Percepatan transformasi energi dari fosil menuju baru terbarukan menuntut adanya kerja sama Indonesia dengan dunia internasional. Ini karena perubahan yang sangat besar dan singkat membutuhkan partisipasi dari semua pihak demi terciptanya masa depan yang hijau, bersih, sehat dan cerah bagi para penerus bangsa.

Salah satu kerja sama yang dilakukan Indonesia secara regional adalah kendaraan listrik bersama Myanmar. Hal ini terungkap setelah Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), Arsjad Rasjid melakukan kunjungan ke negara tersebut.

Dalam pernyataannya, Arsjad mengatakan bahwa ASEAN-BAC akan terus memperkuat kerja sama serta stabilitas perekonomian antar negara di ASEAN, termasuk juga dengan Myanmar, untuk bertumbuh bersama dan menjadikan ASEAN sebagai episentrum perkembangan dunia.

“Seluruh negara ASEAN akan tumbuh bersama dalam hal ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, merangkul seluruh negara ASEAN, termasuk Myanmar,” kata Arsjad.

Myanmar sebagai mitra pengembangan ekosistem energi baru terbarukan

Arsjad berharap munculnya kerja sama Indonesia dengan Myanmar dalam hal pengembangan ekosistem energi baru terbarukan sebagai langkah ASEAN-BAC yang ingin meningkatkan industri dan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Di samping itu, optimisme untuk kerja sama bilateral tersebut didasari pada potensi yang mirip antara Indonesia dan Myanmar di sektor energi surya, angin, hidro, bio energi, panas bumi, dan laut. Terlebih lagi, dalam pengembangan energi hidro, Myanmar dan Indonesia masuk dalam 20 negara teratas di dunia dengan potensi pembangkit listrik air sebagai energi baru terbarukan.

Hanya saja, potensi besar ini belum dimanfaatkan dengan maksimal. Untuk itu Arsjad Rasjid mengajak Myanmar untuk saling bekerja sama mengembangkan salah satu ‘calon’ energi utama di masa depan tersebut.

“Potensi energi baru dan terbarukan ini perlu untuk dikembangkan oleh kedua negara sebagai upaya ASEAN mencapai net zero emission. Myanmar dan Indonesia mampu bekerja sama untuk bisa memanfaatkan energi baru terbarukan ini menjadi pembangkit energi listrik,” ujar Arsjad.

Kerja sama Indonesia dan Myanmar yang potensial di transportasi listrik

Selain energi hidro, Myanmar juga memiliki potensi lain yang cukup menarik bagi Indonesia di mana negara tersebut memiliki deposit mineral kritis terbesar ketiga di dunia dan kaya akan dysprosium dan terbium, elemen logam tanah yang merupakan salah satu elemen kritis dalam pembuatan kendaraan listrik yang lebih ringan.

Dengan adanya keinginan untuk lepas dari energi fosil dan bertransformasi menuju energi baru terbarukan, dibutuhkan kerja sama Indonesia dengan Myanmar dalam membangun ekosistem industri bagi kendaraan listrik dan baterai. Bukan hanya tentang sumber daya alam saja. Kerja sama tersebut nantinya juga bisa menjadi lapangan kerja baru dan semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi kedua negara.

Kesiapan Myanmar kepada kendaraan listrik dan ekosistemnya saat ini sangat tinggi. Dalam video yang ia bagikan di media sosial Instagram, Arsjad Rasjid memamerkan pengalamannya menaiki satu produk mobil listrik hasil kerja sama antara pabrikan otomotif asal Jepang, Honda dengan Sonfang.

Arsjad Rasjid membagikan pengalaman mengendarai Electric Vehicle (EV) tersebut di media sosial Instagram miliknya. Mobil listrik tersebut menjadi sarana transportasi Arsjad selama roadshow ASEAN-BAC. Kabarnya, produk tersebut sangat diminati dan telah terjual ratusan unit dengan harga 42.000 Dollar AS.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Arsjad Rasjid (@arsjadrasjid)

Myanmar sebagai pasar potensial kendaraan listrik buatan Indonesia

Lebih dari itu, saat ini Myanmar juga telah memulai dukungan untuk penggunaan kendaraan listrik, termasuk membangun stasiun pengisian dan memberikan izin impor kendaraan listrik ke sembilan perusahaan di negaranya. Ini merupakan kesempatan besar bagi para produsen kendaraan listrik dalam negeri untuk melakukan ekspor ke negara tersebut. Salah satu karya kendaraan listrik buatan anak bangsa yang mendukung transformasi energi ini adalah ALVA yang merupakan motor listrik buatan Indika Energy.

Azis Armand mengatakan bahwa ALVA bukan sekadar alat transportasi. Motor listrik ini adalah alat untuk mewujudkan masa depan yang berkelanjutan.

“Indika Energy berinvestasi pada bisnis rendah karbon termasuk di sektor kendaraan listrik. Kami meluncurkan ALVA, kendaraan listrik roda dua dan ekosistemnya,” ujar Wakil Presiden Direktur dan CEO Indika Energy tersebut.

Menurut Azis Armand, kerja sama Indonesia dan ASEAN, termasuk Myanmar dalam bidang investasi investasi akan menjadi langkah baik dalam upaya pengembangan ekosistem EV Indonesia di seluruh rantai nilai.

BACA JUGA: Ketua ASEAN-BAC Arsjad Rasjid Optimistis ASEAN Tampil Sebagai Pusat Stabilitas dan Ekonomi Dunia Pada 2045

Dengan adanya percepatan transformasi energi untuk mewujudkan net zero emission di tahun 2060, semakin banyak pula industri kendaraan listrik dan pendukungnya. Ke depan, semoga langkah nyata ASEAN ini bisa menjadi pelecut bagi dunia untuk mulai mewujudkan masa depan yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan.

You may also like

More in News