Nama Al-Khawarizmi tentu tidak asing sebagai salah satu ilmuwan Islam yang berperan besar dalam memajukan peradaban. Lewat penguasaan berbagai ilmu, ia berhasil mengembangkan cabang matematika, seperti aljabar dan algoritma, yang dampaknya terasa hingga saat ini.

Mungkin tak banyak yang menyadari efisiensi algoritma yang kita nikmati sekarang adalah warisan abadi dari Al-Khawarizmi, sejak era kejayaan Islam di abad ke-9.

Kali ini, kisah Al-Khawarizmi menjadi salah satu tauladan yang akan dikupas oleh Arsjad Rasjid. Mari mengenal lebih jauh tentang sepak terjang dan peran beliau dalam mewariskan fondasi penting yang menunjang perkembangan sains modern.

Awal perjalanan Al-Khawarizmi di House of Wisdom

Sekitar tahun 780 M, Baghdad dikenal sebagai pusat peradaban dan pengembangan ilmu. Kejayaan Baghdad dalam keilmuan juga didukung oleh pemerintahan yang dipimpin oleh Khalifah Harun Al-Rasyid dan diteruskan oleh sang anak, Khalifah Ma’mun Al-Rasyid yang sama-sama mengutamakan ilmu pengetahuan saat itu.

Di sana terdapat sebuah tempat bernama Bayt al-hikmah atau dikenal juga sebagai House of Wisdom. Disebut demikian karena di dalamnya terdapat perpustakaan, pusat penelitian dan lembaga penerjemahan terbesar saat itu. Para cendekiawan dari berbagai disiplin ilmu berkumpul di sana untuk berdiskusi, hingga mencetuskan karya baru.

Di antara mereka, adalah seorang Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi atau kita kenal dengan nama Al-Khawarizmi. Dari kepakarannya, ia melahirkan cabang ilmu matematika berupa dua konsep besar aljabar dan algoritma.

Aljabar dan Algoritma: Warisan besar untuk sains dari masa ke masa

Salah satu karya monumental Al-Khawarizmi adalah lahirnya Al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabala yang menjadi asal mula istilah aljabar. Dalam karya ini, ia merinci metode penyelesaian masalah matematika menggunakan variabel dan persamaan, yang kemudian menjadi dasar matematika modern.

Tak hanya aljabar, Al-Khawarizmi juga mengembangkan konsep algoritma, yang kini banyak digunakan dalam dunia pemrograman. Ilmu tersebut menjadi dasar proses komputasi dan pengolahan data, serta banyak berperan bagi penerapan teknologi saat ini.

Di antaranya dapat kita rasakan pada konten di media sosial, seperti Instagram, For Your Page (FYP) Tiktok di mana distribusi informasi dan konten dapat disesuaikan dengan preferensi kita sebagai user.

Nilai keilmuan dan keteladanan

Al-Khawarizmi adalah contoh ilmuwan yang meneladani sifat fathanah atau cerdas, sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad. Ia mengembangkan pengetahuan untuk manfaat bersama, bukan untuk kepentingan pribadi atau sekadar menunjukkan kemampuan.

Dari kisah Al-Khawarizmi, kita perlu meneladani bahwa ilmu bukan untuk ajang unjuk diri atau dipamerkan, melainkan bagaimana memanfaatkan dan mengembangkannya menjadi ilmu yang tak ternilai dan mendukung kemajuan peradaban.

Buktinya, warisan ilmu dari Al-Khawarizmi masih bisa kita rasakan hingga saat ini. Terutama bila menilik dari aspek teknologi yang saat ini makin berkembang dan banyak digunakan untuk berbagai sektor kehidupan.

BACA JUGA: Cerita Inspiratif Mohamed Salah yang Memberikan Pelajaran Tentang Pantang Menyerah

Semoga kita dapat meneladani sikap Al-Khawarizmi dengan bijak dalam menggunakan ilmu pengetahuan yang telah diwariskan. Jangan cepat puas dengan ilmu yang kita dapatkan, teruslah antusias bereksplorasi dan menerangi dunia dengan pengetahuan.

You may also like

More in Inspirasi