WASHINGTON – Pengusaha nasional Arsjad Rasjid mengajak pengusaha Amerika Serikat untuk menanamkan modalnya di Indonesia serta meningkatkan kerja sama perdagangan. Sektor yang ditawarkan, antara lain bidang kesehatan dan lingkungan hidup.
Saat ini, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia itu sedang berada di Washington, Amerika Serikat, mengikuti Business Forum dengan US Chamber dan B20 US Co-chairs. Business 20 (B20) merupakan bagian dari G20 –kerja sama ekonomi 19 negara dan Uni Eropa. Indonesia sebagai Presidensi G20 akan menghelat pertemuan B20 di Bali pada 13-14 November 2022.
Sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad juga menjadi Ketua Dewan Penasihat B20. Sebelum mengikuti pertemuan tersebut, dia menjadi pembicara dalam “Executive Roudtable: Investment Opportunities in the Year of Indonesia’s Presidency of G20-B20” yang diselenggarakan oleh Bloomberg New Economy Forum (BNEF) di New York, Amerika Serikat, pada 19-20 April 2022.
Saat memberikan sambutan pada pertemuan dengan pengusaha Amerika kali ini, Arsjad memaparkan tentang hubungan ekonomi Indonesia dengan Amerika yang telah terjalin, terutama di bidang investasi dan perdagangan serta potensi pengembangannya. Kata dia, pertemuan tersebut dapat menjadi langkah awal untuk merumuskan langkah konkret untuk mengolah peluang bisnis yang saling menguntungkan.
“Kita juga dapat memperdalam integrasi rantai industri antara Indonesia dan AS,” paparnya di Washington, Amerika Serikat (22/4).
Menurut dia, saat ini Indonesia merupakan negara terbesar ke-10 di dunia dari sisi paritas daya beli, sehingga banyak peluang bagi bisnis. Bahkan pada 2030, Indonesia diproyeksikan memiliki 200 juta populasi “Consuming Class” atau penduduk berpendapatan tinggi. Karena itu, arus investasi langsung (direct investment) ke Indonesia terus tumbuh, yaitu rata-rata sekitar 12% per tahun saat sebelum pandemi.
Arsjad juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki komitmen di bidang dekarboniasasi atau ekonomi hijau yang peduli lingkungan. Untuk sektor ini, dia memperkirakan nilainya lebih dari US$100 miliar pada 2025.
Arsjad mengungkapkan bahwa Amerika Serikat merupakan satu di antara penanam modal asing terbesar di Indonesia. Sepanjang 2021, katanya, investasi langsung negara tersebut (foreign direct investment) mencapai US$2,3 miliar yang ditanamkan pada lebih dari 800 proyek di Indonesia, yang sebagian besarnya, yaitu sekitar 85% ada di sektor pertambangan dan jasa.
Amerika Serikat juga merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, dengan total perdagangan barang lebih dari US$36 miliar selama 2021. “Kita juga masuk ke sektor non tradisional sambil meningkatkan perdagangan dan investasi di sektor yang mendominasi pasar,” ujarnya.
Arsjad menyampaikan ada tiga tema kemitraan yang harus digarap dalam kerja sama Indonesia dan Amerika pascapandemi, baik di sektor publik maupun swasta. Pertama, membangun ketahanan Indonesia dengan mendorong kemitraan di bidang kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Di bidang kesehatan, katanya, Amerika dapat mendukung upaya pencegahan pandemi dengan menyediakan akses ke vaksin serta kemitraan dalam penelitian dan pengembangan farmasi. Kemudian, seiring dengan komitmen Indonesia dalam transisi ke energi ramah lingkungan, Indonesia dan Amerika dapat membuat nota kesepahaman untuk bersama-sama mendukung penelitian dan investasi di sektor tersebut.
Kedua, meningkatkan produktivitas dengan memungkinkan digitalisasi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta bisnis di sektor-sektor utama di Indonesia. Amerika juga dapat berinvestasi dalam transfer pengetahuan untuk mempersiapkan tenaga kerja bagi lapangan kerja masa depan.
Ketiga, Amerika dapat lebih memacu investasi di sektor infrastruktur logistik dan rantai pasokan, serta transfer teknologi inovatif dalam rangka meningkatkan perdagangan dan investasi. “Sebagai mitra strategis pemerintah Indonesia, Kadin Indonesia berkomitmen untuk menjadikan kemitraan kedua negara ini lebih konkret,” ucapnya.