Permasalahan generation gap atau kesenjangan antar generasi sering menjadi topik hangat, terutama di dunia kerja.

Perbedaan nilai, kebiasaan dan sudut pandang dapat menjadi pemicu terjadinya konflik dan miskomunikasi antar generasi. Namun, setiap angkatan generasi juga memiliki keunggulan yang bila dikolaborasikan dengan baik, bisa meningkatkan produktivitas.

Arsjad Rasjid berbagi tips tentang mengatasi permasalahan generation gap yang bisa diterapkan semua generasi agar dapat menciptakan sinergi yang harmonis di tempat kerja.

Memahami arti generation gap

Generation gap atau kesenjangan generasi adalah perbedaan nilai, kebiasaan, dan sudut pandang antar kelompok usia, yang terjadi karena pengalaman unik, pengaruh sosial, hingga perkembangan teknologi yang berbeda.

Kesenjangan ini sudah terjadi sejak lama sehingga menjadi fenomena sosial yang umum. Namun bila berada dalam ruang lingkup yang lebih spesifik seperti lingkungan kerja, gap ini tidak menguntungkan dan bisa menjadi kendala produktivitas.

Perlu adanya pemahaman antar generasi untuk saling menghormati satu sama lain, serta manajemen yang mampu mengelola generation gap ini supaya tidak mengganggu kontribusi setiap karyawan dalam berinovasi dan menunjukkan kreativitas.

Tips mengatasi generation gap menurut Arsjad Rasjid

Agar suasana kerja antar generasi tetap kondusif, manajemen perusahaan perlu menjembatani kesenjangan ini. Menurut Arsjad Rasjid, ada 3 cara yang bisa menjadi kunci meminimalisir efek gap antar karyawan.

1. Pahami perspektif

Pertama, perlu memahami karakteristik dari setiap generasi. Beberapa kategori generasi yang umum saat ini antara lain adalah Baby Boomers (1946-1964), Generasi X (1965-1980), Generasi Y atau Millennials (1981-1996) dan Generasi Z (1997-2012)

Generasi Baby Boomers dianggap memiliki karakter yang cenderung pekerja keras dan memiliki etos kerja tinggi, karena tumbuh dalam masa yang menjunjung nilai pengabdian pada tempat kerja. Sedangkan generasi X dan milenial, tumbuh di era teknologi sehingga memiliki fleksibilitas serta adaptasi yang baik dalam dunia kerja, tetapi juga mencari keseimbangan hidup.

Generasi Z atau Gen Z yang saat ini menjadi generasi termuda dalam dunia kerja, memiliki kebiasaan dan keterampilan berbasis digital yang tinggi, seperti menyukai efisiensi dan kecepatan, melakukan transaksi, komunikasi bahkan pekerjaan mereka secara online.

Dengan memahami karakter masing-masing generasi, baik manajemen maupun karyawan sebagai individu dapat menentukan sikap yang adaptif sehingga bisa meminimalisir konflik yang tidak perlu terjadi.

2. Komunikasi terbuka

Untuk mengurangi miskomunikasi akibat kesenjangan generasi, komunikasi terbuka dan efektif adalah kunci. Salah satunya dengan bertanya atau mengklarifikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Setiap generasi perlu menyadari bahwa budaya komunikasi terbuka dapat membantu mereka menyuarakan ide maupun pendapat dengan nyaman. Untuk menunjang komunikasi ini, sebaiknya perusahaan juga memfasilitasi dengan pelatihan atau workshop yang melibatkan tim multigenerasi.

3. Jangan berasumsi

Pahami bahwa setiap generasi membawa nilai dan karakteristik yang unik baik sebagai angkatan kerja maupun individu. Hindari berasumsi dan memberikan stigma pada generasi tertentu, baik generasi senior pada junior maupun junior pada senior.

Mengkotak-kotakkan generasi dapat membatasi ruang gerak kita dalam membangun kolaborasi dan sinkronisasi kerja yang kondusif.

BACA JUGA: Cara Membagi Waktu secara Efisien Antara Pekerjaan Kantoran dan Bisnis Pribadi menurut Arsjad Rasjid

Kesimpulannya, fenomena generation gap memang sering terjadi di dunia kerja. Namun situasi ini sebaiknya segera diatasi dan dikelola dengan sikap saling memahami dan menghormati kontribusi masing-masing angkatan generasi. Sehingga dapat tercipta lingkungan kerja yang saling melengkapi, produktif dan kondusif.

You may also like

More in News