Sekitar 30 juta pekerja di Indonesia terdampak pandemi Covid-19. Dampak yang dirasakan pun beragam, mulai dari pemotongan jam kerja atau upah, hingga terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) secara langsung.
Tak hanya itu, pandemi juga memberikan dampak yang berbeda-beda bagi seluruh sektor industri. Pada industri konstruksi, misalnya, mengalami kontraksi cukup parah akibat menurunnya permintaan pasokan.
Meski demikian, terdapat beberapa sektor industri yang mulai menampakkan pemulihan dalam beberapa bulan terakhir, yakni kesehatan dan pertanian. Kedua sektor itu relatif tidak merasakan dampak yang signifikan dari pandemi.
Sebaliknya, kedua industri tersebut justru menunjukkan pertumbuhan kuat selama 2020. Pertumbuhan sektor pertanian, contohnya, didorong oleh peningkatan produksi, terutama tanaman pangan dan sayuran.
Melihat hal tersebut, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid mengatakan, pemulihan sektor industri tidak bisa menggunakan satu strategi yang sama.
Pemerintah, kata Arsjad, harus memahami industri nasional secara jelas dan menyeluruh. Dengan demikian, pemerintah dapat menentukan strategi atau treatment yang tepat bagi industri terdampak.
“(Pemerintah) bisa mulai memulihkan industri yang menjadi unggulan, yakni industri yang berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, memiliki multiplier effect yang kuat, dan dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,” ujar Arsjad pada acara Industry Talks: Peran Asosiasi Dalam Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional yang dihelat beberapa waktu lalu.
Arsjad mencontohkan, sektor manufaktur menjadi salah satu industri yang terdampak cukup parah. Bahkan, hingga kuartal IV 2020 industri manufaktur masih menunjukkan pertumbuhan negatif sebesar -3,1 persen.
Walaupun demikian, manufaktur bisa menjadi industri unggulan karena berkontribusi besar terhadap PDB nasional, yakni sebesar 20,8 persen pada 2020 dan menyerap sekitar 14 persen tenaga kerja nasional.
“Demikian pula sektor konstruksi. Sektor ini berkontribusi sebesar 10,1 persen terhadap PDB nasional. Sektor-sektor inilah yang perlu mendapat perhatian dan stimulus dari pemerintah agar perekonomian kembali pulih,” terang Arsjad.
Kemudian, lanjutnya, sektor industri yang tumbuh selama pandemi, seperti pertanian, kesehatan, dan informasi teknologi perlu dijaga karena bersifat esensial dan strategis terhadap perekonomian nasional.
“Jadi, pendekatan satu solusi untuk semua tidak bisa diterapkan karena dampak yang dialami setiap industri berbeda-beda. Untuk mewujudkannya, perlu kerja sama menyeluruh antar-stakeholder terkait,” ujar calon ketua umum Kadin periode 2021-2026 itu.
Sebagai partner utama pemerintah, Arsjad meyakini Kadin bisa mengambil peran penting dalam mendukung pencapaian program prioritas nasional, termasuk pemulihan ekonomi pasca pandemi. Untuk itu, Arsjad turut memaparkan visi dan misi dalam rangka pencalonan dirinya sebagai Ketua Umum Kadin.
“Membangun Kadin baru yang inklusif dan kolaboratif menjadi visi saya. Dalam hal ini, komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah bisa jadi lebih terstruktur. Kadin juga perlu mendorong peran aktif dan melibatkan seluruh asosiasi dalam setiap prosesnya,” ujar Arsjad.
Direktur Utama Indika Energy Tbk ini pun mengajak semua pihak untuk tumbuh secara inklusif tanpa melihat skala industri dan besarnya modal yang dimiliki.
“Saya juga ingin membangun Kadin sebagai sebuah rumah untuk bisa berkolaborasi dan bergotong royong. Ke depan, saya ingin lebih mendorong keterlibatan pihak swasta di dalam pemulihan ekonomi nasional. Tanpa peran aktif swasta, saya yakin perekonomian akan rentan dan rapuh,” ujarnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Arsjad pun membagi misinya ke dalam empat pilar.
Pertama, pilar kesehatan. Menurutnya, kesehatan adalah tulang punggung perekonomian nasional dan harus menjadi prioritas utama.
Kedua, pengembangan ekonomi nasional dan daerah. Arsjad ingin memastikan setiap orang mempunyai kesempatan dan akses yang sama untuk memulai usaha serta berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Dengan begitu, tingkat kesenjangan masyarakat bisa diperkecil.
Ketiga, pengembangan kewirausahaan dan kompetensi. Di era digital, perlu adanya akselerasi sistem usaha berbasis data dan ekonomi digital. Perkembangan ekonomi digital telah mengubah cara berinteraksi industri dengan konsumen, sehingga perlu adaptasi agar tetap relevan.
“Kolaborasi antara perusahaan besar dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga perlu diperkuat. Saya melihat Kadin dapat menjadi katalisator bagi pertumbuhan pengusaha nasional dan UMKM,” jelas Arsjad.
Menurutnya, hal tersebut bisa dicapai dengan upaya mendirikan innovation hub atau Warung Inovasi dan mengembangkan vocational training sehingga produk UMKM Indonesia menjadi lebih kompetitif di mancanegara.
Keempat, penguatan internal organisasi dan regulasi. Arsjad meyakini, Kadin harus berperan sebagai wadah komunikasi dan konsultasi antara pengusaha dan pemerintah sesuai dengan Undang-Undang No 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri. (VED)