangan tenaga kerja tersebut berjalan lancar, tanpa menyebabkan dampak negatif yang bisa merusak kinerja dan produksi bisnis. Di sisi lain, keputusan PHK juga tidak akan mudah diterima oleh para pekerja. Kehilangan pekerjaan tentu akan sangat berpengaruh kepada kehidupan dan penghidupan mereka.
Arsjad Rasjid pernah menghadapi situasi sulit di mana ia harus melakukan layoff. Pendekatannya ketika melakukan hal tersebut mungkin bisa kita jadikan contoh.
PHK adalah keputusan yang sulit bagi semua perusahaan
Layoff adalah salah satu topik pembicaraan dalam perbincangan antara Arsjad Rasjid dan Iman Usman, COO Ruangguru dalam Coffee Break with Arsjad & Iman Usman di kanal YouTube Arsjad Rasjid. Bertema ‘Ngobrolin Ruangguru, Continuous Learning, dan Mentorship,’ Arsjad Rasjid menyinggung tentang fenomena tech winter.
Tech winter sendiri ibarat paceklik yang membuat perusahaan harus melakukan berbagai macam upaya efisiensi termasuk dengan layoff. Langkah ini tidak mudah tentu saja karena dampaknya besar tak hanya bagi perusahaan tapi juga para karyawan. Tech winter hampir dialami oleh sebagian besar start up pada pandemi kemarin.
Hal yang dilakukan Arsjad saat menghadapi situasi harus melakukan layoff
Sebagai salah satu pebisnis besar di Indonesia, Arsjad Rasjid juga pernah mengalami momen di mana ia harus melakukan layoff terhadap para pekerjanya. Tentang hal tersebut Ketua Umum Perpani ini punya beberapa masukan yang mungkin Anda bisa juga terapkan tatkala menghadapi situasi yang mirip.
Arsjad mengingat di masa lalunya ia tak punya pilihan selain me-layoff 2.000 karyawannya. Menurutnya, merekrut seseorang untuk menjadi bagian dari sebuah tim atau perusahaan adalah suatu hal yang menyenangkan, karena kita dapat menambahkan orang baru yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama.
Namun, ketika seseorang harus terpaksa diberhentikan dari pekerjaannya, hal tersebut menjadi sulit karena dapat mempengaruhi kehidupan dan penghidupan orang tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk jujur dan transparan ketika berbicara tentang memberhentikan seseorang, serta memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu mereka menghadapi situasi tersebut.
Agar tetap bisa menjadi leader yang baik, yang memberi harapan bagi pegawainya, ia pun berbicara langsung dengan para karyawan yang terkena dampak PHK. Dengan berbicara langsung, mereka akan lebih memahami alasan di balik keputusan sulit tersebut. Hal ini sesuai dengan prinsip Arsjad Rasjid yang menganggap tenaga kerja sebagai human capital, bukan human resource. Dalam memberikan penjelasan, seorang pemimpin tidak menutupi fakta yang terjadi.
“We have to be truthful,” ujar Arsjad.
Yang paling penting, menurut Arsjad, perusahaan harus memenuhi semua hak karyawan yang terdampak layoff. Jangan sampai karena merasa menjadi pemimpin, Anda mengambil keputusan sepihak dan merugikan orang-orang yang sudah berjasa membesarkan perusahaan.
Ia yakin bahwa dengan menjelaskan keadaan dan menjalankan proses layoff sebaik-baiknya, para karyawan bisa mengerti dan tidak sampai terjadi konflik antara perusahaan dan mereka yang terdampak.
Solusi PHK bisa terjadi tanpa harus putus hubungan kerja
Arsjad juga mengingatkan bahwa layoff bukan satu-satunya jalan untuk memutuskan hubungan kerja. Sebisa mungkin ia memberi peluang bagi para karyawan terdampak. Salah satunya adalah dengan mempekerjakan mereka di anak-anak perusahaannya.
“When we are together, we are family,” jelas Arsjad.
Dengan memperlakukan karyawan sebagai keluarga, kita akan berjuang sekuatnya untuk membuat mereka tetap mendapatkan kehidupan yang layak. Sebuah solusi yang sangat bijak dan kemungkinan besar diterima oleh mereka yang terdampak.
BACA JUGA: Pentingnya Berpikir Sebelum Bertindak Menurut Arsjad Rasjid
Itulah tips leadership dalam menghadapi layoff ala Arsjad Rasjid. Bisa menjadi inspirasi bagi Anda yang harus mengambil solusi pelik ini demi keseimbangan perusahaan.