Fenomena semakin banyaknya Gen Z pengangguran saat ini menjadi tantangan signifikan yang perlu solusi konkrit. Bukan hanya dengan memberikan lapangan kerja, tetapi juga perlu pembekalan agar menjadi SDM yang kompeten dan relevan dengan kebutuhan industri saat ini.

Permasalahan ini juga menjadi perhatian Arsjad Rasjid, yang menekankan pentingnya pengembangan keterampilan SDM, terutama dari generasi muda yang digadang sebagai bonus demografi dan mendominasi jumlah tenaga kerja dalam beberapa tahun mendatang.

Kali ini, Arsjad punya beberapa saran menekan angka Gen Z pengangguran agar lebih terkendali, sekaligus menyiapkan mereka agar siap menghadapi persaingan skill di masa yang akan datang.

Permasalahan yang dihadapi Gen Z pengangguran

Arsjad Rasjid melihat bagaimana penggunaan teknologi saat ini, membuat lapangan kerja semakin terbatas. Di sisi lain, semakin banyak lulusan muda dari kalangan Gen Z, baik lulusan sekolah menengah maupun perguruan tinggi yang saat ini mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Selain persaingan yang ketat, hal ini juga disebabkan oleh kesenjangan antara kebutuhan industri dengan keterampilan dan pengalaman kerja yang dimiliki oleh SDM muda saat ini. Untuk bisa mengatasi permasalahan ini, pemerintah mengusahakan agar investasi bisa masuk ke Indonesia, supaya semakin banyak lahan untuk penyerapan tenaga kerja.

Namun, Arsjad Rasjid juga melihat peluang lain, yaitu menyiapkan keterampilan tenaga kerja muda untuk dapat diekspor pada negara lain yang kekurangan SDM dari generasi yang lebih produktif atau berusia muda.

Vokasi dan export skill sebagai solusi bonus demografi

Meskipun investasi sedang diupayakan untuk dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja, jika kecepatannya tidak dapat mengimbangi lonjakan bonus demografi, hal ini dapat menjadi masalah di masa mendatang.

Oleh karena itu Arsjad Rasjid bersama Kadin Indonesia menjalankan sejumlah pilot project yang menyediakan vokasi dan jalur export skill agar SDM muda bisa tersalurkan keterampilannya pada negara-negara dengan demografi senior. Selain menjadi pengalaman dan peluang kerja, kesempatan ini juga memberikan generasi muda jalur wawasan baru.

Sebab dengan program-program vokasi dan magang di luar negeri, SDM kita terlatih untuk mengenal kultur kerja dan budaya dari berbagai negara seperti Jepang, Tiongkok dan sebagainya. Dengan begitu, soft skills seperti kolaborasi, komunikasi, serta pemecahan masalah dari generasi muda akan lebih terlatih di samping memiliki keterampilan teknis dan pengalaman kerja.

BACA JUGA: Menghadapi Tantangan Mencari Kerja Arsjad Rasjid Gaungkan Tentang Exporting Skill

Mengatasi persoalan Gen Z pengangguran saat ini memang perlu fokus dan proses secara bertahap, supaya dapat mencapai target Indonesia Emas 2045. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, pengusaha dan swasta untuk dapat seimbang dalam mendatangkan investasi serta membuka peluang vokasi serta export skill sehingga menekan efek samping dari bonus demografi di tengah keterbatasan lapangan kerja ini.

You may also like

More in News