Menjadi pengusaha adalah solusi di tengah krisis lapangan kerja. Satu permasalahan yang dihadapi Indonesia, di mana persaingan untuk mendapatkan pekerjaan bagi sebagian orang menjadi sulit dan mengharuskan adanya perubahan, yaitu memiliki usaha sendiri sekaligus membuka kesempatan atau lapangan kerja bagi orang lain.
Pengalaman merasakan turning point menjadi pengusaha ini tak hanya dialami segelintir saja. Hampir semua pengusaha yang telah meraih kesuksesan juga merasakan hal yang sama ketika mengawali petualangannya sebagai seorang entrepreneur.
Bukan hanya Anda saja, hal yang sama juga dirasakan oleh Arsjad Rasjid. Sosok pengusaha sukses di balik PT Indika Energy Tbk, perusahaan investasi terdiversifikasi terkemuka di Indonesia, serta organisasi-organisasi besar, seperti Kadin Indonesia hingga ASEAN Busines Advisory Council (ASEAN-BAC).
Hidup dalam lingkungan keluarga militer dan pekerja keras
Lewat bincang ringan di kanal YouTube MESSAGE Podcast dengan tema ‘Wujud Nyata Pengusaha Perkuat Ekonomi Syariah’ bersama Dr. Dripa Sjabana, Arsjad Rasjid mengungkapkan bagaimana momen-momen tak terlupakan saat ia mengambil keputusan untuk menjadi pengusaha.
Mengawali kisahnya, ia bercerita tentang background keluarga Rasjid. Arsjad menjelaskan bahwa ayahnya adalah seorang tentara. Ketika memasuki masa pensiun, H.M.N. Rasjid memutuskan untuk bekerja di sektor swasta.
“Saya melihat secara langsung cerita-cerita dari dua dunia. Dunia tentara dan dunia korporasi,” kata Arsjad, mengawali kisahnya menjadi pengusaha.
Dari pandangan terhadap dunia tersebut, Arsjad menyadari bahwa modal utama di setiap usaha, baik itu menjadi tentara maupun korporasi adalah manusia, atau human capital. Dari situ pula Arsjad Rasjid belajar bahwa apabila perusahaan memberi jaminan kesejahteraan, akan ada timbal balik berupa kualitas kerja terbaik dari para pekerja.
Kemudian ia bercerita mengenai ibunya yang selalu ingin menjadi pengusaha kecil-kecilan untuk mendukung perekonomian keluarga. Pandangan yang ia alami sejak masa kecil ini juga menjadi salah satu dorongan bagi Arsjad untuk menjadi pengusaha.
Dorongan untuk menjadi dewasa sejak dini
Sang Ayah juga mendidik Arsjad untuk memiliki karakter dewasa sejak usia dini. Sambil mengingat-ingat, ia mengatakan bahwa dirinya saat itu masih berusia antara sembilan atau 10 tahun. Di usia yang masih muda, Arsjad Rasjid juga pindah dari Indonesia ke Singapura untuk melanjutkan belajarnya. Ia mengatakan bahwa dirinya dititipkan kepada seorang pengusaha Arab.
“Setelah SMP, Ayah dan Ibu bilang, sekarang tantangannya lebih lagi. Akhirnya saya diminta untuk mencari sekolah, sekolah di Amerika,” tutur Arsjad.
Di Amerika, Arsjad Rasjid mengambil sekolah dengan nuansa militer yang kental. Di negeri Paman Sam, ia merasakan perbedaan karakter yang sangat besar. Hal ini berlanjut di masa kuliahnya karena Arsjad juga mengambil pendidikan S1 di Amerika. Namun sayangnya, keinginan untuk melanjutkan pendidikan S2 harus terhenti sejenak karena ayahnya sakit.
“Selesai, itu saja. Terus langsung kerja, saya. Kerja di perusahaan Jepang waktu itu, ya. Di perusahaan Jepang ini saya diterima di keuangan,” lanjut Arsjad.
Sambil bekerja, Arsjad menyimpan keinginan untuk bisa berusaha secara mandiri. Kenangan berwirausaha bersama sang Ibu tampaknya sangat melekat di ingatan Arsjad meski ia memiliki pendidikan computer engineering dan bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Demi meraih impiannya, Arsjad Rasjid terus mempersiapkan diri dengan melanjutkan pendidikan dan mengambil ilmu strategi bisnis. Ia yakin bahwa apa yang sudah dipelajarinya akan menjadi satu kombinasi baik bila dirinya belajar tentang bisnis.
Sempat putus asa, Arsjad mendapat hikmah besar di balik pekerjaannya
Selama bekerja di perusahaan, Arsjad Rasjid juga mendapatkan pengalaman yang mendukungnya untuk menjadi pengusaha. Di awal masa kerja, meski diterima di bagian keuangan, Arsjad justru diminta untuk bekerja di pabrik, berkutat dengan suku cadang kendaraan.
“Saya kesel banget. Enam bulan saya di sana. Dari satu proses ke proses yang lain. Saya pikir kan di keuangan kan buku (pembukuan). Nggak ada,” tukas alumnus Pepperdine University tersebut.
Setelah memahami proses di pabrik, perusahaan menempatkan Arsjad Rasjid untuk bekerja di bagian keuangan. Dari situ ia menyadari bahwa perusahaan ingin dirinya berkembang dengan mengetahui setiap sendi perusahaan sebelum memegang tanggung jawab yang lebih besar.
Sudah memiliki pekerjaan tapi masih ingin menjadi pengusaha
Meski sudah bekerja di sebuah perusahaan otomotif Arsjad masih memiliki keinginan untuk berusaha sendiri. Mendengar ada seorang teman yang ingin berbisnis, Arsjad pun mencoba untuk menjadi investor dari perusahaan tersebut.
“Awal pertama kali saya coba, ada teman saya mau buka usaha. Saya bilang, ‘Saya ikutan, deh!’,” cerita Arsjad.
Sayangnya, di awal usahanya, perusahaan tersebut gagal. Ia kemudian berpikir, mengapa usaha perdananya bisa ‘jebol’? Salah satu di pemikirannya adalah kegagalan tersebut mungkin terjadi karena ia tidak ikut turun tangan mengelola bisnis tersebut.
Keinginan menjadi pengusaha ketika sudah memiliki perusahaan tetap menimbulkan kebimbangan di benak Arsjad Rasjid. Ingin menjadi pengusaha, tapi nanti tidak ada uang bulanan. Di titik ini, ia harus memilih dan pada akhirnya seorang Arsjad Rasjid memutuskan untuk menjadi pengusaha.
BACA JUGA: Keuntungan Menjadi Pengusaha Adalah Dapat Menjadi Manusia yang Bermanfaat
Dengan kerja keras dan kelihaian membaca peluang, perusahaan Arsjad Rasjid meraih kesuksesan. Pelan namun pasti, Indika melakukan diversifikasi usaha. Dari sebuah perusahaan media, kemudian berkembang menjadi perusahaan investasi terdiversifikasi terkemuka di Indonesia.