Pertumbuhan electric vehicle (EV) di Indonesia kian hari kian meluas. Hal ini tak lepas dari keinginan bangsa kita untuk memiliki masa depan yang lebih makmur, bersih, hijau, dan ideal bagi generasi-generasi penerus bangsa.
Faktor pendorongnya tak lain adalah karena selama ini kita dihantui dengan potret masa depan yang suram. Perubahan iklim menimbulkan rangkaian bencana yang datang silih berganti. Salah satu penyebabnya adalah semakin rusaknya lingkungan akibat polusi udara dari penggunaan bahan bakar fosil.
Indonesia ‘injak gas’ demi strategi ekosistem Electric Vehicle
Tanpa harus menekan laju perekonomian demi pertumbuhan yang berkelanjutan, saatnya untuk mewujudkan perubahan dengan menggunakan Electric Vehicle sebagai sarana kebutuhan transportasi sehari-hari. Bahkan Presiden RI Joko Widodo ikut aktif bergerak dengan mengusung semangat perubahan ini ke ASEAN. Hal ini diungkap oleh Arsjad Rasjid dalam wawancara antara detik.com bersama Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid bertajuk ‘Bongkar Sosok Capres RI Pilihan Pengusaha.’
“Sekarang yang tadi strateginya Indonesia, ekosistem kendaraan listrik itu dibawa oleh Pak Presiden ke level ASEAN,” kata Arsjad.
Dikutip dari setkab.go.id, saat ini Pemerintah memang sedang merancang strategi besar bagi Indonesia untuk melompat menjadi negara maju. Strategi tersebut adalah dengan menciptakan ekosistem Electric Vehicle, sekaligus bahan bakarnya, yaitu baterai kendaraan listrik sehingga negara lain memiliki ketergantungan kepada Indonesia.
Menurut Presiden Joko Widodo, kita memiliki kekayaan alam yang mendukung langkah-langkah untuk mewujudkan ekosistem Electric Vehicle. Dari sumber daya alam berupa nikel, tembaga, timah dan bauksit, kita memilikinya. Presiden Jokowi ingin menyatukan semuanya, kemudian mengintegrasikan sehingga Indonesia mampu menjadi produsen Electric Vehicle beserta baterainya, dan berencana untuk menjadikan negara kita sebagai penyedia rantai pasok utama dari kendaraan listrik.
“Sekarang (strategi ekosistem Electric Vehicle) sudah diadaptasi oleh ASEAN dan itu menjadi strateginya ASEAN,” imbuh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tersebut.
Electric Vehicle sebagai proyek gotong royong ASEAN
Selanjutnya, menurut Arsjad, Indonesia juga berupaya mengajak negara-negara ASEAN untuk bersama-sama membangun ekosistem tersebut. Alasannya, ASEAN memiliki potensi yang sangat besar, dari sumber daya alam hingga mampu memproduksi komponen yang bermanfaat untuk mewujudkan Electric Vehicle Ecosystem.
“Saling mengisi. Itu kan complimentary value,” jelas Arsjad.
Berbicara strategi, tentu ada tantangan yang siap menghadang mimpi besar Indonesia dan ASEAN dalam mewujudkan ekosistem Electric Vehicle. Ditanya mengenai poin paling kritis untuk bisa mencapainya, Arsjad mengatakan bahwa ada beberapa tantangan yang harus dihadapi.
“Pertama, sumber daya manusia. Ini (ekosistem Electric Vehicle) semua hal-hal yang baru. Karena hal-hal yang baru itu, sumber daya manusia larinya dari teknologi. Persoalannya kita nggak memiliki teknologi. Yang punya teknologi dari luar (negeri),” terang Arsjad.
Meski begitu, pria yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Indika Energy, Tbk. tersebut optimis bahwa ASEAN bisa menjawab tantangan tersebut. Salah satu contohnya adalah langkah perusahaan yang ia pimpin untuk memproduksi motor listrik sendiri, yaitu ALVA, yang kini juga telah diluncurkan di pasar otomotif di Indonesia.
Arsjad mengatakan bahwa untuk memulai strategi motor listrik tersebut, ia mengambil teknologi dari luar untuk membangun ALVA. Setelah sukses merakit ALVA, Indika Energy kemudian mencoba untuk meng-Indonesia-kan motor listrik tersebut.
“Hari ini, (ALVA) 100 persen (buatan) Indonesia, kecuali baterai. Kenapa? Karena pabrik baterainya belum selesai. Kalau sudah selesai (pembangunan pabrik baterai), ini seratus persen produk Indonesia. Jadi bayangkan, ternyata BISA,” tegas Arsjad.
Tidak berhenti sampai di situ, Arsjad juga mempersiapkan ALVA agar bisa bersaing di Eropa. Harapannya, bila masyarakat Eropa bisa menerimanya, berarti produk yang dihasilkan Indika Energy tersebut berkualitas baik, sekaligus memamerkan kepada dunia bahwa produk Indonesia juga bisa diterima di negara lain.
BACA JUGA: Sinergi Indika Energy dan KB Bukopin untuk Percepatan Kendaraan Listrik Nasional
Sumber daya manusia, teknologi untuk pembuatan, serta modal menjadi tiga poin kritis Arsjad Rasjid dalam membangun ekosistem bagi Electric Vehicle. Selain itu, dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Arsjad juga mengingatkan pentingnya proses produksi yang ramah lingkungan sehingga tercipta green products yang mendukung langkah Indonesia untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.