Awal Mei 2023 lalu, Arsjad Rasjid berkesempatan mengunjungi Kadin Kota Surakarta untuk melihat secara langsung geliat UMKM di Kota Batik tersebut. Salah satu pengalaman unik yang ia dapatkan adalah saat mengunjungi Toko SRC. SRC atau Sampoerna Retail Community merupakan komunitas UMKM toko kelontong terbesar di Indonesia, di mana kehadirannya sangat membantu perputaran ekonomi negeri ini. Bahkan tercatat omzet Toko SRC seluruh Indonesia mencapai Rp69,3 triliun di tahun 2019.
Pengalaman berkunjung ke Toko SRC tersebut kemudian ia bagikan di kanal YouTube miliknya, ‘Arsjad Rasjid’ dengan judul yang cukup menggoda hati, yaitu ‘Toko Kelontong Juga Bisa Sukses Lawan Minimarket Modern!,’ Di situ Arsjad berbagi inspirasi dengan wirausahawan Kota Surakarta yang merasa terbantu dengan kemudahan yang mereka dapatkan dengan menjadi anggota Toko SRC.
Kecil-kecil cabe rawit, Toko SRC semakin maju berkat sentuhan digital
Pertemuan pertama dengan anggota Toko SRC terjadi karena rasa haus setelah mengunjungi Pasar Gede, Solo. Mampir di salah satu toko kelontong untuk membeli minum, Arsjad Rasjid malah terlibat dalam bincang-bincang yang menarik mengenai peran Toko SRC dalam mengembangkan para pengusaha mikro dan kecil di Surakarta.
Theodora, begitulah nama toko yang tampak bersih dan rapi tersebut. Arsjad Rasjid terkejut melihat toko kelondong tapi sudah dilengkapi dengan alat-alat transaksi yang modern, termasuk pembayaran dengan menggunakan QR Code atau QRIS. Sebagai seorang pebisnis, ‘anomali’ ini menggelitiknya untuk mengetahui lebih lanjut.
Toko Theodora merupakan toko kelontong yang dimiliki oleh Cecilia Retno Utami. Toko yang terletak di Jalan Letjen Sutoyo, Surakarta tersebut sudah dilengkapi dengan piranti-piranti yang mendukung pemerataan digital bagi UMKM di Kota Surakarta.
Awal yang tak mudah, kisah Ibu Retno dan Ibu Vero merintis usaha miliknya
Lewat ‘Nongkrong Bareng Arsjad,’ Ibu Retno, pemilik Toko Theodora mengakui bahwa bisnis UMKM miliknya didasari keinginan untuk membantu perekonomian keluarga. Ibu Retno kemudian punya keinginan untuk berbisnis tanpa harus meninggalkan rumah agar tetap bisa menjalankan perannya sebagai Ibu Rumah Tangga.
“Saya memutuskan untuk membuka usaha tetapi tidak meninggalkan rumah. Bisa sambil merawat anak, bisa sambil mengurus rumah tangga,” tutur Ibu Retno.
Ibu Retno bercerita bahwa Toko Theodora sudah ada sejak tahun 1999, sebelum bergabung bersama Toko SRC. Hanya saja kala itu tokonya yang berada di teras itu masih kecil, barangnya kurang lengkap, dan penataannya masih belum serapi sekarang ini. Sesuatu yang bisa dipahami mengingat terbatasnya modal usaha yang ia miliki saat memulai Toko Theodora.
Cerita yang sama juga untuk Ibu Veronica Hastuti, pemilik Toko Santoso yang ada di salah satu sudut Jalan Adi Sucipto, Colomadu, Karanganyar. Pada awalnya ia adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang ingin membantu perekonomian keluarga tanpa harus meninggalkan rumah. Namun saat mulai menjalankan usahanya di tahun 2006, Toko Santoso yang merupakan warisan dari orang tuanya dalam keadaan bangkrut.
“Tidak ada barang yang tersisa yang bisa saya jual. Saya hanya bermodal Rp1.500.000,” tutur Ibu Vero.
Memiliki usaha tanpa melepas peran sebagai Ibu Rumah Tangga tentu memiliki banyak tantangan. Fakta ini menggelitik Arsjad Rasjid untuk bertanya mengenai suka duka Ibu Retno dan Ibu Vero saat menjalankan UMKM mereka.
Program pendampingan Toko SRC memberi manfaat besar bagi UMKM
Lewat ‘Nongkrong Bareng Arsjad’ yang membahas pemerataan digital para anggota Toko SRC, Ibu Retno bercerita tentang bagaimana keuletannya membangun Toko Theodora.
“Sebagai Ibu Rumah Tangga yang ‘disambi’ merawat anak, merawat keluarga, masih ngurus ini toko, kadang, ya, capek. Capek (pun) masih harus kulakan keluar rumah,” ungkap Ibu Retno.
Di awal usahanya ia membeli barang-barang jualan toko dengan menggunakan motor. Bahkan terkadang ia juga harus membawa serta anaknya. Tantangan yang sangat umum terjadi bagi para Ibu Rumah Tangga Indonesia ketika memiliki usaha sendiri. Namun kerja kerasnya terbayar dengan omzet yang terus meningkat hingga bisa meraup lima juta Rupiah dalam sehari.
Sementara itu Ibu Vero bercerita tentang bagaimana menjalankan usaha dari kebangkrutan sambil merawat bayi berusia satu tahun. Namun dengan ketekunannya dan tanggung jawab yang ia pikul untuk melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh orang tuanya, bagi Ibu Vero rasa capek tidak terlalu terasa. Seperti Ibu Retno, omzet yang didapat Ibu Vero pun juga semakin naik hingga bisa mencapai 9 juta per hari.
Kondisi semakin baik ketika Ibu Retno dan Ibu Vero bergabung menjadi anggota Toko SRC. Dengan adanya dukungan dan pendampingan dari SRC, semakin mudah untuk melakukan terobosan yang baik bagi UMKM mereka. Tanpa membuang waktu, Ibu Retno merombak tampilan tokonya menjadi lebih rapi dan tidak kalah dengan minimarket, serta menjadikan SRC sebagai salah satu identitas Toko Theodora.
“Saya bersyukur sekali bisa bergabung dengan SRC. Di SRC itu saya dibina bagaimana caranya menaikkan omzet toko, bagaimana caranya supaya pelanggan yang belanja ke toko saya itu tetap setia berbelanja di sini. Saya dibina, diajari bagaimana caranya (mengelola) keuangan, manajemen, gitu,” tukas Ibu Retno.
Lebih dari itu, dengan semakin majunya internet, anggota Toko SRC kini juga mendapatkan bimbingan untuk cara mengolah tokonya secara digital. Mulai dari kemudahan pembayaran dengan menggunakan platform Ayo Kasir, hingga membuat promo-promo bundling yang bisa mereka tawarkan secara daring kepada para pelanggan.
Network yang semakin luas berkat Paguyuban Toko SRC
Manfaat besar lain yang dirasakan oleh Ibu Retno, terlepas dari keuntungan finansial adalah bisa memperluas jaringan. Dengan menjadi anggota Toko SRC ia merasa memiliki banyak saudara di seluruh Indonesia lewat paguyuban SRC. Di komunitas ini, menurut Ibu Retno, para anggota Toko SRC lain bisa saling berbagi cerita dan ilmu agar bisa maju bersama serta lebih baik dalam menjalankan UMKM miliki mereka.
Begitu juga dengan kisah Ibu Vero, yang menjadi anggota Toko SRC di waktu yang sama dengan Ibu Retno. Baginya, program pendampingan bagi UMKM itu sangat membantu dan bermanfaat bagi para pengusaha kecil sehingga lebih berani untuk maju, berkembang, dan sukses.
“Salah satunya, bisa mengubah mindset kita ke arah yang lebih maju itu berkat pendampingan, binaan ini tadi,” tukas Ibu Vero.
Cerita Ibu Retno dan Ibu Vero kepada Arsjad Rasjid di kanal YouTube, ‘Nongkrong Bareng Arsjad’ memberi banyak inspirasi bagi mereka yang menjalankan usaha mikro, kecil dan menengah. Selain ulet dalam berbisnis, jangan ragu untuk bergabung dan mengikuti program pendampingan UMKM yang ada di sekitar Anda.
BACA JUGA: Warteg Kharisma Bahari, Nongkrong Bareng Arsjad Rasjid dan Mas Sayudi
Dengan mengikuti program pendampingan dan pembinaan UMKM, Anda akan semakin tahu dan paham berbagai strategi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan usaha. Bonusnya, menambah lebih banyak teman yang siap membantu dan memberi tambahan semangat sehingga semakin mudah membuka pintu kesuksesan.