GOTO merupakan emiten untuk saham Tokopedia dan GoJek. Kedua platform buatan anak bangsa tersebut bersinergi dan melantai di Bursa Efek Indonesia.
Dalam perjalanannya seperti kebanyakan perusahaan lain, GOTO mengalami kenaikan dan penurunan. Termasuk bagaimana fluktuasi harga sahamnya yang sedemikian rupa. Namun yang jelas, kehadiran GOTO adalah hal yang patut diapresiasi di tengah eksistensi usaha sejenis yang berasal dari luar negeri.
Kabar terbaru dari GOTO, TikTok secara masif membeli sekitar 75 persen saham Tokopedia. Sebuah langkah yang menarik mengingat platform asal negeri tirai bambu ini sempat dicekal. Lalu apakah akan ada perubahan secara signifikan utamanya terhadap pelaku UMKM Indonesia dengan adanya fenomena ini?
Bikin heboh, 75% kepemilikan saham Tokopedia diborong TIkTok
Fenomena ini juga tak luput dari perhatian Arsjad Rasjid. Tokoh pengusaha nasional yang mendukung pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah ini berbagi inspirasi tentang pandangannya terhadap pengambilalihan 75% saham Tokopedia oleh TikTok di media sosial Instagram-nya.
Bagi Arsjad, aksi borong saham Tokopedia oleh TikTok akan memberi dampak yang cukup signifikan terhadap ekosistem e-commerce di Indonesia.
“Hari Senin, 11 Desember kemarin berita gabungnya TikTok dan Tokopedia jadi topik yang hangat, yang dibicarakan semua orang,” kata Arsjad.
Pebisnis yang juga pernah merasakan jatuh bangun dunia usaha ini kemudian mengingatkan tentang apa yang sebelumnya terjadi dan sempat menggegerkan situasi ekonomi dalam negeri. Tak lain adalah penutupan TikTok Shop oleh Pemerintah, karena dianggap merusak persaingan bisnis dalam negeri, terutama terhadap pengusaha mikro, kecil, dan menengah.
“Kalau kita tarik ke belakang, sebelum TikTok Shop ditutup oleh Pemerintah, mereka menguasai sekitar 5% daripada pasar e-commerce di Indonesia,” jelas Arsjad.
TikTok kuasai pangsa pasar, bagaimana nasib e-commerce lokal?
Ketua Umum PB Perpani tersebut kemudian mengutip laporan dari Momentum Works per tahun 2022 tentang daftar layanan e-commerce di Tanah Air. Daftar tersebut dikuasai oleh dua nama besar, yaitu Shopee (36%) dan Tokopedia di urutan kedua dengan 35%. Sementara itu, ada nama TikTok Shop yang berada di urutan kelima dengan 5%.
“Dengan bergabungnya Tokopedia dan TikTok kini mereka menguasai sekitar 40% market share. Kemudian menggeser posisi Shopee dalam memimpin pasar e-commerce di Indonesia,” lanjutnya.
Lalu apakah ini merupakan indikasi yang baik atau buruk bagi persaingan perdagangan digital kita?
Menurut Arsjad, dibelinya saham Tokopedia oleh TikTok membentuk persaingan yang lebih baru dan ketat bagi pemain-pemain e-commerce. Dampaknya, platform-platform yang masih menjadi milik anak bangsa harus bekerja ekstra keras untuk menyaingi keduanya. Seperti Bukalapak yang masih memiliki market share sebesar 10%.
Pertanyaannya, dengan gap yang begitu jauh, mampukah e-commerce dalam negeri mengejar ketertinggalan tersebut?
BACA JUGA: Belanja di Tiktok Shop Akhirnya Dibuka Lagi, Namun Arsjad Berikan Pesan Penting Ini
Andaikan ingin mewujudkan misi ini, kerja keras tak hanya sebatas dukung-mendukung saja. Harus ada peran serta dan aksi nyata dari masyarakat, pengusaha, dan Pemerintah dalam membentuk aturan main atau regulasi yang jelas dalam melindungi karya serta usaha anak bangsa.
View this post on Instagram