Pernahkah Anda mengalami impostor syndrome? Sebuah perasaan yang muncul karena merasa tidak layak dengan pencapaian yang telah diraih dan memiliki pemikiran bahwa diri kita tidak sekompeten yang orang pikirkan.

Bagi beberapa orang, mindset ini muncul dan membuat mereka meragukan kemampuan yang dimiliki. “Orangnya capable, tapi selalu merasa nggak mampu,” ujar Arsjad. Tentu saja hal ini dapat menjadi kendala bila kita terjebak di dalamnya dan menghalangi diri untuk dapat melangkah lebih jauh.

Untuk siapapun yang punya kecenderungan memiliki impostor syndrome, Arsjad Rasjid punya pesan penting supaya kita bisa lebih menghargai diri sendiri.

Apa Itu Impostor Syndrome?

Impostor syndrome adalah sebuah istilah yang merujuk pada pikiran atau perasaan tidak layak atas sebuah pencapaian. Orang yang mengalami gejala ini akan cenderung berpikir bawa kesuksesan mereka adalah bentuk kebetulan atau keberuntungan belaka, bukan dari upaya dan kemampuan yang dimiliki.

“Berpikir bahwa orang-orang memiliki pandangan yang berkelebihan tentang kemampuanmu.,” Arsjad menyebut salah satu cirinya. Orang dengan impostor syndrome kerap membentuk ketakutan sendiri bahwa orang lain akan menganggap mereka “penipu” dan sebenarnya tidak layak berada di posisi yang telah dicapainya sekarang.

Impostor syndrome ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1978 oleh psikolog klinis Suzanne Imes dan Pauline Clance. Sindrom tersebut dapat dialami oleh siapa saja, bahkan orang yang dianggap sukses atau bercitra positif di mata publik.

Dampak negatif meragukan kemampuan sendiri

Meski tampak seperti rasa kurang percaya diri dan minder, sindrom ini dapat menjadi kendala serius bagi siapapun yang mengalaminya. Kenali beberapa dampak negatif yang dapat terjadi bila sindrom ini kita biarkan.

Melemahkan kepercayaan diri

Sering meragukan keberhasilan sendiri dapat melemahkan kepercayaan diri. Sebab secara tidak langsung, kita ‘menyangkal’ bukti nyata keberhasilan yang terjadi. Ini dapat menjadi tekanan tersendiri dan membuat orang tersebut meragukan kapabilitas yang dimilikinya.

Perfeksionisme berlebihan

Impostor syndrome dapat menyebabkan perfeksionisme berlebihan. Di mana orang tersebut berpikir bahwa jika suatu hal tidak dilakukan dengan sempurna, orang lain dapat melihat “kekurangan” mereka. Namun, pemikiran ini juga menyebabkan orang tersebut menunda melakukan sesuatu atau tidak berani mengambil risiko, karena takut akan kegagalan.

Kelelahan mental dan emosional

Efek samping lainnya dari sindrom ini adalah terbentuknya beban emosional dan ketakutan seolah-olah sedang ‘menipu’ publik. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan mental seperti burnout, kecemasan dan stres atas perasaan tidak layak yang dimiliki.

Berpengaruh pada kehidupan sosial

Orang dengan impostor syndrome sering merasa sulit menerima pujian atau apresiasi dari orang lain. Mereka juga cenderung mengisolasi diri dan enggan terlihat menonjol dengan prestasi yang dimiliki karena merasa tidak pantas.

Cara mengatasi impostor syndrome

Sudah saatnya keluar dari pemikiran meragukan kemampuan diri sendiri dan mengolahnya menjadi lebih sehat. Ada beberapa cara untuk menolong diri dari mindset yang tidak sehat ini.

1. Sadari dan Terima Perasaan Itu

Ingat bahwa ini merupakan sindrom dengan gejala yang spesifik, tapi tidak semua orang memilikinya. Bila kita adalah salah satunya, maka sadari dan terima dulu perasaan tersebut tanpa perlu menyalahkan diri sendiri. Sebab hal ini bisa terjadi pada siapa saja karena berbagai faktor.

2. Apresiasi Diri Sendiri

Melatih diri menjadi orang pertama yang berterima kasih atas upaya dan kesuksesan yang telah diraih. Sadari setiap kerja keras yang telah dilakukan sehingga kita dapat melihat bahwa pencapaian tersebut bukan kebetulan.

3. Berhenti membandingkan diri dan bijak melihat kegagalan

“Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain”, pesan Arsjad. Hal ini dapat membuat kita mencari-cari kesalahan diri sendiri dan merasa tidak layak. Sadari bahwa setiap individu terlahir untuk menjalani proses naik turun dengan timeline masing-masing, dengan demikian kita mampu melihat kemunduran tersebut sebagai kesempatan untuk bertumbuh.

4. Bicarakan dengan orang lain

Bila sudah berusaha secara mandiri tetapi masih sulit mengatasi permasalahan ini, coba bicara dengan support system terdekat yang kita percaya. Atau bisa juga meminta bantuan profesional. “Your mental health matters too. Jika perasaan ini terlalu mengganggu, jangan ragu untuk berbicara ke psikolog atau terapis”, pesan Arsjad.

BACA JUGA: Sisi Lain Menjadi Tulang Punggung Keluarga yang Bisa Membentuk Karaktermu Makin Tangguh

Terakhir, nasihat Arsjad Rasjid bagi teman-teman yang berjuang melawan impostor syndrome adalah jangan meremehkan kemampuan sendiri. “Kamu hebat. Jika orang lain percaya itu, kamu pun harus percaya pada dirimu sendiri,” pungkas Arsjad.

You may also like

More in News