Fenomena gig economy makin berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi. Fleksibilitas kerja, peluang yang beragam dan potensi pendapatan yang lebih tinggi membuat sebagian orang kini memilih menjadi gig worker.

Gig economy menggambarkan pasar kerja yang didominasi oleh pekerjaan sementara. Seperti mengambil kontrak jangka pendek, freelancer, termasuk profesi ojek online yang kini bisa dilakukan oleh siapa saja.

Diperkirakan ada sekitar 4 juta gig worker di Indonesia, dengan kontribusi terhadap PDB mencapai USD 7 miliar. Selain di Indonesia, permintaan gig worker di banyak negara meningkat pesat, menurut laporan dari Bank Dunia. Secara global, gig economy menyumbang hingga 12% di pasar tenaga kerja, di mana angka ini melebihi perkiraan Bank Dunia sebelumnya.

Namun demikian, gig economy juga punya tantangan tersendiri yang perlu menjadi perhatian bagi para pelaku kerjanya. Untuk para gig worker, ini sejumlah tips penting dari Arsjad Rasjid agar dapat tetap survive di tengah kompetisi dunia kerja.

Tantangan dalam gig economy

Pekerja gig atau Gig workers yang muncul karena maraknya perkembangan teknologi, juga tidak luput dari pengaruh lainnya. Seperti lapangan kerja sektor formal yang semakin terbatas atau situasi ekonomi yang kurang baik.

Oleh karena itu, menjadi gig worker juga perlu memikirkan sejumlah konsekuensi dan kendala dalam memilih berkarir di bidang tersebut. Berikut ini di antaranya.

1. Ketidakpastian kerja

Tantangan gig economy, salah satunya adalah ketidakpastian mengenai masa depan pekerjaan. Hal ini karena status kerja yang sementara atau bukan karyawan tetap, sehingga tidak ada jaminan akan proyek dan penghasilan yang stabil. Ketidakpastian ini dapat makin terasa, ketika kondisi ekonomi sedang tidak kondusif atau klien terlambat membayar.

2. Tidak adanya benefit seperti jaminan asuransi dan pensiun

Pekerja gig umumnya tidak mendapatkan tunjangan seperti asuransi atau dana pensiun. Kondisi ini cukup rentan terhadap risiko keselamatan, kesehatan, maupun kestabilan finansial jangka panjang. Para gig worker perlu secara mandiri mengelola asuransi, dana darurat dan tabungan pensiun mereka.

3. Saturasi pasar atau persaingan kerja yang ketat

Peningkatan popularitas gig economy berbanding lurus dengan kenaikan jumlah pekerja yang saling berkompetisi. Situasi ini dapat menyebabkan adanya saturasi pasar pada bidang yang tinggi peminat, seperti digital marketer, desain grafis, bahkan profesi ojek online. Persaingan ini menjadi tantangan tersendiri dalam mendapatkan klien, menerima order hingga memasang tarif yang kompetitif.

Tips menghadapi tantangan sebagai Gig Worker

Meski antisipasi terhadap tantangan gig worker di masa mendatang perlu dipersiapkan sejak dini, Arsjad Rasjid punya beberapa tips agar pelaku gig economy dapat survive di tengah dinamika dan persaingan lapangan kerja.

1. Kenali Manfaat dan Kelebihan Diri

Kenali potensi skill dan keunikan diri yang relevan, sehingga dapat menjadi nilai tambah untuk tetap bertahan di antara kompetitor lainnya. Fokus di bidang yang menjadi kekuatan kerja kita dengan memberikan service atau kualitas jasa yang lebih spesifik dan meninggalkan kesan baik pada klien.

2. Bangun Personal Branding

Aktif membangun citra diri sebagai seorang yang profesional melalui berbagai platform media sosial dan portofolio, dapat meningkatkan kepercayaan klien. Di samping itu, cara ini juga membuka pintu akan lebih banyak peluang dan memperluas networking.

3. Membangun reputasi

Ada beberapa cara dalam menjaga reputasi selain membangun personal branding. Di antaranya fokus memberikan hasil kerja yang berkualitas tinggi, menjaga komunikasi dan kepercayaan klien, serta tidak melewati deadline yang ditentukan. Ini akan memberikan kepuasan layanan pada konsumen dan memberikan lebih banyak review positif yang dapat menjadi magnet untuk lebih banyak proyek ke depannya.

4. Continuous learning

Perubahan yang dinamis akan terus terjadi dalam gig economy. Para pekerja di sektor ini perlu secara berkala meningkatkan keterampilan dan koneksi mereka sehingga bisa tetap relevan dengan perkembangan tersebut.

Dengan melakukan eksplorasi hal baru lewat continuous learning, berpotensi membawa kita pada bidang baru yang mungkin masih rendah kompetisinya, tetapi mendatangkan penghasilan yang lebih menjanjikan.

BACA JUGA: Arsjad tentang Swiftonomics dan Pengaruh Musik pada Ekonomi

Pertumbuhan gig economy memang dapat menjadi peluang bagi teman-teman yang ingin menjalani pekerjaan fleksibel dan mandiri. Agar tetap survive dan dapat relevan dengan dinamika di dalamnya, bekali diri kita dengan ilmu dan bangun reputasi secara prima. Strategi tepat dalam menjalani profesi di ranah gig economy, menjadikan pekerjanya dapat terus berkembang dan meraih sukses berkelanjutan.

You may also like

More in News