Salah satu tantangan yang sulit dihadapi oleh para pelaku UMKM adalah suku bunga yang tinggi. Padahal peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam memberi kontribusi pada kekuatan ekonomi bangsa, terutama di kawasan ASEAN, sangat besar.
Namun kini suku bunga tinggi di ASEAN menjadi ancaman bagi UMKM. Dikutip dari Nikkei Asia, pengusaha muda Renaldi Perdana Kesuma, CEO dari Tenue de Attire yang merupakan UMKM untuk busana pria mulai merasakan pahitnya kenaikan suku bunga bagi usahanya.
Kenaikan suku bunga, pangkal derita bagi pelaku UMKM
Bagi pria yang kini menjadi pimpinan bagi 42 orang tenaga kerja, kenaikan suku bunga menciptakan ‘putaran neraka’ untuk para pengusaha kecil. Bukan hanya pada ongkos produksi, hal ini berimbas pada menurunnya daya beli customer produknya akibat dari membengkaknya beban pada pembayaran pinjaman dan hutang. Ditambah dengan beban biaya untuk kehidupan sehari-hari yang juga meningkat membuat anggaran untuk belanja kebutuhan busana jadi menurun.
Melihat situasi yang dihadapi Renaldi serta lebih dari 70 juta pengusaha mikro, kecil dan menengah di ASEAN, kepada Nikkei Asia Arsjad Rasjid menekan bahwa setiap kenaikan suku bunga akan langsung berpengaruh pada beban finansial mereka (UMKM).
“Saya khawatir, hal ini bisa mengarah kepada berkurangnya keuntungan, terbatasnya akses pada modal, serta meningkatkan risiko gagal bayar,” ucap Ketua ASEAN-BAC yang saat ini fokus mengembangkan UMKM di Asia Tenggara.
UMKM dihajar bertubi-tubi, imbas AS tekan inflasi
Beberapa waktu belakangan, negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, serta Filipina menaikkan suku bunga. Hal ini sebagai imbas dari langkah Amerika Serikat yang menaikkan suku bunga sebagai langkah mereka menghadapi inflasi sebagai dampak dari meningkatnya harga pangan dan energi.
Senada dengan Arsjad Rasjid, Jayant Menon yang merupakan senior di ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura menjelaskan bahwa mereka yang meminjam dengan floating-rate adalah yang paling terdampak dengan suku bunga yang terus meninggi, sementara debitur dengan fixed-rate bisa lebih bersantai dan merasakan manfaatnya.
“Suku bunga tinggi bakal memangkas keuntungan dengan meningkatkan biaya perbaikan perusahaan dengan pinjaman floating-rate. Hal itu juga berdampak pada perkembangan usaha dengan mengurangi insentif untuk investasi dan perluasan usaha karena tingginya biaya finansial,” terang Jayant.
Ia menambahkan bahwa suku bunga tinggi bisa menghabisi UMKM, baik dari segi persediaan maupun permintaan barang, sekaligus menciptakan dua pukulan ganda yang bisa membuat banyak di antara pengusaha mikro, kecil, dan menengah terancam bangkrut.
Suku bunga naik bikin keuntungan UMKM menurun
Arsjad, yang juga Ketua Kadin Indonesia membeberkan data dari Asian Development Bank. Ia menegaskan bahwa hanya dengan kenaikan suku bunga sebesar 1% saja bisa mengurangi setengah dari profit yang dihasilkan para UMKM.
“Yang mengkhawatirkan, persentase kenaikan suku bunga yang sama dapat menyebabkan kenaikan 10% jumlah UMKM yang bangkrut,” terang Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk. tersebut.
“Suatu statistik yang sangat memprihatinkan dalam konteks Indonesia, dengan satu UMKM untuk setiap lima penduduk,” sambung Arsjad.
Menurut Arsjad, banyak UMKM yang terdampak dengan semakin naiknya suku bunga ini dan membuat mereka kesulitan dalam memenuhi persyaratan- persyaratan dari lembaga keuangan tradisional, tanpa agunan yang memadai atau literasi yang cukup tentang keuangan sehingga membuat mereka kesulitan mendapatkan pinjaman.
BACA JUGA: 4 Program ASEAN-BAC yang Siap Angkat UMKM Naik ke Level yang Lebih Tinggi
Untuk itu, Arsjad menghimbau kepada Pemerintah Indonesia untuk memperpanjang jaminan pinjaman, seperti Program Keuangan Mikro Terjamin kepada UMKM sebagai bentuk dukungan terhadap mereka. Tak hanya itu, Arsjad juga mendorong untuk terciptanya kebijakan-kebijakan yang bisa menciptakan kompetisi seimbang sekaligus regulasi-regulasi yang mudah bagi para pengusaha kecil.