JAKARTA – Rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur harus jadi momentum untuk mendukung pembangunan dan pengembangan provinsi tersebut. Banyak sektor yang potensial dikembangkan dan sejalan dengan prinsip IKN.
“Seperti arahan Presiden Joko Widodo, konsep pembangunan IKN adalah smart forest city yang ramah lingkungan, sehingga arah pengembangan Kaltim sebaiknya harus sejalan,” ungkap pengusaha nasional Arsjad Rasjid, Kamis (14/4).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa IKN akan dikelilingi oleh hutan hijau yang asri dan dikelola dengan teknologi modern. Melalui konsep smart forest city, sekitar 70 persen wilayah IKN akan menjadi area hijau.
Karena itu, Arsjad menilai sangat penting bagi Kaltim untuk berkembang ke arah yang sejalan dengan IKN. Pasalnya, hingga saat ini perekonomian Kaltim memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sektor pertambangan dan penggalian. Pada 2021 misalnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap, kontribusi sektor tersebut mencapai 45 persen.
Menjadikan sektor pertambangan sebagai andalan ekonomi wilayah memiliki risiko yang tidak kecil. Hal ini terbukti dengan kinerja Kaltim yang pertumbuhan ekonominya rata-rata terendah di antara provinsi lain di Pulau Kalimantan. Bahkan secara nasional, pada 2021 kinerja perekonomian Kaltim termasuk yang tumbuh terendah setelah Bali, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat dan Gorontalo.
Pada 2021, ekonomi Kaltim hanya tumbuh 2,5 persen secara tahunan (year on year/yoy), jauh di bawah 2019 yang 4,7 persen. Bahkan pada 2020, menyusut lebih dalam dibandingkan perekonomian nasional yang terkontraksi 2,1%.
Sementara pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun tersebut mencapai 3,7 persen dan rata-rata Kalimantan 3,2 persen. “Jadi perlu dipikirkan cara terbaik untuk mendukung pengembangan Provinsi Kaltim,” papar Arsjad.
Ke depan, lanjut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia itu, ekonomi Kaltim juga dihadapkan oleh tren yang berkembang, yaitu ekonomi hijau atau ramah lingkungan. Ketika IKN akan beradaptasi dengan tren tersebut, maka sejatinya, pengembangan perekonomian Kaltim harus searah.
Karena itu, Arsja mengingatkan, “Shifting pada arah pengembangan perekonomian Kaltim menjadi sangat penting. Banyak yang bisa dikembangkan di wilayah tersebut.”
Shifting yang dimaksud adalah menggeser struktur perekonomian Kaltim yang saat ini memiliki ketergantungan tinggi pada sektor pertambangan ke sektor lain, dalam rangka menyongsong era ekonomi hijau dan IKN. Sejumlah sektor yang potensial dikembangkan, antara lain industri mesin dan perlengkapan.
Selama ini, katanya, neraca perdagangan sektor mesin dan perlengkapan Kaltim selalu defisit, baik transaksi dengan provinsi lain maupun dunia internasional. Artinya, kebutuhan produk yang dihasilkan dari sektor mesin dan perlengkapan sangat dibutuhkan di Kaltim.
Begitu juga dengan industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik. Tingkat permintaan domestik Kaltim terhadap sektor ini sangat tinggi, namun mayoritas masih dipasok dari luar wilayah.
“Sektor-sektor tersebut sangat potensial untuk dikembangkan,” kata Arsjad.
Untuk mewujudkannya, pemerintah dan dunia usaha dapat bekerja sama membuka peluang investasi untuk mengembangkan sektor-sektor potensial di Kaltim agar sejalan dengan pembangunan IKN dan tren ekonomi ke depan. “Seiring dengan pembangunan IKN, Kaltim akan menjadi wajah Indonesia juga,” tegasnya.