Studio Ghibli, yang didirikan oleh Hayao Miyazaki bersama Isao Takahata pada tahun 1985, telah menciptakan fenomena ‘Ghibli Vibes’ yang populer di kalangan anak muda. Tren ini mencerminkan suasana, gaya, dan karakter yang khas dari karya-karya Ghibli, yang tak hanya dikenal melalui animasi, tapi juga membawa dampak budaya dan ekonomi yang signifikan.

Studio tersebut telah melahirkan berbagai karya animasi yang kisahnya tak lekang oleh waktu. Seperti Spirited Away, My Neighbor Totoro, Kiki’s Delivery Service dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, setelah hampir 4 dekade, rumah film tersebut masih dapat memberikan cultural dan economic impact yang luas.

Bagaimana Studio Ghibli mampu mempertahankan eksistensi dan kualitas karyanya sehingga tetap relevan dengan penikmat animasi masa kini? Begini penjelasan yang juga diulas dalam akun Instagram Arsjad Rasjid.

Tema yang relatable

Salah satu kekuatan utama dalam karya-karya Studio Ghibli adalah kekuatan cerita yang mendalam, reflektif dan memiliki makna filosofis, meskipun dikemas dalam bentuk animasi. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita-cerita Ghibli antara lain adalah nilai-nilai keluarga, self empowerment, hubungan manusia dengan alam hingga persahabatan.

Value tersebut membuat ceritanya timeless dan dapat dinikmati di berbagai fase kehidupan, sehingga baik generasi muda maupun orang dewasa masa kini yang semakin sadar dengan isu sosial maupun lingkungan, menemukan resonansi dalam pesan-pesan di film animasi Ghibli.

Karya berkualitas tinggi

Ciri khas karakter yang digambarkan dalam karya Studio Ghibli, serta kemampuan untuk meleburkan animasi dengan musik yang menghanyutkan, membuatnya berhasil meraih pengakuan internasional.

Tiga film Ghibli memenangkan Animage Grand Prix Award, empat film memperoleh Japan Academy Prize for Animation of the Year dan lima film pernah menjadi nominasi Academy Award.

Tidak hanya indah sebagai karya seni atau untuk ditonton, secara bisnis karya-karya Ghibli membuahkan hasil yang manis. Salah satunya dari film Spirited Away yang dirilis pada tahun 2001 berhasil memberikan 13M USD di tiga hari pertama rilisnya. Bahkan di 20 tahun kemudian, masih menjadi film terlaris sepanjang masa di Jepang dengan total revenue 300M USD.

Berani keluar zona nyaman

Meskipun banyak mengangkat tema yang berhubungan dengan sejarah, budaya dan keseharian khas Jepang, Studio Ghibli berani keluar dari zona nyaman dengan menargetkan filmnya ke pasar internasional.

Langkah ini tentu tidak mudah dan memiliki tantangan, mengingat tidak semua konteks budaya Jepang dapat dipahami oleh audiens global, terutama di negara-negara Barat. Selain itu, ada persepsi di pasar internasional bahwa film animasi hanya untuk anak-anak.

Namun perlahan tapi pasti, kualitas dan relevansi animasi-animasi Ghibli mampu memperkuat eksistensinya hingga melampaui batasan geografis. Tak hanya animasi, kini ada banyak merchandise, event, hingga komunitas penggemar yang terbentuk di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Studio Ghibli juga membuka diri untuk menyediakan karya animasi mereka di platform streaming yang memudahkan penonton muda dalam mengakses film tersebut. Mengingat Jepang cukup eksklusif dalam mendistribusikan film maupun musik mereka, langkah Studio Ghibli ini cukup berani untuk keluar dalam zona nyaman dari sisi bisnisnya.

BACA JUGA: Kisah Sukses Perusahaan Mainan Lego, Pernah Hampir Gulung Tikar Kini Menggapai Puncak

Semangat Studio Ghibli yang berani dan yakin atas kualitas karyanya bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk menembus pasar yang lebih luas. Impact yang dihasilkan juga bukan hanya dari satu karya, tapi dapat berkembang menjadi intellectual property, hingga dapat diadaptasi ke dalam gaya hidup yang menjadikannya tren Ghibli vibes seperti saat ini.

You may also like

More in Inspirasi