Seberapa penting peran ASEAN dalam menghadapi berbagai permasalahan dunia saat ini?
Arsjad Rasjid menggambarkan hal tersebut seperti pepatah yang mengatakan bahwa untuk melewati badai di lautan, dibutuhkan para pelaut yang berpengalaman. Apalagi dengan situasi ekonomi global yang tak menentu, dibutuhkan para pemimpin yang hebat dan siap agar bisa menghadapi tantangan tersebut.
ASEAN saat ini sudah berada di jalur yang benar sebagai salah satu penyumbang terbesar untuk ekonomi global. Kini tantangan ada di depan kita, yaitu mempertahankan jalur pertumbuhan dan perkembangan ASEAN sehingga siap menghadapi masa depan.
Pesatnya teknologi saat ini memunculkan berbagai kemajuan baru. Apalagi dengan munculnya media sosial dan interdependensi ekonomi yang memberi pengaruh besar pada dunia saat ini. Belum lagi dengan munculnya berbagai kasus yang mengubah wajah kehidupan sosial masyarakat, seperti pandemi COVID-19, meletusnya perang antara Ukraina dan Rusia, hingga persaingan level tinggi Amerika Serikat dengan China.
Sadar atau tidak sadar, mau tak mau, berbagai permasalahan di atas bisa mempengaruhi ekonomi, terutama untuk negara-negara berkembang. Karena itu, sudah saatnya bagi kita untuk memperkuat peran ASEAN yang bisa menjadi penentu bagi masyarakat dunia. Bukan hanya di kawasan sendiri, namun juga bisa menjadi penengah bagi negara-negara maju.
Peran ASEAN saat ini memang tak terbantahkan dalam menentukan perekonomian dunia. Meski relasi antara Beijing dan Washington sedang meninggi, ASEAN menunjukkan bahwa kita mampu menjaga hubungan yang baik dengan keduanya, terutama di sektor publik dan swasta, tanpa harus terpengaruh dengan isu-isu yang menghangat.
Arsjad Rasjid, yang saat ini dipercaya sebagai Ketua ASEAN-BAC mengatakan bahwa peran ASEAN terhadap Amerika Serikat dan China sangat berimbang. Walau saat ini terlibat perang dagang yang cukup rumit tetapi kita bersyukur karena keduanya memandang ASEAN sebagai kawasan yang ramah dan stabil, serta mampu menjadi penghubung bagi produksi alternatif di tengah ketidakpastian beban tarif akibat perselisihan AS-China.
“Ketika banyak perusahaan bicara tentang kebutuhan untuk nearshoring, offshoring, dan friendshoring, ASEAN dengan cerdik memposisikan diri sebagai mitra ideal bagi perusahaan dari semua lapisan yang telah mengidentifikasi kerentanan dalam rantai nilai multinasional mereka sendiri,” tulis Arsjad.
Menurut Arsjad, pendekatan dengan tepat ini memberi kebaikan bagi ASEAN hingga bisa menjadi salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Dengan populasi manusia mencapai lebih dari 660 juta jiwa, ASEAN mampu mencatatkan ekonomi gabungan sebesar $3,2 triliun, berada di urutan ketiga setelah China dan India. Selain itu, investasi asing global di ASEAN juga terus tumbuh dari 7,8 persen FDI global pada 2014 menjadi lebih dari 11 persen pada 2021.
Untuk memperbesar peran ASEAN di perekonomian dunia, para pemangku kebijakan telah berkolaborasi untuk mengembangkan dan mendukung sektor swasta, serta menumbuhkan investasi generasi dalam hal infrastruktur dan pendidikan. Di tingkap politik, para pemimpin bangsa-bangsa ASEAN juga bekerja sama untuk memperluas ekonomi regional bersama dengan integrasi budaya, membangun jembatan-jembatan, membuka kesempatan dagang, hingga melakukan katalisasi pertumbuhan.
Dengan adanya usaha bersama ini, peran ASEAN kini makin terasa. Kawasan ini mampu berkembang menjadi destinasi pilihan bagi bisnis yang ingin mendiversifikasi value chains mereka. ASEAN menjadikan dirinya sebagai segmen kunci untuk jaringan-jaringan produksi global, termasuk juga transisi penting dari basis komoditas menjadi ekspor manufaktur kelas atas.
“Perusahaan-perusahaan ternama melihat kawasan ASEAN sebagai solusi, mulai dari chip Intel yang diproduksi di Malaysia, hingga Apple AirPods di Vietnam, Bosch di Thailand, sampai Huawei di Indonesia,” ungkap Arsjad.
Ia melanjutkan bahwa prevalensi dari rantai nilai yang terintegrasi secara global ini telah menghasilkan manfaat nyata secara menyeluruh, dan negara-negara ASEAN mampu menjadi basis manufaktur, ekspor, dan teknologi yang kuat.
Pada akhirnya, peran ASEAN dalam menentukan langkah perekonomian bisa dirasakan oleh masyarakatnya. Mulai dari menurunnya tingkat kemiskinan sampai munculnya pekerjaan-pekerjaan dengan kualitas lebih baik. Ditambah lagi, peran ASEAN kini juga semakin bertambah dengan adanya keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan melakukan transisi energi hijau.
Arsjad memperkirakan bahwa dalam dua tahun ke depan, ASEAN bakal menyumbang 35 persen dari produksi energi baru terbarukan global. Lebih lanjut, Indonesia juga memiliki target besar dengan mampu mencapai net zero emission di tahun 2060 mendatang.
Dukungan dari pemerintah pun juga sangat terasa dengan semakin banyaknya ekosistem pendukung misi besar ini. Dengan insentif yang tepat, akan semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk mendukung dan segera memulai produksi untuk transisi energi. Salah satunya adalah Indika Energy, yang berani melakukan langkah hebat lewat diversifikasi usaha baru lewat usaha pembuatan kendaraan bertenaga listrik, hingga proyek-proyek pendukungnya, seperti pembuatan baterai dan charging stations.
Sebagai ketua ASEAN-BAC, Arsjad Rasjid juga merasa perlu untuk mengajak ASEAN bergerak bersama. Satu kesepakatan juga sudah dibuat di pertemuan negara-negara ASEAN beberapa waktu lalu untuk mendukung komitmen meningkatkan ekosistem kendaraan listrik di tingkat regional, sekaligus menjadikan momen sebagai langkah untuk menjadikan ASEAN sebagai ‘global production hub’ bagi industri Electric Vehicle.
BACA JUGA: Arsjad Rasjid Ungkapkan Bahwa ASEAN Adalah Tujuan Investasi yang Menjanjikan
“ASEAN memiliki sumber untuk memulai langkah ini. Dengan berlimpahnya tenaga hidro, panas bumi, matahari dan angin, serta kekayaan alam seperti nikel, satu komponen penting bagi pembuatan baterai Lithium-ion, kawasan kita memegang kunci menuju masa depan yang cerah, bersih, dan lebih berkelanjutan,” pungkas Arsjad.