Memulai usaha dengan teman merupakan ide yang menarik. Namun, terkadang kita merasa ragu dan takut karena mempertaruhkan hubungan pertemanan itu sendiri.

Bila menemukan partner yang tepat dan saling berkomitmen, kolaborasi bisa membuahkan hasil yang luar biasa. Namun, tentu ada potensi risiko dan kendala yang perlu dipertimbangkan.

Arsjad Rasjid berbagi tips bagi mereka yang ingin atau tengah memulai usaha dengan teman. Tips ini merupakan kunci untuk memelihara sinergi dengan partner kerja kita agar bisnis dan pertemanan bisa berjalan harmonis. Simak penjelasannya di bawah ini.

Mengenali potensi memulai usaha dengan teman

Menjalankan bisnis dengan teman sendiri memang tampak lebih mudah dan prospektif. Sebab kita tidak akan memikirkan strategi atau berhadapan dengan berbagai kendala sendirian.

Di samping itu, ada beberapa keuntungan jika kita memulai usaha dengan teman yang sudah kita kenal sebelumnya. Penjelasannya seperti di bawah ini:

1. Kepercayaan dan komunikasi sudah terbentuk

Trust dan komunikasi sangat penting dalam kolaborasi bisnis. Jika menjalankannya dengan orang yang sudah kita kenal, diskusi tentang hal-hal penting akan lebih mudah.

Misalnya pengambilan keputusan, pembagian peran, serta pemecahan masalah untuk tantangan usaha yang dihadapi.

2. Pembagian tugas lebih mudah dan efektif

Karena sudah saling mengenal, lebih mudah mengetahui potensi masing-masing dan membagi tugas sesuai kemampuan. Contohnya, siapa yang lebih baik dalam pemasaran dan siapa yang lebih cermat menangani urusan keuangan.

3. Saling memberi masukan dan motivasi

Dengan adanya teman sebagai partner bisnis, lebih mudah menghadapi kendala serta saling memberikan motivasi. Sebab rekan kerja kita juga mengetahui situasi yang sedang dialami bersama.

Begitu pula dalam menentukan strategi bisnis. Kita bisa mendapatkan sudut pandang dan masukan yang berbeda, sehingga bisa saling bersinergi dan menguatkan.

Mengenali risiko berbisnis dengan teman

Meskipun terlihat mudah, memulai usaha dengan teman juga memiliki potensi masalah. Menggabungkan dua kepala atau lebih dalam berbisnis bisa memunculkan perselisihan, kesalahpahaman, sampai keretakan hubungan pertemanan.

Beberapa risiko yang perlu diperhatikan adalah:

1. Adanya konflik kepentingan

Konflik kepentingan bisa muncul karena perbedaan visi dan tujuan saat merintis bisnis bersama. Hal ini dapat memicu perselisihan yang berdampak kurang baik pada kelangsungan usaha atau hubungan pertemanan itu sendiri.

Contoh konflik kepentingan di antaranya salah satu di antara pemilik bisnis memanfaatkan fasilitas untuk keperluan pribadi. Atau melakukan nepotisme dengan memasukkan anggota keluarga ke dalam usaha bersama, tanpa diskusi terlebih dahulu dengan rekan bisnisnya.

2. Masalah pembagian keuntungan

Pembagian keuntungan perlu ditentukan dan disepakati nilainya sejak awal membangun usaha. Sebab hal ini paling sering menjadi konflik yang merusak keberlangsungan usaha dan juga pertemanan.

Sebaiknya masalah pembagian keuntungan disepakati dalam sebuah dokumen perjanjian kerja. Dengan demikian, jika terjadi masalah, perjanjian tersebut dapat dijadikan rujukan.

3. Berdampak pada hubungan pertemanan yang terjalin

Risiko dalam menjalankan usaha bersama teman bisa berdampak pada hubungan pertemanan yang telah terjalin. Permasalahannya bisa terjadi karena perselisihan saat menjalankan bisnis, atau saat dihadapkan pada kegagalan usaha yang dirintis.

Memulai usaha dengan teman, ini prinsip Arsjad Rasjid

Untuk mereka yang merintis usaha bersama teman sendiri, Arsjad Rasjid menekankan pentingnya memisahkan antara pertemanan dan bisnis.

“Memang harus dipisahkan antara pertemanan dengan business partnership. Teman adalah teman, bisnis adalah bisnis. Walaupun kita teman tapi kalau berbisnis, kita harus bicara secara partner,” kata Arsjad Rasjid.

Di samping itu, bila ingin lebih spesifik, kita bisa menerapkan beberapa tips berikut:

1. Teman yang sudah dikenal dan satu visi misi

Pastikan kita dan teman yang menjadi rekan bisnis telah saling mengenal track record masing-masing, serta membicarakan dan menyepakati visi dan misi bersama. Supaya saling mengetahui apa yang menjadi tujuan jangka pendek, jangka panjang serta langkah yang diperlukan untuk mencapainya.

2. Membuat perjanjian tertulis

Perjanjian tertulis umumnya mengatur pembagian tugas, pembagian keuntungan, hingga mekanisme penyelesaian konflik. Sebaiknya perjanjian ini dibuat dengan melibatkan bantuan ahli hukum supaya dapat dipastikan keabsahan isinya.

3. Menentukan pembagian tugas sesuai dengan keahlian

Lakukan pembagian tugas sesuai bidang yang dikuasai dan berkomitmen melaksanakan peran masing-masing dengan tanggung jawab.

4. Bersama-sama menyusun anggaran yang realistis

Sebagai elemen penting sebelum membangun usaha, menyusun anggaran merupakan tantangan tersendiri. Diskusikan hal ini dengan teman yang menjadi rekan bisnis kita, supaya kedua belah pihak sama-sama mengetahui dan sepakat mengenai biaya yang akan dijalankan untuk usaha tersebut.

5. Berkomunikasi secara terbuka dan transparan

Pastikan tetap menjaga kualitas komunikasi sebagai partner agar tetap terbuka dan transparan. Misalnya dengan mengadakan pertemuan rutin untuk membahas perkembangan usaha, serta mencari penyelesaian atas masalah yang mungkin terjadi.

6. Menyiapkan rencana cadangan

Sebagai antisipasi, siapkan rencana cadangan bila di tengah jalan terjadi kendala. Misalnya bila salah satu di antara pelaku usaha bersama ini harus mundur. Maka perlu ada rencana cadangan supaya bisa terjadi transisi yang baik tanpa mengganggu jalannya operasional usaha.

Meskipun sudah saling mengenal, berbisnis dengan teman sendiri sebaiknya bisa menempatkan diri. Arsjad berpesan, teman adalah teman sedangkan bisnis adalah bisnis.

BACA JUGA: Begini Cara Berbisnis untuk Pemula Menurut Arsjad Rasjid: Bedakan Nekat dan Berani

Jadi, ketika memulai usaha dengan teman, bangun solidaritas dan profesionalisme dalam urusan pekerjaan agar kolaborasi berjalan baik tanpa mencederai pertemanan.

You may also like

More in News